09 - Woomi's Ingenuity

5.5K 1.2K 302
                                    

Woomi membaringkan dirinya di ranjang kamar Mi Hi. Sedangkan Mi Hi sudah berbaring lebih dulu tengah membaca novel dengan kondisi wajahnya yang memakai masker.

Saat melihat adiknya itu berbaring di sebelahnya, Mi Hi menoleh. Menatap ke arah adiknya yang juga memakai masker wajah. "Kau tidak pergi clubbing? Tumben sekali."

"Atau kau tidak bisa menipu ayah dan ibu dengan ribuan alasanmu?"

Woomi menghela napas. "Mulai sekarang, aku tidak akan pergi clubbing lagi."

Mi Hi dengan cepat bangkit. "Apa? Apa kau bilang? Bisa kau ulangi sekali lagi?"

"Aku tidak akan pergi clubbing lagi, eonni. Aku juga akan pensiun menjadi playgirl."

"Astaga! Astaga! Apa yang membuatmu tiba-tiba menjadi seperti ini? Kau serius kan? Kau tidak kerasukan arwah gadis polos kan?" Mi Hi memekik senang, mengguncang-guncang kedua lengan Woomi.

"Iya kakakku yang tersayang. Aku serius!" balas Woomi.

"Ya ampun! Akhirnya kau mau meninggalkan hal-hal menyesatkan itu! Uh adikku tersayang!" Mi Hi memeluk erat-erat Woomi.

"Ya! Ya! Aku sesak napas!"

"Eonni!"

Mi Hi melepaskan pelukannya lalu menatap Woomi. "Jadi, katakan padaku. Apa alasanmu mau berubah seperti ini? Apa karena pria yang kau sukai itu?"

Woomi tersenyum lebar. "Tepat sasaran."

Mi Hi mengguncang lagi kedua lengan Woomi. "Ayo ceritakan padaku! Siapa pria itu? Siapa pria yang tidak beruntung karena disukai adikku ini?"

"Ya! Apa maksudmu tidak beruntung?!" Seketika Woomi bangkit.

Mengabaikan teriakkan Woomi yang biasanya Mi Hi balas oleh teriakkan lebih kencang, Mi Hi memegang bahu Woomi dan menatap Woomi serius. "Jadi, siapa pria itu?"

"Yah bisa dikatakan kau juga mengenalnya. Meskipun tidak pernah bertemu, yah setidaknya kau pernah berbicara dengannya di telepon."

"Berbicara denganku di telepon? Siapa?"

Woomi tersenyum lagi. "Pria yang ponselnya tertinggal di restoran samgyeopsal. Byun Baekhyunku yang tampan."

"Apa?! Apa aku tidak salah dengar? Bagaimana kau bisa jatuh cinta padanya?"

Woomi terlihat berpikir beberapa saat lalu untuk kesekian kalinya tersenyum. "Ya terjadi begitu saja."

"Akh!" Woomi langsung memegangi kepala bagian belakangnya yang dipukul Mi Hi. "Kenapa kau memukulku?!"

"Aku mengincarnya! Bahkan aku sempat mempunyai niat untuk mengajaknya bertemu dan siapa tau dia itu jodohku!"

Woomi balas memukul Mi Hi. "Tapi dia itu jodohku! Pokoknya aku suka padanya! Kau jangan menyukainya, eonni!"

Mi Hi hendak memukul Woomi lagi, namun dia urungkan. Mi Hi menghembuskan napasnya, mengalah. "Yasudahlah. Lagi pula aku tidak mau mengambil pria yang adikku sukai. Masih banyak juga pria yang mengantre padaku."

A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang