Stage 25: Menguji

308 81 32
                                    

Di suatu tempat. Dalam kegelapan pekat, siluet seorang pria nampak samar.

Dia duduk dengan segelas wine di tangannya.

"Ahahah, tuanku ... Aku akan menunjukkan kesetiaanku kepadamu. Tolong terimalah persembahanku ini."

Setelah tertawa gembira bayangan pria itu meminum wine-nya dengan sekali tegukan. Setelah puas, dia membenarkan duduknya dengan jemari yang saling bertautan. Agak samar tapi dapat terlihat siluet pria itu menyeringai lebar.

"Mari kita mulai perayaan kebangkitan ini!"

***

Kuil Ouroboros.

Di dalam ruangan remang. Beberapa orang nampak membungkuk, mereka membisu dan tunduk tak kuasa menatap mataku langsung. Aku hanya duduk dengan kaki menyilang dan tangan yang menopang sebelah pipiku yang dimiringkan. Dengan mata sinis, aku menahan sedikitnya rasa kesalku ini.

"Ada yang ingin kalian sampaikan sebagai pembelaan?"

". . . ."

Di hadapanku, mereka yang membungkuk takut adalah: Sheryl, Gallahad, Grimm dan Ghein. Aku kecewa karena diri mereka yang kurang koperatif dengan rencanaku. Yah, aku bisa menduga juga jika mereka tidak bisa menyadari alasan kenapa aku membiarkan para Elf hidup.

Dengan nada dingin aku memerintah.

"Angkat kepala kalian!"

Setelah terangkat condong ke arahku, wajah mereka gugup agak pucat. Kecuali untuk Gallahad, aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya sekarang karena tertutupi helm zirah itu. Hanya bisa menebak dari tingkahnya kupikir dia juga sama kalutnya.

"Sheryl, kenapa kau membiarkan para Dark elf mengusir Elf utama?"

"M-master itu ..." Dia mengulum bibirnya sejenak lalu melanjutkan. "Aku tidak memiliki bantahan, maaf telah mengecewakan ekspektasimu ...."

Sheryl terpuruk, dia menyadari betapa tidak berdayanya dirinya saat ini. Hanya bisa menyesal, wanita cantik itu tak berani bicara sepatah kata pun setelahnya.

Sebagai pemimpin, suatu bentuk pilih kasih merupakan hal tabu. Oleh karena itulah, siapapun itu baik dia keluargaku, orang terkasihku, kawanku ataupun bawahan terdekatku. Aku akan tetap menghukumnya dengan adil. Namun, aku masih belum terpikirkan hukuman macam apa yang baik untuk mereka. Atau lebih tepatnya, apa itu efektif untuk menumbuhkan moral mereka sebagai individu dalam organisasi?

Aku menghela nafas ringan. "Gallahad dan Grimm tidak ada hari libur untuk kalian sampai 5 bulan ke depan. Sekarang kalian boleh pergi."

Gallahad dan Ghein terbelalak, mereka sempat saling menoleh satu sama lain. Kemudian mereka menjawabku dengan patuh.

"Dimengerti Paduka. Terima kasih atas kemurahan hati anda."

"Segera keluarlah sebelum aku berubah pikiran."

"Laksanakan!"

Sekarang ruangan hanya diisi oleh Sheryl dan Ghein yang wajahnya semakin pucat dengan beberapa titik keringat. Aku tidak bisa memungkiri betapa bencinya Ghein terhadap para Elf. Sejak aku mengetahui kasus diskriminasi mereka, pada awalnya aku berencana membinasakan mereka semua tanpa sisa. Namun, aku berubah pikiran. Para Elf itu berguna, mereka masih dapat diberdayakan.

"Ghein, aku tahu bagaimana rasa sakit dan kebencian yang saat ini kalian pendam. Sejak awal aku berniat untuk membunuh para Elf ...."

"La-lalu kenapa Bos tidak melakukannya?"

"Mereka masih berguna. Atau lebih tepatnya, aku ingin memanfaatkan mereka untuk kepentingan negara ini."

Aku memicingkan mata menekan.

Isekai Cosmos: Battle RoyaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang