BAB 79 [Janin Mungil]

105 19 24
                                    

Assalamualaikum 💜

Hallow!
Selamat datang di cerita AKI.

Maaf kalau masih ada banyak sekali kekurangan baik dari kosah kata, penempatan tanda baca, dan lainnya.
Silakan tegur saya jika di rasa ada yang tak sesuai 💜

Selamat menikmati! Semoga suka!
_

____________________________________

Happy Reading💜✨

****

"Ck! Ini aku yang gendutan apa gimana sih?" Gumam Aiza yang tengah mematut dirinya dari balik pantulan cermin di sudut kamarnya.

Aiza menyingkap kaos over size yang dipakainya lalu terlihatlah perutnya yang sedikit menggunduk.

"Ini ceritanya lemaknya cuma di perut apa gimana, sih? Ck! Lucu banget, bulat gini lemaknya, keras lagi." kata Aiza yang tengah meraba-raba perutnya yang terlihat menggunduk.

Ini sudah memasuki bulan ke empat semenjak kepergian Azmi. Setelah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, Aiza dan Zia memutuskan untuk kembali ke rumah Raihanum, bukan karena Aisyiah dan Zaid mengusirnya dari rumah suaminya, namun itu semua karena kemauan Aiza sendiri karena bayang-bayang itu benar-benar membuatnya selalu teringat dengan mendiang suaminya.

Aiza pun sudah lebih baikkan, ia sudah bisa lebih mengikhlaskan kepergian Azmi, walaupun terkadang ia masih suka menangis karena merindukan sosok suaminya atau ketika ada suatu hal yang mengingatkan ia kepada mendiang suaminya. Setiap jum'at Aiza rutin untuk datang ke makam Azmi sekaligus Hariz, dan makan Tama—Abinya.

"Apa ini karena efek nggak haid juga ya?" Cicitnya lirih.

"Huft ... kayaknya besok mesti ke dokter untuk periksa." Gumam perempuan itu lagi saat mengamati perut buncitnya dari pantulan cermin. Pasalnya sudah tiga bulan Aiza tidak mengalami masa menstruasi, sebenarnya Aiza tidak terlalu khawatir karena sebelum menikah dengan Azmi juga siklus menstruasi Aiza kadang tidak normal terjadi setiap bulan. Namun yang Aiza khawatirkan saat ini adalah gundukan di perutnya, takut kalau ternyata ada masalah serius yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya, kista misalnya.

"Naudzubillahimindzalik!" Kata Aiza saat pikirannya menerawang jauh tentang gundukan di perutnya itu.

Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Aiza yang sudah menggunakan setelan kaos oversize berwarna putih dan celana panjang warna crem langsung memutuskan untuk turun ke lantai utama, menyusul Ummi dan Kakak iparnya yang tengah memasak untuk makan siang.

"Mmi, masak apa?" tanya Aiza sembari memeluk Raihanum dari belakang.

"Huek!" Tiba-tiba Aiza mual saat Raihanum memasukkan bawang merah dan bawang putih yang tadi sudah perempuan itu cincang halus ke dalam minyak panas.

"Eh! Kenapa, Dek?" Kaget Raihanum saat mendapati putrinya tiba-tiba seperti mau muntah.

"Mual, Mmi." Jawabnya.

"Mual gimana?" Tanya Raihanum bingung.

"Nggak tau, Mmi. Mual aja rasanya."

"Kamu ini ada-ada aja."

"Aiza akhir-akhir ini emang kayak gitu, Mmi. Suka mual kalau ada yang numis bawang, waktu hari minggu itu apa enggak, waktu Mas Rasyid bikin nasi goreng Aiza sampai muntah-muntah karena mual katanya," tutur Mira, ia sendiri heran karena Adik iparnya akhir-akhir ini tidak suka dengan aroma tumisan bawang.

"Kenapa? Magh kamu kambuh, Dek?" Tebak Raihanum.

"Nggak, Mmi. Mual aja kalau nyium bau bawang di goreng, selain itu aman-aman aja," jawab Aiza apa adanya sembari mengusap-usap perutnya yang sedikit menggunduk.

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang