BAB 82 [Menghindar]

141 16 8
                                    

Assalamualaikum 💜

Hallow!
Selamat datang di cerita AKI.

Maaf kalau masih ada banyak sekali kekurangan baik dari kosah kata, penempatan tanda baca, dan lainnya.
Silakan tegur saya jika di rasa ada yang tak sesuai 💜

Selamat menikmati! Semoga suka!
______________________________________

Silakan Mas berbahagia dengan hidup Mas yang sekarang, tapi tolong jangan libatkan saya.

Aiza

***

Happy Reading💜✨

****

Semenjak memasuki mobil, cairan bening dari kedua manik hitam Aiza tak berhenti menetes. Hari ini karena keteledorannya yang salah melihat jadwal sekolah putrinya, Aiza jadi terlambat tiga puluh menit menjemput Zia. Rasa bersalah terus bergelayut dalam dirinya saat mobil milik Yana menuju ke sekolah putrinya.

Tadi sebenarnya guru di sekolah Zia sudah sempat menelfon beberapa kali, namun sayangnya Aiza lupa menonaktifkan mode silent di ponselnya, jadilah panggilan telfon dari guru Aiza tidak ada yang di dengarnya.

"Sudah sampai, Mbak," kata Driver GOCAR yang dipesan Aiza saat mobil yang di kemudinya sudah sampai di depan gerbang sekolah Zia.

Aiza menghapus jejak air matanya, lalu mengeluarkan uang dari dalam dompetnya untuk membayar ongkos GOCARnya.

"Terima kasih, Bu Yana."

"Sama-sama, Mbak. Hati-hati ya."

Aiza mengangguk dengan senyumnya. Sengaja kali ini Aiza tidak meminta Yana untuk menunggunya, pun hari ini Aiza tidak membawa Zian turut bersamanya, Zian sengaja ia titipkan kepada Mira, karena hari ini sebagai bentuk permintaan maaf darinya, ia mau mengajak anak sulungnya untuk quality time.

Aiza menghembuskan nafasnya setelah menghapus jejak air matanya. Dengan gontai dan perasaan bersalah ia masuk ke lingkungan sekolah.

Benar seperti dugaannya tadi, saat ini keadaan sekolah sudah benar-benar sepi, hanya tersisa empat sampai lima anak saja yang masih menunggu orang tuanya.

"Zia ...." Panggil Aiza saat melihat putrinya bersama dengan satu orang anak perempuan yang berpakaian sama dengan Zia yang tengah mengusap-usap punggung putrinya, seperti sedang menenangkan putrinya. Meskipun dengan posisi tubuh yang membelakanginya Aiza yakin jika itu Zia, putri sulungnya, karena tas yang di gunakan anak itu mirip dengan tas yang biasa di pakai Zia.

Zia yang mendengar suara Bundanya langsung membalikkan tubuhnya.

"Bunda ...!" Zia memanggil balik Bundanya setelah berhasil menemukan keberadaan Bundanya. Anak perempuan itu berlari menghampiri Bundanya.

Aiza langsung merubah posisi tubuhnya menjadi jongkok saat putrinya berlari ke arahnya.

"Mbak kenapa nangis? Sini Bunda hug dulu." Aiza yang melihat wajah putrinya masih memerah, dengan mata merah dan cairan bening yang masih mengalir langsung insiatif untuk memberikan pelukan hangat dulu untuk menenangkan putrinya.

"Zia udah tenang?" tanyanya sembari mengusap-usap punggung putrinya.

Zia mengangguk di dalam dekapannya.

"Zia nangis karena Bunda telat jemput ya, Nak? Maafin Bunda ya, Nak. Bunda telat jemput Zia, Bunda teledor karena salah lihat jadwal. Bunda benar-benar kurang teliti waktu lihat jadwal Zia. Bunda minta maaf ya, Nak."

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang