23. Randelle - Epilog

83 27 132
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

WARNING⚠ CERITA INI HANYA IMAJINASI PENULIS⚠⚠

WARNING⚠ CERITA INI HANYA IMAJINASI PENULIS⚠⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄❄❄

Seminggu kemudian...

Afka kembali bersekolah setelah masa skorsnya selesai. Ditambah ia izin beberapa hari tidak masuk sekolah. Tanpa Randelle. Tanpa pelindungnya dan tanpa gelang yang ada di tangannya. Afka menghadapi kehidupannya kembali seperti biasa, seperti hari-hari sebelum Randelle muncul dalam hidupnya.

Tentang Rere. Afka sangat kecewa pada gadis itu. Rere tega mengkhianatinya. Afka kira Rere tulus berteman dengannya. Tapi, ternyata, Rere berteman dengannya hanya untuk membalaskan dendamnya. Sampai sekarang pun, Afka tidak tau Rere ada di mana. Semenjak kejadian itu, Afka sudah tidak lagi bertemu dengan Rere.

Afka memasuki kelasnya dengan lesu. Tidak bersemangat sama sekali. Semua orang menatap Afka dengan tatapan bermacam-macam. Begitu pun dengan ketiga laki-laki yang tengah duduk di pojok belakang.

Andre. Keadaan laki-laki itu kini sudah mulai membaik walaupun harus menginap di rumah sakit untuk masa pemulihan. Dari tempat duduknya, Andre terus menatap Afka.

Afka duduk di bangkunya dan menundukan kepalanya. Lalu menghela napasnya kasar. Sepertinya dia akan kembali menjadi Afka yang culun dan tidak punya teman. Pikirnya.

Kemudian terdengar suara gesekan kursi yang didorong ke belakang. Pelakunya adalah Andre.

Andre hendak keluar kelas bersama Adnan dan Ino sambil melewati meja Afka. Merasa ada seseorang yang berdiri di depannya, Afka memberanikan diri mendongak menatap Andre.

Anehnya, Andre hanya diam saja sambil menatap Afka dengan tatapan sulit ditebak. Setelah itu Andre dan teman-temannya melanjutkan langkahnya pergi keluar kelas.

***

Suara ketukan yang berasal dari sepatu berbahan kulit itu berbunyi sampai penjuru koridor sekolah. Seorang perempuan dengan memakai seragam khas SMA Twilight berjalan di belakang seorang guru yang membawa tas yang tergantung di lengan kirinya.

Perempuan itu memegang kedua tali tasnya. Senyum manis terbit di bibir tipisnya. Rambutnya yang panjang sepunggung sedikit berterbangan. Sesekali pandangannya menoleh ke kanan kiri memandangi apa pun yang terlihat di pandangannya. Hingga dia tiba di depan sebuah kelas yang mungkin sebentar lagi akan menjadi kelasnya.

Bu Melati masuk terlebih dahulu ke kelas diikuti oleh perempuan itu. Sontak perhatian semua orang yang ada di dalam kelas teralihkan pada murid baru itu. Kecuali Afka yang masih tetap pada posisinya, yaitu menunduk.

"Perhatian semuanya!" teriak Bu Melati. "Hari ini, kita kedatangan murid baru." Kelas yang tadinya sunyi seketika langsung ricuh oleh suara bisik-bisik.

"Diam semuanya!" Bu Melati langsung menoleh pada murid baru itu. "Silakan kamu perkenalkan diri."

"Terima kasih, Bu." Murid baru itu tersenyum. Mendengar suara itu membuat Afka mengerutkan keningnya dalam menunduk.

"Hai, semuanya. Perkenalkan, nama saya Randellia Putri Sareya. Kalian bisa panggil saya Randelle. Semoga kita bisa berteman dengan baik. Terima kasih." Perempuan itu mengakhiri dengan tersenyum.

Mendengar nama itu, membuat Afka langsung membulatkan matanya dan terkejut. Randelle? Kenapa namanya bisa sama seperti nama pelindungnya?

Untuk memastikan, Afka langsung menegakkan kepalanya menatap murid baru itu. Seketika matanya langsung membulat.

"Randelle?" gumam Afka dengan raut wajah terkejut.

Di saat itu juga, Randelle membalas tatapan Afka. Lalu tersenyum padanya.

❄❄❄


END!

Randelle✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang