BAB 66 [Rasa Kagum]

476 54 31
                                    

I'm so sorry guys😭
Malam ini daku lumayan sibuk, jadi lupa banget kalo mau up. Gapapa yaaa, yang penting kan juga hari ini:)

______________________________________

Aku nggak bisa bohongi diri aku sendiri, kalau aku udah menaruh rasa kagum itu semenjak pertemuan pertama kita.

Hafsi

****

Happy Reading

****

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, namun semua anggota keluarga ini masih terjaga, bahkan balita tiga setengah tahun itupun masih enggan untuk tidur, malah beberapa saat lalu ia mengadu kalau ia lapar dan merengek minta di buatkan ayam goreng tepung pada Bundanya.

"Bunda ...." Zia memanggil dengan nada merengek. Balita itu menyusul Aiza di dapur, perempuan itu tengah menggoreng ayam pesanan putrinya.

Aiza mengerling, menatap putrinya sejenak, di pintu dapur ada Zia yang sudah memeluk kotak susu dan dot yang baru beberapa jam lalu di beli.

"Iya, kenapa, hm?" sahut wanita itu.

"Zia mau susu ...." ucapnya dengan nada merengek.

"Iya sayang, sebentar ya, Nak. Bunda angkat ayamnya dulu, nanti gosong lagi ayamnya kalau kelamaan di angkat," kata Aiza mencoba memberi pengertian sembari memindahkan dua potong ayam yang sudah selesai di goreng di atas peniris gorengan.

"Bunda, sekarang Bunda! Zia mau sekarang." Bocah itu terus merengek.

"Iya, sebentar Zia."

"Bunda mau susu, Bunda!"

"Sabar sayang."

"Bunda Zia mau susu!"

"Sebentar nih, Bunda masukin dulu ayamnya Ty Ainun dulu, minyaknya udah kepanasan."

"Bunda ...."

"Zia sabar. Zia lihat, 'kan Bunda lagi apa? Sebentar aja, Nak."

"BUNDA, ZIA MAU SUSU! SEKARANG BUNDA SEKARANG!" Zia berbicara dengan suara keras.

"Bunda nggak suka lho kalau Zia teriak-teriak gitu, Bunda kan nggak-" Aiza menghentikan kalimatnya saat Zia menangis, anak perempuannya itu sudah berbaring di lantai dapur dengan suara tangisan yang di dominasi dengan suara teriakan. Alhasil karena suara tangisan yang bercampur dengan teriakan itu Hafsi, Ainun, Alvin, dan Alisha yang tadinya sedang berada di ruang tamu terkejut dan langsung berlari menuju ke dapur.

"Loh-loh, ini kenapa? Cucu Nenek kenapa? Kok tumben anak pinter tentrum? Kenapa sih Za?" tanya Alisha saat mendapati cucunya yang sedang menangis dengan posisi berbaring di lantai, rambut panjangnya kini sudah acak-acakan, bahkan susu yang daritadi di peluknya sudah di lemparkan olehnya.

"Minta di buatkan susu, Bunda. Tadi Aiza lagi angkat ayam. Nggak apa-apa kok, Bunda, biarin Zia keluarkan emosinya dulu, nanti Aiza tolongin kalau udah agak tenang."

Alisha mengangguk, sebagai seorang Ibu Alisha juga sudah paham cara mengatasi anak yang sedang tantrum.

"Udah, nggak apa-apa biarin Zia ngeluarin emosinya," kata Alisha. Lalu ia di ikuti oleh Alvin dan Ainun pergi dari dapur lalu kembali ke ruang keluarga. Kecuali Hafsi, laki-laki itu masih setia berada di dapur.

Perlahan Aiza mendekati Zia lalu duduk tak jauh dari posisi Zia yang masih menangis sesenggukan, suara tangisan itu tak lagi terdengar.

Lima menit setelahnya Zia sudah lebih tenang. Aiza lebih mendekat lalu tangan kanannya mengusap jejak air mata di pipi Zia. "Zia udah lebih tenang?"

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang