Stage 5: Suku Dark Elf

659 160 298
                                    

Aku membuka pintu rumah ini untuk memastikan ada apa di luar sana.

Sekejap setelah membukakan pintu, suara kerumunan orang yang terdengar serak dan lirih memenuhi gendang telingaku.

"Ini benar, ada seorang bangsawan asing datang kemari!" seru seseorang dari kerumunan.

"?"

Seorang Ibu muda mendekap pergelangan tanganku tiba-tiba lalu memelas, "Tuan, saya mohon bantu anak saya yang kelaparan...."

Tak berhenti disana, sesak suara dari kerumunan ini semakin menjadi. Para penduduk suku Dark elf benar-benar tidak punya harapan lagi.

"Tuan tolong beri nenekku obat, kumohon aku akan membayarmu!" pinta seorang Gadis belia dengan sekantong biji-bijian dan buah beri kering yang kemungkinan sudah busuk.

". . . ."

Aku hanya menatap mereka kosong tanpa ekspresi. Ini memuakkan, mereka berdatangan entah darimana dan sekarang meminta-minta padaku. Padahal aku juga sedang dalam krisis cukup serius saat ini.

"Semuanya tolong tenang!" Suara seruan mendadak meledak dari belakangku.

Aku sedikit menengok ke belakang lalu memintanya untuk menenangkan kerumunan ini. "Hey, gadis muda. Tolong urus orang-orangmu untuk sesaat!"

"Ba-baik Tuan, maaf atas ketidaksopanan kami," ucapnya membungkuk gugup.

Dia berlari dengan sigap ke arah kerumunan di depan rumah lalu mulai bercakap-cakap agar orang-orang ini tenang. Kupikir menyerahkan orang pribumi kepada pribumi lain adalah hal yang efektif.

'Apa aku akan menyesali hal ini setelah menolong mereka?' tanyaku membatin.

Persediaanku tidak akan cukup untuk memuaskan perut orang-orang ini, apalagi nutrisi untuk diriku sendiri. Sekarang aku harus bagaimana? Mari berpikir tenang dan analisis situasi sejauh ini.

Apa aku harus sedikit kejam disini? atau...

Setelah larut dalam pikiran dan tertahan sesaat, ekspresiku menggelap dengan mulut terperangah kecil. Sesuatu terbesit begitu saja dalam pikiran, bukan rencana brilian hanya saja kupikir ini ide yang paling efektif dalam situasi dan kondisi seperti sekarang.

Aku sedikit menyeringai, mengurai ide-ide ini ke dalam rencana yang lebih mendetail di kepalaku.

"Hey, gadis muda! kemarilah!" pintaku memanggil wanita cantik sebelumnya.

"Ya?" Dia berbalik menyahut lalu bertanya, "Apa kamu memanggilku, Tuan?"

Jarak diantara kami berdua tidaklah terlalu jauh tapi meski begitu aku memintanya agar lebih mendekat supaya yang lain tidak mendengar percakapan pribadi kami.

"Aku akan membantu warga pemukiman ini," cetusku yakin.

"Eh?" Dia tertegun tak percaya, lalu kembali membuka mulutnya yang sempat terperangah. "Tuan benar-benar akan... tapi, bagaimana kami harus membayarnya?"

Aku memandang ekspresi wanita muda itu, apa ini keraguan? Kupikir mendorongnya sedikit lagi tidak akan buruk. Setelah mendegus kecil sesaat aku kembali membuka percakapan.

"Untuk sekarang abaikan tentang bayaran dan kumpulkan orang-orangmu lalu berbarislah lebih tertib," pintaku tersenyum lembut.

Dalam situasi seperti ini, ayo kita eksekusi rencanaku.

"Ba-baiklah... tolong tunggu sebentar...," ucapnya gugup kemudian mengarahkan kerumunan Dark elf ini agar tertib.

Mereka sudah berbaris dan terbagi ke dalam beberapa jajar, barisan mereka tidak cukup rapih tapi itu tidak penting sekarang. Selama mereka mengikuti intruksi dengan baik kurasa menolong mereka tidak akan sesulit bayanganku. Kalkulasi kasar, kuperkirakan mereka berjumlah sekitar 80 orang? Dengan rasio jumlah terbanyak didominasi oleh para wanita dan anak-anak. Sisanya para pria dan lansia yang renta. Di bagian penjuru ada wanita sebelumnya.

Isekai Cosmos: Battle RoyaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang