TYPORena memandang ke arah Mark yang kini menyantap makan siangnya, seperti biasa layaknya tidak ada yang terjadi di antara mereka
Entahlah, Rena yang terlalu memikirkannya berlebihan atau memang Mark yang terang-terangan menolaknya
Rena merasa sedikit kesal dan tidak terima tadi saat Mark menyudahi ciuman mereka dengan alasan kepalang lapar
Apa-apaan!
Ahh..Rena merasa bodoh karena sempat berfikir menyerahkan diri tadi, sedikit malu pada dirinya sendiri yang sudah percaya diri, tapi tau nya ditolak oleh kekasihnya sendiri
Apa dia tidak semenarik itu?!
"Kita pulangnya diundur sampai minggu depan yah"
Mark dan Rena mengalihkan perhatiannya pada Tya yang tiba-tiba datang ke meja makan
"Kenapa tante?" tanya Rena
"Emm..bukan karna ada sesuatu, cuma tante fikir gak salah kan nambah waktu liburan?"
Ah sejujurnya Tya ingin kembali menikmati liburannya, gadis yang dirinya pikir sialan itu sudah pergi. Selama gadis itu disini Tya sama sekali tidak bisa menikmati liburan keluarganya.
Rena mengangguk paham
"Gapapa kan? Rena gak ada halangan kan?"
Rena tersenyum, "Gapapa tante justru aku seneng"
"Mark gabisa mah"
Rena dan Tya memandang Mark bersamaan dengan wajah penuh tanya
"Enggg..Mark ada urusan di Jakarta" ucap Mark
"Urusan? urusan apa?"
"Kuliah, iya kuliah. Aku harus balik ke Jakarta besok" jawab Mark
Keduanya memandang Mark meminta penjelasan lebih
"Aku ada rapat organisasi langsung, mamah tau kan aku juga sibuk di BEM jadi-
"Ah iya-iya pasti banyak urusan, it's oke kamu bisa kesini kalo urusan kamu udah selesai"
"Ahh..aku-
"Kamu disini aja, aku juga bakalan kesini lagi kok" ucap Mark memotong ucapan Rena yang sepertinya tadi akan mengeluarkan suara agar ikut pulang dengan nya
Mau tak mau akhirnya Rena mengangguk
....
Jeno memandang ponselnya lalu mendesah kesal
Mengapa wanita cenderung suka jual mahal?!
Jeno kembali menghubungi kontak yang sedari tadi dirinya hubungi walau tak satupun panggilannya dijawab, pemuda itu tidak menyerah
"APA?!"
Jeno sedikit terlonjak dan refleks menjauhkan ponselnya dari telinganya
"Kita harus ketemu Na"
"Gabisa Jeno, udah berkali-kali gue bilang kalo gue gabisa! kenapa sih lo ngeyel terus?!, lo sadar gak sih gu-
"Lo gamau dijodohin sama gue kan? gue juga berubah pikiran. Ayo kita bicarain ini dan ngomong sama orangtua kita" potong Jeno
Hening sesaat
"Nana?"
"Maksud lo?"
"Gue juga mau perjodohan kita dibatalalin
"Lo?- Ah..oke, kapan?"
"Minggu depan setelah gue balik ke Jakarta, gue bakal hubungin lo lagi"