PART 13

11.9K 238 11
                                        

*YOGA POV*

Semakin lama aku merasa hari sudah semakin sore. Banyak pemain yang mulai tersisih mulai berpamitan satu demi satu. Karena mereka sudah mulai bosan dan beberapa diantara mereka bersama dengan keluarganya.

"Mas Yogi lo makannya jangan banyak2 napa" seruku pada Yogi. "ya elah Ga, ini enak coba aja kue bolu dari Mingce trus cokelat sayang kalo gak diabisin" seru. Tak lama mingce menghampiri kami.

"loh Mas Yoga kok gak dimakan kuenya. Gak suka yaa" tanya mingce. "iyaa mingce tadi saya baru makan. Kalo kebanyakan takut bega terus kalah dari lomba" seruku. Kulihat dengan perlahan mingce mulai meraba paha kakaku.

Aku mencoba memberikan kode ke Mas Yogi namun dia tidak memahami kode dariku. "enak yaa mas Yogi kuenya" seru Mingce. "iyaa mingce saya ga bisa berhenti. Sering sering buat yaa" seru Yogi.

Saat aku mencoba ingin menegur mingce tiba2 gerombolan waria datang menghampiri Mas Yogi. "mas kok badannya gede banget sih" seru salah satu waria pada Yogi.

Waria yang lain mencoba mendekapku namun aku bisa menepisnya dengan halus. "mas Yoga kok gak pake seragam kayak Mas Yogi sexy tau apalagi Mas Yoga lebih berotot dari Mas Yogi.

"eeh eee iyaa saya gak begitu nyaman pake yang agak ketat" kilahku. Aku segera berlalu meninggalkan Yogi bersama para waria disekililingnya. Yogi terlihat begitu menikmati kue tersebut.

"Pak Dandi, mau sholat" tanyaku. "iyaa nih, tadi mau ngajak Pak Bastian tapi beliau lagi malas" seru Pak Dandi. "ya sudah kalo begitu ayo bareng saya Pak Dandi" seruku. Untungnya aku dan Pak Dandi membawa 3 baju ganti jadi gak bau dan bisa mandi juga.

Selesai mandi aku dan Pak Dandi bersama bapak yang lain melaksanakan sholat maghrib. Setelah selesai kami makan pecel ayam yang dibawakan Bu Indah. Bu Indah juga merupakan tetangga yang baik.

Setelah berbincang, aku mencari keberadaan kakakku. Aku mencoba mencari kelapangan, kamar ganti, dan sekeliling namun aku tidak menemukannya.

Hingga aku menemukan ruangan tengah dimana terdapat beberapa banyak pakaian dan sepatu bermerk. "Mas Yogi, ngapain lo disini" tanyaku sambil bergegas menghampiri dia.  

"Eh Yogaa, ini gua lagi pengen ditawarin jadi model sama mingce" seru Mas Yogi. "Hah gilaa lo, udahlah gak usah aneh-aneh, mending lo balik lagi aja mas usaha makanan" seruku  

"Iya sih cuma kan gak enak kalo gua bener-bener bergantung sama bini gua, gua juga pengen  punya penghasilan sendiri" seru Yogi. "Udahlah mas plis jangan aneh-aneh. Lo gak tau siapa mingce gua juga" seruku. 

"Iyaa tapi lumayan, liat deh, tuh sepatunya bagus-bagus cuy, sekali jadi model kata, berani kasih 8jt" seru Mas Yogi dengan penuh semangat. "Mas Yogi pliss jangan mengulangi kesalahan lo dulu yang pernah hampir kejerat kasus narkoba karena lo gak hati2 sama orang lain" seruku.   

"Gua udah gede Yoga. Gua juga mas lo, tenang aja gua yakin gua bisa" seru Yogi dengan pedenya. "Eh ada mas Yogaa, gimana nih kabarnya. Mau join jadi model juga" seru Mingce.   

"Eh eee engga mingce saya mau siap-siap pertandingan berikutnya" seruku lalu bergegas pergi. Kemudian setelah isya akhirnya aku bertanding. Aku berpasangan dengan Mas Dandi berhasil masuk Final. 

Mas Yogi sudah tersisih dari semi final, Mas Yogi dengan santainya memakan makanan kue bolu dari mingce bahkan puding dan spaghetipun tak luput dari jamahannya.  

Aku khawatir ketika dia akan mejadi korban Mingce nanti. Setelah melakukan perlawanan yang cukup kuat melawan Pak Bastian dengan pasangan pak Bastian. Aku berhasil mengalahkannya dengan smash terakhir.  

Ada sedikit raut kekecewaan dari Pak Bastian namun dia mencoba untuk profesional dengan menerima kekalahannya dan menyalami kami berdua. Perutku saat itu sudah lapar.  

"Mas Yoga, mas Yoga mau makan dulu atau mau mandi dulu nih" tanya Pak Dandi. "Kalo saya mandi dulu deh pak" seruku. "Sama deh saya juga" Seru Pak Dandi. Kamipun bergegas menuju kamar mandi.  

Namun aku ketika melihat jam di handphone ternyata sudah pukul 22.00 wib. "Anjir jam 22.00 wib, 2 jam lagi jam 00.00 wib, gua harus segera pergi" gumamku dalam hati.   

Setelah selesai mandi aku langsung membereskan pakaianku dan juga merapikan pakaian Mas Yogi. "Eh mas udahan, yuk makan dulu ada bakso tuh" seru Pak Dandi. 

"Eh eee iya pak Dandi tapi saya mau nyari mas Saya dulu" seruku. Aku mencari-cari keberadaan kakakku dilapangan dan ruangan yang lainnya. Akupun nekat memasuki sebuah ruangan kosong yang ada di belakang lapangan. 

Saat aku masuk aku terkejut dengan keberadaan Mas Yogi yang sedang menikmati minuman sirup, ketika aku melihatnya dari cermin terlihat sirup yang berwarna kuning berubah menjadi merah darah. 

Akupun mual, namun aku harus segera membawa masku pulang. "Mas Lo ngapain lagi ayo balik" seruku. "Eh eee iyaa yaa, gua mau sih cuma. Masih ada sepatu yang gua minta" seru Mas Yogi.   

"Lo mau berapa banyak sepatu lagi" tanyaku. "Gak hanya itu Yog, nanti si mingce bakalan ngasih satu set alat bulu tangkis" seru Yogi. "Mas lo udah gak waras yaa, udah ah nanti kita bisa beli ayo balik" seruku geram.  

"Gua nyusul yaaa boleh yaa. Lagian rumah deket ini" seru Mas Yogi. "Terserah lo deh mas, kalo terjadi apa-apa gua gak bakal peduli lagi" seruku. Akupun berjalan menghampiri Pak Dandi.  

Kulihat Pak Dandi sudah terbius dan digerayangi oleh beberapa waria. "Eh kalian ngapain udah pergi sana" usirku pada beberapa waria. "Aduh mas Yoga kita cuma mau memberikan pijatan kok pada Mas Dandi. 

"Udah gak usah, atau saya laporkan ini pada Pak RT" seruku. Ketika para waria sudah pergi meninggalkan kami, aku segera merapikan baju Pak Dandi. Setelah itu kami bergegas keluar. Kulihat Pak Dandi belum sadar sepenuhnya.  

Ketika melewati jalan sambil memapah aku menemukan sebuah pohon besar dimana ada makhluk besar yang aku tak yakin dengan apa yang kulihat namun aku tetap bergegas pergi melewati pohon itu dan belok ke sebuah gang. 

Namun  saat beberapa langkah berjalan sambil menuntun Pak Dandi yang masih setengah sadar aku kembali lagi ke jalan yang sama. "Ughhh, Mas Yoga kenapa kita kembali kesini yaa" seru Pak Dandi.    

"Saya juga tidak tau pak, saya pun heran kenapa kita bisa kesini. Tak lama kita berjalan kembali namun anehnya kita tetap kembali ketempat yang sama. Hingga aku menemukan sosok putih yang menunjuk untuk jalan terus.  

Anehnya aku tidak merasa takut dan Pak Dandi seperti tidak melihatnya. Aku langsung berjalan dengan mempercepat langkahku. Ketika sampai gerbang dua orang satpam yang melihat kami langsung bergegas keluar.  

"Tuan Yoga, kenapa bisa seperti ini ada apa nih Tuan" tanya salah satu satpam. "Tidak, tidak ada apa-apa, cepat tolong bawa Pak Dandi" Seruku. Kami tiba di sebuah ruangan tamu.    

"Bagaimana pah petualangannya malam ini" seru Dava yang kini datang" dengan membawa teh bersama Udin. "Dava kamu bisa tau dari mana" tanyaku heran dan takut. 

"Aku taulah pah masa gak, tadi jalannya ditutup makanya papa gak bisa balik sampai jam 12 malam dan mingce bisa nyergap papa" seru Dava. "Kalo gitu ayo cari Mas Yogi mumpung belum jam 12 malam" seruku. 

Dava tersenyum dan menujuk jam di dinding, aku begitu terkejut saat mengamati jam ternyata sudah memasuki pukul 00.05 wib. Istirahat dulu aja ya pah, lanjut besok" seru Dava. 

__________________________________

Hi guyss segitu dulu yaaa mohon maaf kalo agak absurd.

Jangan lupa vote yaa. Thanks 

Papa Tiri DavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang