[ bonus chapter ]
'
'
'
¤¤¤
Soojin turun dari kamarnya tengah malam ini saat dirinya tidak mendapati Heeseung disampingnya tadi.
Dan benar. Dia menangkap lelakinya tengah berkutat dengan laptop di sofa ruang keluarga.
"Seung?"
Heeseung menoleh kemudian melepas kacamatanya. "Kok bangun?"
"Kamu nggak ada di kamar ya aku jadi was was dan ternyata bener."
Perempuan itu menghela napas panjang. Diliriknya jam dinding dan layar laptop. "Udah malem kenapa nggak istirahat dulu?"
"Aku nggak bisa tidur babe, makanya nyicil ini biar ada kerjaan."
"Ya tapi udah jam segini. Dipaksa emang nggak bisa?" kesal Soojin karena ini bukan pertama kalinya.
Sudah sering Heeseung begadang hingga dini hari dengan alasan yang hampir sama setiap saatnya.
"Yaudah yaudah, aku beresin abis itu kita tidur."
Didiamkan oleh Soojin. Perempuan itu sangat kesal sekarang. Sembari bersedekap tangan.
"Udah. Yuk tidur." ajak si lelaki yang mana mendapat lengosan.
Terkekeh kecil karena Soojin berjalan lebih dulu. Tidak lupa kakinya dihentakan kesal, meninggalkan dia.
"Aku nggak suka kalo kamu terus kaya gini. Nanti sakit kan aku juga yang sedih. Apa mau kantor ku bakar biar kamu nggak sibuk sibuk ngerjain berkas?"
Soojin merebahkan diri sambil menyerocos. Diam diam juga Heeseung mengulum bibirnya.
"Denger nggak?" tanya si perempuan ketus.
"Iyaaa denger."
Tangan mulus milik Soojin menepuk sisi kasur. "Sini cepetan tidur!"
¤¤¤
Paginya Soojin masih ngambek. Menyiapkan sarapan sambil mencucu pelan.
"Aku masih kesel ya sama yang malem tadi, apa apa gadang, apa apa gada--IH LEPASIN!"
Dan dengan jahil lakinya memeluk dari belakang. Membuat dia tersentak sedikit.
"Masih pagi marah marah mulu, kasian dedeknya." kata Heeseung asal dengan usapan pelan di perut istrinya.
"Dedek apaan?!"
"Nih, ini yang ada di dalem."
Soojin refleks memukul punggung tangan itu. Belum juga apa apain udah dedak dedek aja. "Ngawur!"
"Loh kok ngawur? harusnya tuh amin gitu biar cepet punya."
Masih pagi udah ngelantur aja batinnya Soojin. Alhasil ia biarkan dan lanjut menata sarapan.
"Minggir, susah nih naruhnya!"
Heeseung melepaskan pelukannya, mengambil duduk menunggu nyonya muda selesai.
"Kamu ada kelas hari ini?" tanyanya mengingat si istri kan masih kuliah.
"Enggak, dosenku pulang kampung."
"Oh gitu. Ada rencana mau kemana?"
Soojin menipiskan bibirnya seraya menggeleng pelan. "Nggak tau sih."
Sontak Heeseung mengide mengajak Soojin ikut ke kantor daripada bosen di rumah. Ya sekalian belajar dikit tentang bisnis.
"Ikut ke kantor, mau?"
Yang diajak diam. Berpikir selama dua menit. "Mau."
¤¤¤
Sampai di kantor otomatis banyak pasang mata yang menatap Soojin dengan pandangan bingung.
Kok cantik banget, apa jangan jangan karyawan baru?, Pikir mereka.
Orang kantor tidak ada satupun yang diundang ke pernikahan bosnya, kasian.
"kok pada natepnya gitu, aku salah kostum kah? apa gimana?" tanya Soojin bergumam.
Tidak lupa meremat ujung jas Heeseung dari belakang. Tapi setelahnya, tangannya beralih digenggam erat.
"Kamu cantik sih makanya banyak yang liatin."
"Apa deh jangan gombal."
Heeseung mengangkat bahu acuh. "Fakta babe, apalagi nih di sini cowok cowoknya genit banget."
Uhuk. Laki laki disana merasa tersindir. Mau tidak mau melengoskan pandangan.
"Weh si bos baru dateng-- waduh ini istrinya dibawa juga bos?"
Soojin meringis. Dan Heeseung menatap orang itu jengah. "Suka suka lah, iri lu?"
"Ya kagak anjir, tapi iya deng."
"Apa sih nggak jelas banget."
Orang tadi mengulurkan tangan pada Soojin. "Kenalin, Yoon Jae--"
"Jauhin tangan atau mau gue patahin sekarang juga."
"YAELAH BELUM JUGA RAMPUNG KENALANNYA UDAH DISROBOT AJA!"
Soojin juga sontak menepuk lengan lelakinya pelan. "Nggak boleh kaya gitu ah, nggak sopan."
"Dia nggak cocok disopanin babe, biarin aja."
Jaehyuk menatap kemusuhan sepupu sangat jauhnya yang mendapat gelar sebagai bos.
"Lo nikahan tapi gue nggak diundang, wah! jahat sekali dirimu wahai sepupuku."
"Alah lebay. Buat apa juga gue undang lo? bikin rusuh yang ada."
Karena sudah malu. Soojin membungkam mulut Heeseung yang mau membalas dengan tangan.
"Udah udah, ke ruangan sekarang."
Mau tidak mau lelaki itu menurut. Beranjak kearah ruangannya sendiri diatas sana.
"Babe,"
"Hm?"
Jeda tiga menit. "Aku belum dapet tadi."
"Apaan?" tanya Soojin dengan kening mengerut.
Bukannya mendapat balasan tapi malah kecupan singkat dari Heeseung. "Tadi pagi kamu marah marah jadi lupa buat kasih."
"Iya deh, iya."
Mendadak ada ide jahil. "Mau lagi nggak?" tawar Heeseung diselingi kedipan maut yang mana membuat Soojin menutup wajah dengan telapak tangan.
"KERJA! KERJA! NGGAK USAH JAHIL!"