TYPO
Mark berdehem, kembali menyinggung senyumnya memandang Marshal
"Emang ayah nya abang ngomong kayak gitu?" tanyanya
Marshal mengangguk, "Huum, yayah boong, abang nda suka. Kan yayah bilang kalo boong itu Tuhan bisa malah"
Mark mengangguk kecil, "Nanti minta beli uti aja ice nya"
"Uti, abang mau ice yah, beliin yah uti"
Tya mengangguk, "Iya"
"Kamu kenal Marshal juga bang?" tanya papahnya
Mark mengangguk, "Kemarin ketemu"
"Ohh..pantesan dia kayak deket sama kamu, tapi agak beda yah"
Mark meneguk ludahnya lalu mengalihkan atensinya pada makanan diatas meja
"Ini anak siapa?" tanya wanita tua disana
Anakku oma, jawab Mark dalam hati
"Ponakan pacarnya Jeno oma" jawab Jeno
"Oh, yang badannya kayak ibu-ibu itu?"
Mark dan Jeno memandang neneknya bersamaan, sedangkan Tya dan Jayden sibuk dengan Marshal
"Kayak ibu-ibu?" tanya Jeno tak bersahabat
"Iya, orang pinggulnya sedikit lebar dada nya besar seperti sudah melahirkan dan menyusui, cuma pinter jaga badan, tapi oma bilang bukan oma ndak suka loh yah Jen, Caca baik kok"
"Menurut Jeno bagus-bagus aja, sexy kan?" canda nya
Mark disana memandang Jeno tajam
"Udah ngomongnya, kita makan yah" ucap kepala rumah tangga disana
Selama makan, Mark sesekali mencuri pandang ke arah mamahnya yang memangku Marshal sambil menyuapi anak itu
Bahkan wanita itu lupa dengan dirinya sendiri yang belum makan karena sibuk membuang duri dari daging ikan untuk diberikan pada bocah dipangkuannya
"Makan ikan itu sehat, nanti kamu disekolah jadi pinter"
"Uti, abang mau sekolah!"
"Iya, tapi nanti. Sekarang makan yang banyak dulu biar cepet gede"
Marshal mengangguk lalu menerima suapan dari Tya
Mark menyinggung senyumnya, jujur saja hatinya menghangat menyaksikan moment tersebut, Mark berharap orangtuanya dapat menerima anaknya setulus hati
....
Caca meremat rambutnya frustasi
"Gila?! Marshal...kamu ngapain sih ketemu keluarga besar kamu sekarang, bunda yang bingung jadinya" desisnya
Gimana caranya gue bawa Marshal pergi dari sana, gue gak mungkin nyamper kesana, kalo tiba-tiba ada Mark gimana?, batin nya berteriak bingung
Caca pusing, menyesali keputusannya menitipkan Marshal kepada Jeno
Asik berperang dengan pikirannya, Nana duduk disampingnya
Caca memang sedang berada di kantin fakultasnya, setelah mengangkat telfon dari Mark dikamar mandi, Caca kesini untuk makan siang
"Belum pesen apa?"
"Ha? ah- udah Rena yang ambil. Lo dari mana?"
"Prof. Sean, biasa"
"Jual diri?"