Special Chapter - Affair

751 176 62
                                    

Seoul, 2 tahun yang lalu.

Malam semakin larut. Udara dingin juga semakin terasa menusuk kulitnya. Tetapi Baekhyun justru memilih berdiam diri di atap gedung rumah sakit. Memandangi lalu lalang kendaraan di bawah sana dan memandangi indahnya kota Seoul di malam hari.

Alasan dia ada di rumah sakit sebenarnya karena ibunya. Dia begitu panik saat pulang ke rumah dan langsung disuguhkan pemandangan ibunya yang tergeletak tidak sadarkan diri.

Dan lagi lagi ibunya pingsan karena alasan yang sama. Terlalu kelelahan bekerja mengurus butik dan tidak makan seharian. Selalu seperti itu.

Baekhyun menghembuskan napasnya. Jika sedang sendirian seperti ini, dia merindukan Saena, lagi. Untuk kesekian kalinya.

Lagi-lagi dia menghembuskan napas, merasa menyesal tidak membawa kameranya. Padahal banyak pemandangan indah yang bisa dia tangkap dengan kamera.

Merasa tidak mau menyia-nyiakan, Baekhyun mengambil ponselnya. Memotret beberapa pemandangan dari atas atap rumah sakit.

Baekhyun menggeser arah ponselnya untuk memotret arah lain. Namun kameranya tidak sengaja menangkap seorang wanita yang sedang melamun dengan pandangan kosong.

Wajah wanita itu sangat cantik. Jika bisa diibaratkan, Baekhyun akan mengibaratkan wanita itu seperti dewi. Rambut panjangnya tergerai indah, sesekali bergerak oleh angin yang menerpanya.

"Cantik," gumam Baekhyun tanpa sadar lalu memotret gadis itu.

Baekhyun tersenyum lebar melihat hasil foto di ponselnya. Dia kembali memasukkan ponselnya.

Lalu saat mendongkak, tatapannya bertemu dengan wanita itu. Wanita itu sedang menoleh ke arahnya. Dan Baekhyun sesaat merasa terpesona melihat jelas betapa cantiknya wanita itu.

Baekhyun mengusap tengkuknya, melihat wanita itu berjalan menghampirinya.

"Maaf, tapi apa kau bisa pergi dari sini?" tanya wanita itu.

"Eh?"

Wanita itu tersenyum, namun seperti ada raut kesedihan di wajahnya. "Aku ingin menikmati udara malam ini sendirian. Dan pemandangannya juga. Jadi, bisa kau pergi?"

"Boleh aku tahu namamu?" Baekhyun berkata dengan sedikit ragu.

Wanita itu mengerjap sesaat, namun tak urung kembali tersenyum. "Choi Yerim. Dan sepertinya kau akan menjadi orang terakhir yang kutemui."

Baekhyun mengernyit tidak mengerti hendak bertanya lebih lanjut. Namun ponselnya berbunyi membuat dia mau tidak mau pamit dan turun dari atap, untuk menjawab telepon.

Sementara Yerim bernapas lega setelah kepergian Baekhyun. Dia kembali berjalan menuju ujung atap. Menunduk menatap jalanan di bawah selama beberapa saat sebelum akhirnya melepas sepatu heelsnya.

Memejamkan matanya, perlahan menggerakan kaki kanannya untuk maju.

"Yerim, kau tahu? Kau itu bagaikan malaikat kecil penyembuh ibu."

"Jangan pernah menganggap kau hanya anak angkat ibu. Bagiku kau anakku sendiri. Karenamu, aku mewujudkan impianku bisa menjadi seorang ibu."

Pergerakan Yerim terhenti di udara, masih menahan keseimbangan tubuhnya. Saat perkataan ibunya terngiang dalam kepalanya. Membuat air mata perlahan-lahan meluncur melewati pipinya.

"Tidak, kau bisa Yerim. Jangan terpengaruh apapun. Lakukan." Yerim meyakinkan dirinya sendiri.

"Yerim, saat ibu nanti tidak bisa ada disisimu dan ayahmu. Ibu mohon, jangan tinggalkan ayahmu sendirian."

A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang