"Semesta... Jangan pernah berharap sama takdir. Itu sama aja kamu makan ikan dan berharap gak ada duri disana. Gak akan mungkin. Kalau kata orang orang 'Kita gak bisa mengubah takdir' bohong.. Itu bohong. Selama kamu masih memimpikan bahagia untuk direngkuh bersama masa depan. Maka kejar dan buat takdir milik Semesta sendiri. Kak Langit yakin, Semesta akan punya masa depan yang indah. Yang selama ini Semesta mau. Tapi, kalaupun Kak Langit gak bisa nemenin Semesta lagi nantinya. Maka jadikanlah Kak Langit sebagai alur takdir untuk pelajaran dalam hidup Semesta"
Mata itu terbuka, menelisik sekeliling yang lagi lagi berdiri pada ruangan putih itu. Ruangan dimana ia bertemu dengan sosok yang dirindukan nya
"Kak?.... Kak Langit?" Panggilnya
Tak ada suara yang berniat menyahut panggilan lirih itu. Matanya mengerdarkan pandangan seluas mungkin. Sebagaimana putih menutupi sekeliling. Dan lagi, masih tak ada siapapun dihadapan nya
"Kak Langit? Kak Langit dimana?... Ini Semesta.. Semesta udah inget Kak Langit lagi" Ucapnya keras. Masih mencoba memanggil sosok itu, namun hanya kehampaan yang menghampirinya
Ia mengingat detik detik terakhir sebelum kegelapan menguasai netranya. Maka dengan cepat tangan itu bergerak menggapai kepala bagian belakang nya. Hingga matanya terkejut saat mendapati genangan darah memenuhi kakinya. Ia juga mendapati darah darah itu mengotori tanganya. Namun anehnya, ia tak lagi merasakan sakit. Tidak sama sekali
"Semesta.. " Sebuah panggilan didengar nya
"Kak Langit?! Kak?!...... Mama?.. "
Ia menatap sosok dihadapan nya. Sosok wanita paruh baya yang tersenyum kearahnya. Entah kenapa, sesaat ingatan itu memenuhi dirinya. Semuanya, semua ingatan itu kembali bertengger dikepala nya. Mengingat setiap rincian masa lalu yang dilewati nya
"Maaf Semesta.. Sampai sekarang ternyata kamu belum bisa bahagia.. "
"Mama?.. "
"Kak Semesta?! Huaaa Akhirnya Bagas ketemu Kak Semesta juga!"
Dan kali ini. Tiba tiba seorang laki laki muda berlari ke arah nya. Dengan senyum selebar pelangi.
"Bagas.. " Ucapnya lirih. Air mata itu jatuh seketika. Ia mengingat nya. Mengingat semua aspek kebahagiaan dihidupnya
"Ihhh Kak Semesta ternyata disini.. Padahal Juan belum jadi kasih kado nya waktu itu loh"
"Juan?.. " Senyuman bersama air mata itu seolah menjabarkan rasa rindu yang mengelu dalam dada nya. Sosok sosok itu
"Tiga tahun bukan waktu yang sebentar buat cari kamu Semesta.. "
Itu Yasa. Tersenyum harap dihadapan nya. Membuatnya merasa bersalah atas semua amarah yang ditujukan pada pria itu"Semesta.. Papa kangen nak. Papa sedih Semesta tinggalin papa"
"Papa... Semesta juga kangen.. " Ucapnya lirih
Sosok sosok itu bagai asap yang berdiri rapi dihadapan nya. Ia menangis hebat. Mengingat semua kenangan bersama semua sosok sosok dihadapan nya
"Bunda?.. "
"Iya Semesta.. Ini bunda. Semesta gak kangen sama bunda? Sama Zara? Kita sedih kehilangan Semesta.. "
"Kangen bunda.. Semesta kangen sama bunda sama-"
Bibirnya berhenti. Ia melihat sosok wanita disana. Namun berbeda dengan yang lain nya. Ia melihat wanita itu bersimpuh menyediri. Menangis kuat dengan menutupi wajah nya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 2 | 𝙉𝘼 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉
Fanfiction"Aksa.. Bahagia itu bukan perihal senyum abadi. Tapi bagaimana kamu merajut semua luka dan berdamai bersama itu semua" #1 in Terbaik [100921] @LobelyBee