28 - Shocking Fact

1K 237 199
                                    

Woomi menyilangkan kedua tangan di depan dada. Memandangi Chanyeol yang babak belur di hadapannya.

Mereka sedang di depan rumah sakit, hendak menemui Hyemi——ibu kandungnya. Namun Woomi menahan Chanyeol sebelum masuk.

Memikirkan alasan apa yang harus dia buat agar ibunya itu tidak terlalu khawatir melihat Chanyeol yang babak belur setelah dipukuli Choi Siwon. Ibunya tidak boleh tahu tentang Siwon yang memukuli Chanyeol karena kakaknya itu berhubungan dengan Yerim.

Bisa-bisa ibunya langsung koma lagi.

Menjentikkan jarinya, Woomi menatap kakaknya itu serius. "Oke. Aku sudah dapat ide."

"Begini. Oppa saat dalam perjalanan pulang dari bandara, kebetulan bernasib sial bertemu preman, siang tadi——ah tidak tidak anggap saja kau pulang dini hari. Tidak realistis preman berkeliaran siang hari."

Woomi berdehem sebentar, kembali berkata, "Jadi begini, pada dini hari tadi oppa pulang setelah melakukan penerbangan. Saat di jalan pulang, oppa bernasib sial karena bertemu preman. Kondisi jalanan sepi. Oppa dipukuli karena mencoba melawan preman itu yang akan merampokmu. Mereka memukulimu sampai kau menyerah dan berakhir berhasil dirampok. Jadi seperti itulah kejadian yang membuatmu babak belur begini."

"Bagaimana? Kau setuju?" Dan polosnya Chanyeol hanya mengangguk. Mendengarkan adiknya itu sedari tadi.

Woomi mengusap dagunya. "Tapi aku akan berdosa tidak ya berbohong pada ibu kandungku? Ah tidak apa-apalah berdosa sedikit demi kebaikan. Lagi pula juga dosaku sudah banyak."

Woomi menarik tangan Chanyeol, "Ayo kita temui ibu."

Gadis itu mengernyit karena Chanyeol menahannya. Kakaknya itu menatapnya cukup lama.

"Apa? Ideku tidak bagus? Oppa berubah pikiran?"

Chanyeol menggeleng. "Kau....sudah tidak marah padaku? Kau sudah memaafkanku?"

Woomi menghela napas sesaat, kembali menyilangkan kedua tangan. "Bagaimana aku bisa tetap marah padamu sementara si tua bangka itu membuatmu seperti ini?"

"Oppa tidak usah memikirkan apapun dan temui saja ibu. Kau tidak usah khawatir soal Choi Siwon si tua bangka itu, aku sudah mengancamnya. Aku tidak takut padanya, yang ada dia yang takut padaku."

Karena Chanyeol hanya menatapnya dengan khawatir, Woomi maju memeluk kakak laki-lakinya itu. "Aku Park Yewon. Aku tetap adikmu. Dan aku akan melindungimu. Oppa mengerti?"

Chanyeol mau tak mau terkekeh pelan. "Lihatlah gadis 18 tahun berbicara ingin soal melindungi pria 25 tahun sepertiku."

Lantas Woomi mendongkak. "Kau meragukanku? Kau ingat bukan pernah menyaksikanku menendang aset mantan pacarku yang kurang ajar? Haruskah aku menendang aset si Choi Siwon itu agar kau percaya?"

Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya, perkataan adiknya itu cukup membuatnya terperangah.

Tapi diam-diam merasa lega karena dia pikir Woomi mungkin saja merasa takut karena Siwon bahkan pernah menculik gadis itu tempo hari.

Tapi ternyata, Woomi lebih berani dari yang dia kira.

Woomi melepaskan pelukannya perlahan. "Dan soal wanita tidak tahu malu itu...."

"Woomi, jangan menyebutnya seperti itu. Dia lebih menderita dari yang kau kira."

Chanyeol mulai membela Yerim, membuat Woomi memutar bola matanya sebal. "Nyatanya dia yang membuat oppa dipukuli. Dan aku benci akan hal itu."

"Woomi...."

"Oppa, aku melawan pria tua itu demi kau. Tapi apa yang dia lakukan? Apa dia datang saat kau dipukuli oleh ayahnya? Apa dia bahkan setidaknya menghentikan ayahnya yang gila itu? Tidak bukan? Lalu kenapa kau masih membelanya? Dia tidak pantas untukmu!"

A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang