Stage 28: Dungeon War(1)

267 59 10
                                    

Ruang tahta yang remang nan sunyi. Tiba-tiba dalam sekali kedipan mata, aku dan dua bawahan cantikku sudah berpindah di titik pusat ruangan. Selain diriku, keduanya nampak ling-lung akibat peristiwa teleportasi yang terlalu mendadak, sehingga mereka tak sempat bersiap untuk efek samping perpindahan ruang.

"Kita sudah berpindah..." Aku memeriksa keduanya dan mendapati Freya gemetaran lalu terduduk tak kuasa. "Hey, kau baik-baik saja?"

"Y-ya Refal-sama ... Maaf memperlihatkan keadaan saya yang memalukan ini ..." jawab Freya kecewa.

"Tidak, jangan pikirkan. Syukurlah kita berhasil berpindah dengan fitur dungeon ini."

Benar, itu adalah salah satu kartu truf yang telah kupersiapkan sebagai jaminan jika negosiasi kali ini gagal. Dan benar saja, aku langsung menggunakannya ditempat pertama. Fitur khusus ini memiliki batasan cooldown 1 kali per harinya, jadi aku harus sangat berhati-hati dalam setiap penggunaannya. Sebisa mungkin hanya digunakan ketika keadaan terdesak saja.

Huh ... Semuanya tidak akan berjalan mulus begitu saja, bukan?

[Tentu saja, Master bodoh. Jangan meremehkan kehidupan.]

Tapi ....

Aku berekspresi gelap dengan senyuman licik.

"Meskipun kita mengambil jalan berduri, rute kita tetap sesuai rencana awal."

"Master?" Aku mendengar suara lirih Sheryl di sampingku, dengan kebingungan menggenggam kerah lengan pakaianku amat erat.

"Ikuti aku, kita akan melaksanakan rencana—"

"Tunggu, Master!" potong Sheryl memekik.

Aku berbalik dan terpaku terhadap sosoknya yang muram. "Ya?"

"Apa ... Apa kau tidak merasa kehilangan, Master?" tanya Sheryl gundah.

"Tentang?" tanyaku acuh.

Sheryl terperangah dengan ekspresi putus asa. "Midori... Baru saja kita kehilangan Midori oleh orang-orang brengsek itu...."

Ah, tentang itu!

"Ya, sepertinya mereka membunuhnya."

"Eh?"

"Hm?"

Suasana mendadak berubah, ruangan mendadak terasa senyap dan dingin. Tidak, tunggu dulu. Sepertinya Sheryl dan Freya telah salah paham akan sesuatu disini.

Aku sontak menunjukkan telapak tangan sambil menggelengkan kepala.

"Tidak, tidak. Tunggu dulu, sepertinya ada yang harus ku koreksi disini." jelasku meluruskan. "Midori tidak mati. Tidak, maksudku secara harfiah dia memang mati tadi. Tapi bukan berarti dia...."

Penjelasanku terpotong dipertengahan jalan ketika melihat kedua wanita cantik ini merengut dengan ekspresi sedih bercampur bahagia.

"Tolong jelaskan!" sentak mereka bersamaan tepat di depan wajahku.

Mataku terpaling sedikit dengan wajah kerepotan karenanya. Sial, mereka terlalu dekat.

Untuk kali ini mereka sangat memaksa. Tentunya aku juga salah disini karena tidak memberitahu mereka, tapi untuk mengelabui musuhmu bukankah kau harus mengelabui temanmu terlebih dahulu? Atau begitulah kupikir.

"Midori yang terbunuh sebelumnya adalah kloningan, itu artinya dia bukan benar-benar Midori yang asli" jelasku menghela nafas.

"Lalu..." Sheryl mencoba mengambil kesimpulan.

"Midori yang asli ada di danau Tartarus, aku menempatkannya disana untuk mendetok air danaunya. Kalian sudah mengerti 'kan?"

Aku melanjutkan, "Jadi sejak dari awal Midori tidak pernah bersama kita. Dia aman."

Isekai Cosmos: Battle RoyaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang