Bab 14

683 87 19
                                    

Pagi ini Tae Young tiba di kantor dan di sambut Jae Hoon yang tengah duduk di sofa ruang kerjanya.

"Apa kau tidak punya ruangan sendiri? Kenapa kau selalu berada di ruanganku? Kau anggap ruang kerjaku seperti kamar pribadimu atau apa? " Tae Young menuju kursi nya dengan menggerutu.

"Woah, tenanglah tuan jang! Aku hanya ingin menyapamu. Kita tidak bertemu selama 3 hari, aku sangat merindukan adikku yang tampan ini. " goda Jae Hoon.

"Berhenti! Kau sangat menjijikan Jae Hoon!" ujar Tae Young sambil memutar matanya.

Tidak bisa dipungkiri selama ini hanya Jae Hoon yang bisa membuatnya tertawa dengan lelucon konyolnya.

Walau Jae Hoon terkadang bisa sangat mengganggu dan menyebalkan tapi walau bagaimana pun Tae Young merasa sangat beruntung memiliki kakak sekaligus sahabat seperti Jae Hoon di sisinya.

"Bagaimana meetingnya? Apa mereka membuatmu kesulitan?" tanya Jae Hoon.

"Rapatnya berjalan dengan sangat baik. Mereka juga sangat perhatian. Mungkin project yang lainnya akan segera menyusul. " ujar Tae Young.

"Syukurlah kalau begitu. Memang bagus jika kau sendiri yang pergi ke sana. Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu? Apa terjadi sesuatu di sana? " Jae Hoon meneliti ekspresi Tae Young yang sedikit merengut.

Selain menjadi pengacara sekaligus pemegang saham, ternyata pria itu punya bakat lain yaitu sebagai profiler. Kemampuannya membaca ekspresi dan sifat seseorang patut diacungi jempol. Terutama ekspresi sepupunya Tae Young.

"Tidak. Hanya saja seorang wanita menumpahkan minuman ke jasku."

"Nodanya pasti akan sangat mengganggumu. " Jae Hoon menanggapi.

"Ya, sedikit mengganggu."

"Lalu bagaimana dengan Moon Young, apa dia baik-baik saja di sana?" kali ini pertanyaan Jae Hoon sedikit mengusik ketenangan Tae Young.

"Dia baik-baik saja. Kenapa kau bertanya? " Tae Young sedikit menatap sepupunya itu dengan serius.

"Tidak! Aku hanya bertanya saja. Memangnya tidak boleh?" Jae Hoon segera bangkit dari duduknya dengan senyuman canggung.

"Apa ada lagi yang mau kau tanyakan?"

"Tidak! Aku akan kembali ke ruanganku. Selamat bekerja, tuan Jang. Fighting!" serunya sambil mengangkat tangannya yang mengepal sebelum pria itu benar-benar marah.

Sepeninggal Jae Hoon, Tae Young memijit-mijit alisnya. Pikirannya masih sangat kacau. Masih ada yang mengganjal tentang Moon Young.

Kemarin saat Tae young menanyakan alasan Moon Young menerima tawarannya, ia langsung berdiri dan meninggalkan Tae Young yang masih dipenuhi rasa ingin tahu begitu saja. Wanita itu pergi dengan sangat marah.

Bagi Tae Young wanita adalah makhluk yang sangat rumit, dan ia tidak akan mau bersusah payah untuk memahami mereka. Tapi berbeda ketika ia berhadapan dengan Moon Young, sekuat apapun ia berusaha untuk tidak peduli sekuat itu pula rasa ingin tahunya. Andaikan mungkin, ia ingin memahami wanita itu walau hanya sekali.

Jadi ia putuskan untuk pergi ke ruangan Moon Young dan mencari tahu apakah wanita itu sudah baik-baik saja.

Moon Young sedang berkutat dengan sketsa-sketsa nya saat Tae Young masuk, sementara Juri sedang ada pekerjaan lapangan.

"Selamat pagi. " sapa Tae Young.

Moon Young yang mendengar sapaan itu menjawab walau dengan sedikit tercekat.

"Selamat pagi."

Dalam hatinya, Tae Young bersyukur karena raut wajah Moon Young pagi ini sudah melunak. Walau masih sedikit dingin, tapi setidaknya tidak sekeras kemarin.

A Pledge to The God (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang