PART 16

11.4K 236 23
                                    

*YOGA POV*

Aku yang terheran karena pada akhirnya gerak gerik kakakku tidak seperti biasanya. Ia bahkan tidak lagi senarsis dulu. Setelah selesai sarapan aku langsung bergegas pamit kepada Mas Yogi untuk jalan2.

Sebelum jalan jalan aku sempat mengajak Mas Yogi namun ia menolak dan ingin tiduran dikamar. Dava mengajakku ke mall untuk bermain ice skating. Awalnya aku menolak untuk bermain.

Akan tetapi setelah diyakinkan untuk belajar akupun melakukannya. Saat bermain aku sedikit kewalahan. Dava dengan sigap menuntunku dan mengajariku teknik dasar dalam bermain ice skating.

"ayo pah, papa harus stabil dan kalo mau ngerem naikin sepatu belakangnya" seru Dava. Tak lama kami bermain ice skating bersama. Aku senang Dava cukup menikmati permainan ice skating bersamaku.

Setengah jam kemudian saat aku mengajak dia bicara Dava seperti terdiam dan melihat keatas. "Dav ayo lanjutin lagi kita putar2 disana" seruku sambil menepuk pundsk Dava.  Lalu Dava memberikan kode untuk melihat keatas.

Saat aku mendongak keatas aku terkejut. Mingce dari tadi memperhatikan kami. Mingce sempat melambaikan tangan. Aku hanya mengangguk dan mengajak Dava bermain lagi.

Setelah puas bermain ice skating kami langsung menuju pusat makanan. Karena jam sudah menunjukkan pukul 13.30 wib dan aku juga sangat lapar. "hay Mas Yoga" seru seseorang.

"eh eee mingce" seruku. Ternyata mingce tidak hanya sendiri namun juga ada dua waria yang ikut menemaninya. "iyaa Mas Yoga. Kok kesini gak bilang bilang kan bisa bareng" seru Mingce.

"Dava gimana kabar kamu sayang" seru mingce. "Saya baik tante" seru Dava singkat. "oh iyaa Mingce kami mau duluan dulu, permisi" seruku. "bareng aja yaa mas kami jugs mau makan kok" seru Mingce.

"Maaf mingce saya mau quality time sama Dava. Kami ingin makan berdua" seruku. "iyaa mas gak pa2 Tina sama Tini juga pengen bareng Mas juga. Kami janji deh kami gsk akan ganggu terlalu jauh" seru Mingce.

"iyaa mingce lain kali saja yaa kami ingin quality time berdua" seruku halus pada mingce. Kamipun pergi dan memutuskan untuk ke lantai 5A dimana ada pusat makanan. Aku langsung saja memesan ayam bakar.

Sedangkan Dava memesan nasi goreng. Kamipun bermain bersama sebelum makan. "Dav papa mau nanya deh" seruku pembicaraan. "ada apa pah" tanya Dava penasaran. "kamu lulus mau kuliah dimana" tanyaku.

"Kalo Dava mau kuliahnya gak jauh dari papa biar sama sama terus. Trus kalo jurusan Dava mau kedokteran pah" seru Dava. "wow good tapi kamu harus belajar yang bener loh yaa" seruku. "iyaa pah kan selama ini Dava belajar dan dapat asupan vitamin dari papa" seru Dava.

"vitamin?" tanyaku penasaran. Lalu Dava tersenyum dan langsung meremas batangku pelan yang membuatku terlonjak kaget. "nghh nghh" aku reflek mengerang. "eh Dava ini di mall jangan macam2" seruku.

"iyaa iyaa" seru Dava sambil tertawa. "pah nanti Dava minta jatah yaa" seru Dava. "senin aja yaa" tawarku. "gak mau aku maunya hari ini" seru Dava. "okay okay yang penting kamu gak berbuat yang aneh aneh" seruku.

"Dav kamu nyadar gak sih kok mingce bisa tau sih kalo kita ketempat ini, padahalkan ada 4 mall dikota kita tinggal dan bahkan sampai tau persis dimana kita" seruku bertanya. "wajarlah pah orang peliharaannya ngawasin kita terus" seru Dava.

"hah maksud kamu" tanyaku bingung. "mingce punya genderuwo buat mata2in kita" seru Dava. "kamu bisa tau dari mana, jangan nuduh asal Dav gak baik sayang" seruku pada Dava.

"makanya pah mata batinnya dibuka jadi papa paham. Mana genderuwonya ganas banget lagi" seru Dava. "hah serius tapi kenapa gak nyerang kita saat ada kesempatan. Apalagi tadi dia bisa aja kan nyerang kita pas ditempat sepi" seruku.

"papa nyadar gak sih kalo aku juga punya peliharaan. Papa jugs nyadar gak sih tadi malam papa dibuat muter muter dan papa menemukan sosok makhluk gede yang nangkring dipohon" seru Dava.

Aku lalu teringat bagaimana setelah pulang dari rumah mingce aku malah kembali ketempat yang sama lebih dari 7x. Aku menyaksikan ada satu makhluk besar yang bersemayam diatas pohon.

"untung aja papa tadi malam nurut buat gak balik jam 12 malam kalo tidak aku gak bakal bisa ngeluarin papa dari makhluk itu" seru Dava. Ia seperti menjawab apa yang aku fikirkan.

Satu sisi aku merasa beruntung memiliki anak ini satu sisi aku juga takut menghadapi anak ini. "tapi gimana caranya kamu bisa tau dan gimana cara papa bisa lolos dari mereka" tanyaku bingung.

"Sosok putih yang nunjuk jalan ke papa, dia salah satu peliharaan aku. Aku juga udah memperkuat diri pah untuk melindungi papa dan orang orang kayak mingce. Jadi papa tenang aja yaa jangan terlalu khawatir" seru Dava.

"Dav apa memelihara mereka gak membahayakan untuk kamu" tanyaku. "Orang yang sudab menerima wangsit ga bisa ditolak pah, ini udah warisan dan mungkin takdir Dava untuk melanjutkannya dari mbah dulu" seru Dava.

Melihat Dava yang seperti ini aku baru menyadari bahwa anak ini tidak bener2 jahat. "ya sudah Dav. Kamu gak sendirian lagi. Papa juga akan bersmaa kamu terus kok" seruku sambil mengelus pipi Dava.

Beberapa saat kemudian makanan yang kami pesan sudah tersaji. Baru setengah kami makan tiba2 si mingce muncul dengan barang belanjaan yang banyak. "mas Yoga Dava" seru mingce.

Disana juga ada Tina dan Tini dengan barang belanjaan yang banyak. "mas kami beliin baju loh buat kalian" seru Tina membuka suara. "loh kalian" seruku kaget. Mendadak Dava jadi makin cemberut.

"iyaa nih Mas Yoga kami beliin baju2 salah satunya buat Mas Yoga, Dava sama Mas Yogi. Pasti cuco deh" seru Mingce. "mingce mohon maaf tapi ini dalam rangka apa bajunya kamu belikan, saya udah dapat hadiahnya" seruku.

"iya mas ini dalam rangka buat mempererat hubungan kita sebagai tetangga" seru mingce. "hmm maaf mingce mohon maaf banget saya gak bisa. Ini terlalu mahal dan ini gak wajar" seruku pada mingce secara halus.

"oh okay deh Mas Yoga. Maaf yaa ganggu" seru mingce kemudian meninggalkan kami diikuti oleh Tina dan Tini. Aku bisa melihat wajah yang keceewa sebelum Mingce meninggalkan kami.

"ada ada aja itu orang" seruku bingung. "dia ambis pah dia pengen dapatin papa" seru Dava. "kamu cemburu yaa" seruku. "iyaa pah. Cuma Dava juga bisa ngerasain apa yang dilakukan mingce kepapa" ssru Dava.

"yaudah kita tetap waspada aja kamu jangan terlalu khawatir" seruku mencoba menenangkan Dava. "iyaa pah aku takutnya jika mingce gak bisa dapatin papa dia akan menyerang orang orang terdekat papa" seru Dava.

Kata kata Dava barusan langsung membuatku terdiam. Apakah mingce akan membuat perhitungan pada masku, kawan2 ku Adi dan Imran atau Dava atau kakak ipar dan kponakanku.

_______________________________________

Hi guyss segitu dulu yaaa mohon maaf baru update.

Dikarenakan author lagi banyak ujian minggu ini mungkin butuh waktu dua minggu buat bisa update lagi makasih yaa atas dukungannya

Jangan lupa vote yaa

Thanks 😊😊😊

Papa Tiri DavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang