PART 8 PERMAINAN (2)

21.3K 302 3
                                    

*DAVA POV*

Aku yang mendengar bahwa papa yang mulai khawatir soal mama juga mulai takut. Terlebih ketika mengetahui bahwa kenyataan pahit soal mama. Aku tidak tega memberitahukannya.

Mungkin ketika waktunya tiba aku akan memberitahukannya. Setelah kami selesai makan paman Yogi memutuskan untuk berenang dikolam. Namun aku juga mengajak paman Yogi untuk berenang di sore hari.

Aku sengaja minta izin kepapa untuk membawa kawan2ku Dean dan Aji untuk mencicipi tubuh pamanku. Terlebih dia sangat mirip dengan papa tiriku. Papaku mengizinku membawa teman2ku.

Tak lama kemudian setelah selesai makan papa memasuki kamar sebentar. Tak lama satpam mendatangiku bahwa ada tamu yang ingin menemui papa tiriku. Tak lama kemudian aku mendatangi tamu itu.

Setelah aku menemuinya aku terkejut bahwa yang datang adalah mingce. "mau apa mba kesini" tanyaku heran. "oh ini kamu. Saya cukup kagum kamu bisa menggagalkan kekuatan saya" seru Mingce.

Aku terdiam dan masih mengamatinya. Wajah bencongnya dan gerak geriknya. "tapi hanya karena kamu bisa menggagalkan jampi jampi saya bukan berarti kamu bakal memang" seru mingce yang kini mencoba meremehkanku.

"emang kamu bisa apa?, papa aja jijik sama kamu. Kamu hanya sumber kenajisan dimasyarakat. Sekalinya mereka butuh kamu itu karena mereka terpaksa dan butuh uang" seruku membalas baik.

"kamu masih bocah lancang yaa" seru mingce padaku. "haha emang kenapa kamu gak bisa ngapa2in yaa" seruku menantang. Seketika ia mencoba menamparku namun aku berhasil menahan tangannya dan membuat tangannya melepuh.

"anjinggg sakitt" erangan mingce ketika ia merasakan panas pada tanganku sontak dia mendorongku hingga aku terjatuh. "ya ampun Dava" seru papa tiriku menghampiri yang terjatuh dan menolongku dari belakang.

"lancang sekali yaa anda datang kerumah orang lalu mencelakakan anak saya" seru papa tiriku yang mulai marah. "enggak mas yoga, anak mas Yoga ini yang nyerang saya liat ampe tangan saya melepuh" seru mingce.

"gak ada tanda tanda anak saya bawa korek api, lagian kamu ngapain kesini" seru papa tiriku. "saya cuma" seru mingce namun diputus oleh ayah tiriku. "udahlah lebih baik kamu keluar sebelum saya panggil satpam untuk bawa kamu keluar" seru Papa tiriku.

"okay saya pergi" seru mingce. Ia lalu bergegas pergi. "kamu gak pa-pa kan Dava" seru papa tiriku yang cemas. "enggak kok aku baik baik aja pah" seruku pada papa tiriku. "yaudah ayo kita pergi biar kita gak telat" seru papa tiriku.

Kamipun berangkat menggunakan motor. Beberapa saat kemudian aku memeluk papa tiriku kurasakan badannya yang kekar dan memancing birahiku. Namun aku harus bersabar hingga nanti malam.

Saat tiba aku menyalami papa dan bergegas masuk kesekolah. Aku langsung menuju kelas. Baru saja aku masuk aku langsung di hampiri Aji. "Dav lo udah ngerjain matematika belum" tanya Aji.

"udah kenapa emang?" tanyaku. "liat yaa gua lupaa" seru Aji. Lalu aku memberikan prku pada Aji. Aku duduk bersama Dean. "Dav nanti jadi" tanya Dean. "jadi dong kalian langsung kerumah aja" seruku pada Dean.

Kamipun mengikuti kegiatan sekolah dengan baik. Setelah pulang sekolah kami menggunakan mobil dean untuk langsung menuju rumahku. Tak lama kami tiba dirumah pukul 15.30 wib. Kulihat Pamanku sedang berenang menggunakan boxer.

Kami langsung berinisiatif untuk mengganti baju kami dengan baju renang. Kami hanya menggunakan celana renang. "wuuih kponakan paman sudah pulang" seru pamaku. "paman kenalin ini teman2 Dava" seruku pada pamanku.

Merekapun berkenalan sontak karena wajah pamanku yang cukup mirip dengan wajah papa tiriku membuat mereka berhenti untuk mengejar papa tiriku. Aku lalu mengajak mereka semua berenang.

Terlihat pamanku juga bisa berenang. Namun dia orangnya terlalu suka membanggakan diri meskipun pamanku tidak pernah merendahkan orang lain.

Karena rasa percaya dirinya yang tinggi membuat kami bisa dengan mudah menjebaknya. "wuah paman sering ngegym yaa seru Dean yang memulai membuka pembicaraan didalam kolam renang.

"iyaa dong biar jadi idaman para ciwi" seru pamanku. "dulu emang paman Yogi sering jadi idaman yaa" tanya Aji memancing. "iyaa jelas dong dulu paman banyak disukai wanita kadang banyak yang berani bayar paman buat ngeseks doang" seru pamanku.

"wuah enak banget yaa jadi paman, bisa ngesex lebih dari 1 cewe" seruku. "iyaa. Tapi paman sekarang udah tobat" seru pamanku. "paman boleh kami boleh pegang ototnya gak" pancingku.

"boleh boleh tapi jangan ngiri yaa" seru pamanku dengan bangganya. Kamipun mulai meraba otot lengan pamanku. Mulai dari Aji yang meraba punggung. Kemudian aku dan Dean yabg meraba otot pamanku di tangan.

"wuah keren yaa latihan berapa lama paman" tanyaku penasaran. "yaa gak lumayan sih 3 bulanan lah" seru pamanku. Tiba-tiba terfikir sebuah ide. "paman boleh pose gak untuk menginspirasi kita biar rajin ngegym kayak paman"

Dengan bangganya pamanku akhirnya naik keluar kolam renang. Ia dengan perlahan mulai memperagakan layaknya binaragawan. Tak mau hanya disitu aku meminta pamanku untuk melepaskan celanya.

Awalnya pamanku agak ragu namun karena kami memujuknya untuk melihat otot otot kakinya, akhirnya pamanku membuka celananya. Saat perhatian terfokus pada kami aku sengaja meminta izin untuk memesan pizza.

Pamanku mengiyakan dan diapun melanjutkan posenya. Karena banyaknya mendapat pujian membuat dia tak bosan untuk melakukan pose sebagai binaragawan.

Akupun mengambil celananya dan membawanya ke tempat cucian tanpa disadari pamanku. Ketika di dapur aku pun meminta Pak Udin membuatkan minum dengan mencampurkan obat pelemas otot untuk Pamanku.

Setelah beberapa menit berpose, ia menghentikan aksinya dan mencari cdnya. Aku yang baru datang dari dapur berpura-pura bingung lalu menanyakan kepada paman. "paman nyari apa" tanyaku.

"paman nyari celana paman kok gak ada yaa" gak tau paman. Akhirnya kami berinisiatif mencari namun tidak kami temukan. Tak lama setelah beberapa lama mencari Pak Udin datang dengan membawa minunan.

Tak lama kami meminun jus, dan dari warnanya aku sudah bisa memastikan bahwa paman sudah meminum obat pelemas otot. "paman gimana kalo kita lomba" seruku. "iya tuh kita lomba" sahut Aji.

"boleh kalo menang hadiahnya apa?" tanya pamanku. "karena paman paling kuat kami minta paman lawan kita bertiga, kita lomba kalo paman juara 1 kami belikan paman jam tangan baru kalo salah satu dari kita bisa duluan ke garis finish paman harus nurut apa kata kami" seruku.

"boleh ayo siapa takut. Ayo kita mulai" seru pamanku yang bersemangat. Lalu kamipun memulai perlombaan. Benar saja baru beberapa menit pamanku sudah mulai terlihat agak lemas.

Namun dia berusaha terlihat bertenaga. Tak lama kemudian kami mulai berlomba. Karena aku dan Dean terbiasa berenang kami bisa mendahului paman kami. Aku tiba diujung duluan lalu disusul oleh Dean.

Tak lama kemudian Pamanku dan Aji tiba diujung. "wuah paman kalah nih" seruku. "udah siap paman dengan hukumannya" seru Dean. "iya tapi kok paman lemas banget yaa" seru pamanku. "udahlah paman jangan banyak alasan" seru Dean.

_______________________________________

Hi guys segitu dulu yaa mohon maaf baru update lagi.

Jangan lupa vote yaa

Thanks 😊😊😊

Papa Tiri DavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang