16 - Similar Eyes

5.3K 1.3K 490
                                    

Woomi duduk sendirian di kursi luar mini market. Dia menidurkan kepalanya di atas meja sembari terisak pelan. Dua susu pisang yang dibelinya sudah tandas tak tersisa. Namun tidak seperti tempo hari saat Chanyeol memberinya susu pisang agar dia berhenti menangis---dan itu berhasil, kini itu tidak mempan.

Yang dia tahu selama ini Hye Joo adalah ibunya, Gwan Woo adalah ayahnya dan Mi Hi adalah kakaknya. Tapi ternyata, kenyataannya tidak begitu.

Kenyataannya, Ahn Woomi yang sebenarnya sudah meninggal.

Dia bukan Ahn Woomi.

Lalu dia siapa? Dimana keluarga kandungnya? Kenapa keluarga kandungnya tidak bersamanya?

Kenapa?

"Lalu siapa diriku? Jika namaku bukan Ahn Woomi, aku siapa? Siapa keluarga kandungku? Dimana mereka?"

Woomi sudah berkali-kali bertanya pertanyaan yang sama pada ayah, ibu dan kakaknya. Namun mereka bungkam, mereka hanya diam dan tidak menjawab.

Woomi tidak bisa mencerna semuanya. Ini terlalu tiba-tiba, Woomi tidak mengerti. Dia kebingungan.

Woomi pergi dari rumah, mengabaikan teriakkan ibunya yang memanggil-manggil dirinya. Lalu berkahir disini, menangis sendirian dengan kebingungan yang melandanya.

Apa dia dibuang oleh keluarga kandungnya?

Apa keluarga kandungnya tidak menyayanginya?

Begitu banyak pertanyaan yang ada dalam pikiran Woomi saat ini.

Di dalam lubuk hatinya, dia merasa bersalah pada ayah dan ibunya yang kira adalah orang tua kandungnya. Dengan tidak tahu malunya, dia sering menghabiskan uang mereka hanya untuk pergi clubbing.

Dia tidak pernah belajar, tugas apapun dari sekolah tidak pernah dia kerjakan. Nilai ulangannya tidak pernah bagus dan dia sering tidur disaat jam pelajaran berlangsung. Dia sibuk bersenang-senang, clubbing dan mempermainkan lelaki tanpa alasan.

Baik itu saat di Jepang atau pun saat sudah pindah ke Korea.

Selama ini Woomi hanya merepotkan mereka. Dia selalu membuat mereka marah karena kelakuannya. Tidak pernah sekali pun Woomi membuat mereka senang.

"Tidak tahu malu, bodoh, tidak berguna..." kata Woomi sela isak tangisnya.

"Kenapa bisa ada manusia tidak tahu malu sepertimu Ahn Woomi..." Woomi mengatai dirinya sendiri.

Ponsel Woomi tiba-tiba berbunyi tanda ada pesan masuk. Dia mengambil ponselnya dan membuka pesan itu dengan masih di posisinya yang menidurkan kepalanya di atas meja.

Apa yang membuatmu duduk sendirian di malam hari seperti ini? Sepertinya akan menyenangkan jika aku menghampirimu. Mau aku hampiri?

Seketika Woomi menegakkan kepalanya. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri.

Lalu saat dia menoleh lagi ke arah depan, dia melihat seorang pria yang memakai topi dan masker sedang memperhatikannya, tak jauh dari sini.

Dan saat Woomi melihat pria itu menurukan maskernya, matanya membulat. Tubuhnya praktis menegang.

Tidak. Dia harus pergi dari sini.

Woomi dengan cepat bangkit. Dia langsung berbalik dan melangkah secepat yang dia bisa.

Pria itu tersenyum miring. Memakai maskernya kembali, dia segera mengikuti Woomi. Mengejar langkahnya.

Woomi semakin mempercepat langkahnya saat tahu pria itu mengikutinya.

Sementara itu, pria itu hanya tersenyum miring sembari mengikuti Woomi. Apalagi suasana di jalan ini begitu sepi.

A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang