Hari hari cerah seolah memaksa hadir. Sekalipun masa lalu yang terasa sulit direlakan itu masih menghantui. Suasana ceria hampir mustahil hidup lagi di keluarga ini. Bukan tak mau, tapi rasanya cukup sulit.
Sarapan pagi itu. Suasana hening selalu menyelimuti seperti biasanya. Papa hanya menghela nafas nya saat menatap wajah anak anaknya yang tenang. Dengan senyum sendu berusaha berdiri paling tegar diantara mereka semua
Sosok itu beranjak. Si bungsu yang tampak menghabiskan setengah piring sarapan nya, meraih tas ransel yang digantung di ujung kursi. Berdiri dan mendekat ke arah papa
"Bagas berangkat dulu pa" Ucapnya dengan nada dingin nya
Papa mengangguk. Meraih tangan anaknya yang bermaksud pamit. Mereka semua menyaksikan kepergian si bungsu. Pria itu tumbuh dewasa. Berkuliah seperti orang dewasa yang juga dilakukan oleh kakak kakak nya. Namun, sifat nya sedikit berubah. Nyaring tawa canda nya seolah hangus. Semua ucapan berisik nya hanyut bersama kehilangan hari itu
Juan menatap adiknya yang pergi. Ia juga sudah tampak jarang bepergian berdua bersama si bungsu. Mengingat dulu mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sekarang, selain karena mereka berdua berada di jurusan dan kampus yang berbeda. Keduanya cukup sibuk dan asik berkutik dengan dunia dewasa mereka
"Juan juga berangkat dulu ya pa" Ucapnya lalu ikut beranjak. Ia meraih tas nya dan pamit
Tersisa Papa, Aksa, dan Yasa. Meja makan itu cukup hening. Yasa memutar bola matanya malas. Bukan nya tak suka. Hanya saja, menurut nya tak masuk akal. Setelah kehilangan mereka hari itu, suasana rumah ini selalu mendung.
"Kak, gimana rencana kkn nya?" Tanya Yasa. Memulai percakapan antara dirinya dan si sulung
Aksa menoleh ke samping. Ia tersenyum, sejauh ini. Hanya mereka berdua yang bertahan untuk tetap tegar. Melanjutkan hidup seperti biasa lagi dan mencoba menghapus semua duka yang dirasa
"Udah clear kok. Makasih ya udah bantuin cari tempat. Kak Aksa berangkat minggu depan sama temen temen" Jawab Aksa
Aksa menepuk bahu adiknya dengan senyum ramah. Menuju semester tua di perkuliahan. Dirinya tetap harus melanjutkan hidup. Melanjutkan pendidikan hingga lulus dan membanggakan papa juga keluarga nya
"Udah ada konsultasi sama kepala desa nya?" Tanya Yasa
Aksa mengangguk "Udah. Temen temen Kak Aksa juga udah kasih tau beberapa kegiatan yang mungkin dilaksanain disana nanti" Ucap Aksa
"Ada keperluan yang masih kurang, Aksa?" Tanya Papa
"Enggak kok pa. Udah prepare semua. Mobil juga ready" Ucap Aksa
"Nanti kalo aku mau main main kesana boleh kan kak? Pengen liat suasana kkn. Kan aku tahun depan juga udah kkn" Ucap Yasa
"Boleh dong. Nanti pake almamater Kak Aksa yang satunya aja. Kalo mau nginep satu dua hari boleh" Ucap Aksa
"Okeedeh"
. . . .
"Udah tiga tahun ta.... "
Tanganya menaburkan beberapa bunga diatas gundukan tangan itu. Dilanjutkan menuangkan beberapa tetes air untuk menyegarkan suasana disana
"Aku lusa berangkat kkn. Jadi mungkin gak bisa dateng kesini buat cerita lagi sama kamu"
Diusap nya nisan yang tampak kusam. Membersihkan debu debu tanah yang tampan menempel. Senyum kecut nya tak pernah hilang setiap ia datang kesini. Berkeluh kesah setiap harinya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 2 | 𝙉𝘼 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉
Fanfiction"Aksa.. Bahagia itu bukan perihal senyum abadi. Tapi bagaimana kamu merajut semua luka dan berdamai bersama itu semua" #1 in Terbaik [100921] @LobelyBee