BAB 85 [Bapak Able]

67 13 17
                                    

Assalamualaikum 💜

Hallow!
Selamat datang di cerita AKI.

Maaf kalau masih ada banyak sekali kekurangan baik dari kosah kata, penempatan tanda baca, dan lainnya.
Silakan tegur saya jika di rasa ada yang tak sesuai 💜

Selamat menikmati! Semoga suka!
______________________________________

Happy Reading💜✨

****

"Assalamualaikum?" Suara berat yang berasal dari luar rumah itu menginterupsi Zaidan yang kebetulan tengah duduk di sofa ruang tamu sembari mengetikkan kata demi kata di benda pilih berukuran empat belas inch itu.

"Waalaikumussalam." Zaidan bangkit dari duduknya, lalu membukakan pintu utama.

"Om Arfan, silakan masuk, Om," kata anak lelaki yang sudah duduk di bangku universitas itu ketika mendapati yang mengucapkan salam barusan tenyata adalah Arfan.

"Siapa Mas Idan?" Kali ini Zia yang bertanya, gadis kecil itu tiba-tiba sudah berada di ambang pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang keluarga, pasalnya tadi ia juga mendengar ada suara salam lalu suara pintu yang terbuka.

"Om Arfan yang datang." Zaidan menjawab pertanyaan Adik sepupunya itu

"Om Prince datang? Mana?" Girang Zia, karena salah satu manusia favoritnya dibeberapa bulan terakhir ini kembali bertamu di rumah Uti-nya setelah sekitar tiga mingguan mereka tidak berjumpa.

"Om Prince ...!" Zia menghamburkan tubuhnya, memeluk kaki jenjang milik Arfan.

"Hallo, Princessnya Om Prince!" Arfan tersenyum, lalu mengusap punggung Zia yang masih memeluk kakinya.

"Zia rinduuuu ... sekali sama Om Prince." Adunya. Bibirnya mengerucut diakhir kalimat, Arfan yang gemas dengan mimik wajah yang tengah ditampilkan oleh buah hati dari wanita yang dicintainya itu langsung mengangkat tubuh Zia dan menggendongnya.

"Zia tau nggak ...?"

"Tau apa, Om?"

Arfan tersenyum manis lalu mencolek hidung bangir Zia.

"Om Prince, juga rinduuuu ... sekali sama Princess nya Om Prince ini." Seolah tak mau kalah, Arfan mengikuti nada bicara Zia saat mengatakan rindu sekali. Ah! Zia benar-benar ajaib, dia benar-benar bisa membuat kulkas tujuh pintu itu meleleh.

"Kenapa Om tidak main ke sini?"

"Maaf ya, Sayang .... Om akhir-akhir ini sedang sibuk sekali. Om pasti main kok kalau Om punya banyak waktu luang dan kalau Bunda dan Uti kasih izin untuk Om main ke sini." Bukan tanpa alasan selama hampir tiga mingguan ini Arfan memang benar-benar sibuk, sibuk mengurusi pekerjaannya dan sibuk bolak-balik dari Sekadau ke Sidoarjo karena beberapa waktu lalu Umminya sempat harus dirawat inap, dan ada beberapa kewajiban di Pondok Pesantren yang harus didelegasikan kepadanya.

"Oke deh, Zia maafin. Kirain Zia Om Prince sudah lupa sama Zia." Lagi, gadis kecil itu memasang ekspresi sedih diakhir kalimatnya. Arfan benar-benar seperti sudah menjadi bagian dari hidupnya.

"Mana mungkin Om lupa sama anak manis seperti Zia. Om beneran sibuk, Nak. Kalau Om ada waktu pasti main, seperti sekarang ini, Om main kan ke sini?" katanya yang dibalas dengan anggukan kecil orang Zia.

Selama hampir tiga Minggu terakhir memang keduanya tidak bertemu, terakhir keduanya bertemu waktu Arfan mengajak Aiza untuk makan malam bersama. Namun walaupun tidak bertemu, sesekali juga Arfan menanyakan kabar Zia dan Adiknya melalui Bundanya  Entah mengapa bagi Arfan dua anak itu sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang