1

2.1K 274 4
                                    

Detik jam terdengar, temani ruang sepi  yang tengah ku tempati, bagaimana suara angin yang menghembus membuat hati yang sendu sedikit tenang.

Dalam keadaaan penuh akan penyesalan, aku terus berjalan menuju arah yang tak pasti, bagaimana setiap langkah yang ku lewati selalu berunjung buntu.

Ku nyalakan radio, mendengar channel favoritku, bagaimana lagu-lagu penenang jiwa diputar, begitu syahdu nan merdu, ku ukir senyumanku, mataku mulai memandang arah jendela luar bagaimana langit tengah dalam keadaan terang benderang.

Ku pikir awan mendung pun merasa kurang percaya diri dengan langit biru yang terlalu terang ini, akupun berharap awan masa lalu yang kelam bisa segera pergi dalam hatiku.

Detik demi detik waktu telah berlalu, bersama dengan kenangan aku terus melangkah, menelusuri jalan setapak yang hantarku menuju taman.

Dalam senjanya langit, aku rasakan angin sore hari yang begitu berkesan, ku lihat lalu lalang para manusia yang beraktivitas seperti biasa, bagaimana beberapa anak kecil menyapaku bagai aku adalah seorang putri dari khayangan.

Hah...terkadang sedikit menjengkelkan, ketika lelaki seperti ku terlalu cantik.

"Hoyyyyyyy Ji!!!!!!" Ah. Aku tau suara ini, aku lihat kearah belakang, dimana seorang bocah 3 tahun lebih muda dariku berlari kecil dengan jas kuliah yang masih dia pakai,

"Hm?" Rio.

Dia adalah teman masa kecilku, well, dia sudah kuanggap seperti adikku, dia sangat tau bagaimana masalaluku, mungkin dia adalah satu-satunya orang yang mengerti diriku.

Disaat semua orang berpikir aku seorang waria sebab penampilanku yang seperti gadis, lebih tepatnya aku memanjangkan rambutku serta memakai liptint, namun jika soal busana, aku tetap memakai baju layaknya seorang laki-laki.

"Aku cari kau kerumah kau malah hilang, kau senang sekali berjalan-jalan di taman ini" Aku hanya tersenyum dengan kakiku terus melangkah.

"Taman ini adalah tempat terindah bagiku" aku berucap pelan, ku rasakan tepukan tangan pada bahuku,

"Aku tau itu, oh ya  kau lapar? Aku dan Rosie membawa banyak makanan dan sekarang kekasihku sedang menunggu kita berdua, dia ada dirumahmu." Aku melirik Rio,

"Hah...kau itu tidak sopan sekali, tch. Dan jangan sesekali kau tinggalkan kekasihmu bodoh!" Aku berucap sedikit menekan,

Rio terkadang sangat tidak sopan, ah  tapi ini sudah biasa. Aku hanya bergegas pulang untuk menemui Rosie. Well, sejujurnya aku sempat menyukai gadis berpipi tupai itu. Dia menggemaskan.

"Makan yang banyak oppa" Rosie berucap dengan lembut, membuat Ji soo mengangguk pelan,

"Hm, apa kau mau minum jus Rosie? Biar aku buatkan" Ji soo berucap pelan,

"So sweet sekaliiiii" Ji soo dan Rosie hampir menyembur tawa kala Rio berucap tampak tak suka, lelaki itu tengah cemburu,

"Kau mau jus juga ?" Ji soo bertanya, wajah Rio seketika menunjukan expresi apa boleh?

"Boleh lah, kan kau yang buat." Rio hendak menolak namun Rosie segera menyela,

"Buatkan jus mangga Rio, aku mau." Rio menghela nafas,

"Tch, yasudah, kau apa ji?" Ji soo nampak berpikir

"Jus apel, tapi aku kehabisan apel, bisa kau beli?" Rio menatap kesal, Ji soo tengah mengerjainya!

"Ta- tapi supermarket kan cukup jauh " Ji soo menghela nafas,

I'M JI SOO KIM {JENSOO}ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang