BAB 65 [Dijodohin Zia]

295 46 25
                                    

Hallo everyone!

Stay tune, stay safe, and stay healthy yak. Okey?!

Aku pengen dapat 40 vote, kenapa dah sekarang susah banget. Tau sih salah sendiri, pas lagi rame-ramenya malah berhenti. Xixi.

Yuk bisa yuk! 40 Vote doang, woe lah. Kalo kagak 😤😤 ya kagak ada apa-apa sih, harus ikhlas pokoknya kalo vote mah. Hehe.

______________________________________

Yasudah Bunda nikah saja sama Om Papa.

Nadzia

****


Happy Reading

****

"Bunda, Aiza mau pinjam motornya boleh?" tanya Aiza pada mertuanya yang tengah memixer adonan bolu air. Entahlah, perempuan itu seperti tidak memiliki rasa lelah. Setiap detik ada saja yang di kerjakannya.

Alisha mengerlingkan netranya, menatap menantunya. "Memangnya Aiza mau kemana, Nak?"

"Mau beli susu Zia, Bunda. Tadi lupa minta sekalian dibawakan Zaidan," tuturnya.

Sepuluh menit yang lalu Zia mendatanginya di kamar, anak itu merengek minta dibuatkan susu. Dan pada saat itu juga Aiza baru ingat kalau tadi ia lupa minta susu dan dot Zia sekalian di bawakan. Kalau sudah begini mau tak mau ia harus membeli yang baru, Zia memang jarang minum susu, bahkan kadang seminggu hanya minta dua kali, namun jika sudah minta harus di turuti, tidak boleh tidak, pokoknya harus. Jadi tadi Aiza berinsiatif untuk membujuk Zia dan memberinya pengertian kalau susu dan dotnya ada di rumah, lupa di bawa, jadi Aiza meminta anaknya itu untuk main dulu dengan Ainun, biar ia beli dulu dot dan susu untuk Zia. Hingga akhirnya setelah di beri pengertian Zia pun paham, gadis kecil itu langsung menuju ke kamar Ainun.

"Enggak-enggak. Bunda nggak ngizinin kamu malam-malam begini bawa motor sendirian. Biar di antar Hafsi aja, ya?" Alisha memberi saran.

"Tapi Bund-" ucapan Aiza tercekat saat Alisha membuka mulutnya.

"Hafsi! Mas Hafsi!" Panggil Alisha pada putra sulungnya.

Beberapa saat kemudian Hafsi masuk ke dalam dapur dengan pakaian santainya, celana panjang berwarna hitam dan kaos polos berwarna putih.

"Ada apa, Bunda? Bunda butuh sesuatu? Ada yang bisa Hafsi bantu," tanya pemuda itu.

"Itu, Mas Hafsi tolong kamu antarkan Aiza beli susunya Zia, ya. Soalnya Zia kalau udah minta susu nggak bisa nanti apalagi di cancel," jelas Alisha.

Setelah mendengar penuturan Alisha barusan, Hafsi menatap Aiza sekilas lalu memfokuskan kembali perhatiannya kepada Bundanya.

"Bunda nggak mau Aiza pergi sendiri naik motor, lagi hujan pula." Celoteh Alisha. Bukan apa-apa, ia hanya tidak mau terjadi sesuatu dengan Aiza, karena perempuan itu sudah sangat-sangat menyayangi Aiza dan menganggap seperti anak kandungnya sendiri. Bukan sekedar istri dari anak laki-lakinya.

"Oh, Iya, Bunda, nanti biar Hafsi antarkan Aiza ke minimarket," kata Hafsi, lalu laki-laki mengalihkan tatapannya kepada Aiza.

"Ayo!" Ajaknya.

"Mas Hafsi lagi nggak sibuk?" tanya Aiza, pasalnya tadi ia melihat Hafsi yang tengah berkutat dengan laptopnya. Tatapannya pun begitu serius, dengan jemari yang menari-nari di atas keyboard laptopnya.

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang