"SAENA!"
Lagi dan lagi. Baekhyun terbangun karena bermimpi buruk. Dan itu selalu mimpi yang sama.
Baekhyun menoleh saat mendengar pintu kamarnya dibuka. Terlihat Yerim yang menyembulkan kepalanya.
"Kenapa? Aku mendengar kau berteriak tadi. Apa ada yang terjadi?"
Baekhyun mengusap wajahnya lalu menggeleng. "Bukan apa-apa. Hanya mimpi buruk. Kau belum tidur?"
Yerim masuk ke kamar dan mendekat pada Baekhyun. Wanita itu mendudukkan dirinya di sisi ranjang. "Aku belum mengantuk. Jadi aku menonton film tadi di ruang tengah. Lagi pula ini masih pukul 9 malam kurang."
Baekhyun mengusap rambut panjang milik tunangannya itu. "Kenapa tidak memintaku menemanimu?"
"Karena kau sudah tidur."
Baekhyun terkekeh. "Dan kenapa tidak membangunkanku?"
Yerim menghela napas. Kedua tangannya menangkup pipi Baekhyun. "Karena tunanganku yang tampan ini terlihat tidur sangat nyenyak. Jadi aku tidak tega."
Baekhyun terkekeh lagi. Dia meraih tangan Yerim yang menangkup pipinya. "Kau mau tidur di kamar ini?"
"Kenapa? Apa karena setelah mimpi buruk, kau jadi takut dan ingin ditemani?"
Baekhyun tertawa kecil. Dia mencolek hidung Yerim. "Aku bukan anak kecil yang akan minta ditemani hanya karena mimpi buruk."
Yerim mengalungkan tangannya pada leher Baekhyun. "Karena kau sudah bangun, mau makan ramyeon bersamaku?"
"Baiklah, kenapa tidak?" Baekhyun bangkit dan meraih tangan Yerim kembali. "Ayo. Aku yang akan memasak ramyeonnya."
Yerim mengikuti Baekhyun keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur.
"Duduk dengan tenang sambil menunggu ramnyeonnya, calon Nyonya Byun." Baekhyun menyuruh Yerim duduk di kursi di depan meja pantry.
Yerim hanya tertawa mendengar panggilan Baekhyun padanya.
"Apa kau bersikap seperti ini juga pada wanita lain selama aku tidak ada?" tanya Yerim.
"Maksudmu?"
"Bersikap manis seperti ini. Apa hanya padaku atau pada wanita lain juga?"
Baekhyun menghadap ke arah Yerim. Dia menyentuh puncak kepala Yerim. "Kau tau aku. Aku tidak pernah bersikap semanis dan sehangat ini selain pada dirimu. Kau tidak percaya?"
Yerim bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekat ke arah Baekhyun. Wanita itu tersenyum lebar sebelum akhirnya mengecup singkat sudut bibir tunangannya. "Aku percaya. Kau memang tunanganku yang setia."
"Kalau begitu, mau menikah denganku besok saja?" ujar Baekhyun.
Yerim lagi-lagi tertawa. "Maksudmu kau ingin pernikahan kita dipercepat karena kau sudah tidak sabar ingin menjadi suamiku?"
"Siapa yang tidak sabar jika menjadi suami dari wanita seperti dirimu?"
"Baiklah. Jika kau tidak siap besok, bagaimana minggu depan?" tambah Baekhyun.
"Kau pikir mempersiapkan pernikahan semudah itu? Bahkan keluarga kita belum membicarakan lagi mengenai tanggal pernikahan."
Baekhyun tertawa. "Baiklah. Baiklah. Lagi pula aku hanya bercanda. Aku hanya ingin menggodamu saja."
Yerim menghela napas. "Jadi Tuan Byun Baekhyun. Lebih baik cepat kau masak ramyeonnya. Calon istrimu ini sudah kelaparan," ujar Yerim mengusap-usap perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Destiny
Fanfiction[ON HOLD] Takdir yang mempertemukan Ahn Woomi dengan Byun Baekhyun yang bisa membuatnya jatuh cinta dengan mudah. Tapi ternyata takdir juga yang membuatnya harus menentukan dia akan tetap menyukai Byun Baekhyun atau tidak. Takdir itu menariknya ke d...