Masa di mana kesedihan itu menyelimuti hari, air mata yang turun ke pipi tanpa henti, dan rasa kehilangan yang sangat mendalam kini telah terlewati, berganti dengan suara tawa yang selalu mengiringi di setiap waktunya, menjadi irama tersendiri dalam hari-harinya. Ya, satu tahun itu telah berlalu, saat sang kakak yang sering dipanggil Jay itu meninggalkan dirinya dan orang tuanya. Gadis itu kini menjadi sosok yang dikenal dengan kebaikan dan ketulusan hatinya. Namun, belum untuk sosok Aksa Athafariz. Sosok yang selalu berusaha penuh untuk mengambil sebelah hatinya, menaruh segenap kepeduliannya hanya untuk gadis manis yang kini sedang terjun bersama komunitas Rangkul Sahabat.
"Huahahaha, masak ya, sih Rudi tadi pas bel masuk, dia nyungsep di selokan. Selokan depan kelas itu loh," ujar Arely heboh memberi berita menarik ke teman-temannya saat tadi menyaksikan Rudi–teman sekelasnya itu beradegan komedi.
"Mau ngakak, tapi kasian. Mana masih muda," sahut Tama yang sedang menyenderkan tangannya di bahu Rudi.
"Wahahaha, mana masih ramai-ramainya tadi. Terus-terus, Rel?" seru Zeze menginginkan kelanjutan berita pagi ini.
"Ya, gue nggak ngerti sih, tapi yang gue harapkan semoga lidahnya kebentur dah, biar bisa lancar kalau mau pdkt ke cewek. Hahahaha," lanjut Arely, sedangkan yang lainnya ikut tertawa membayangkan adegan komedi dari Rudi.
"Diem lo, Lel. Gak usah dilanjut-lanjutin!" amuk Rudi.
"Sabar-sabar, Rud. Besok bapak Mahendra suruh anterin sampai depan kelas ya, biar gak jatuh," gurau Eggy, sebagai teman yang baik ia ingin menenangkannya. Dan terbukti Rudi menerima itu dengan senyum yang terpaksa.
"Aduh-aduh, capek ketawa gue," sahut Flo memegangi kedua pipinya saat yang lainnya masih seru ketawa terbahak-bahak.
"Mau ke mana Flo?" tanya Grace saat mengetahui teman sebangkunya itu mau meninggalkan kelas.
"Hehehe, mau buang sampah di bawah kolom meja ini loh, bentar." Teman-teman terdekatnya pun menoleh ke arah Flo.
"Lanjutin aja lanjutin ketawanya, gue dukung! Hahaha, buat Rudi Ta Mahendra, sabar-sabar ya. Ambil hikmah dibalik tawa temen-temen lo ini," lanjut Flo sebelum keluar kelas.
"Hahaha, Flo ... Flo, sampah kok dipelihara," ejek Tama yang duduk di sebelah Rudi.
"Heh! Bukan punya gue ya, Grace tuh abis beli mie biting bungkusnya gak dibuang," teriaknya sebelum berbalik badan dan ... dahinya terbentur dengan dada bidang milik kakak kelasnya. "Aduh!" ringis Flo mengusap dahinya.
"Nah, lohhh," sorak teman-temannya dari dalam kelas sambil terus tertawa.
Sedangkan Aksa yang masih di hadapan Flo itu mengintai gadis incarannya dari satu tahun yang lalu itu. Flo ke kanan, Aksa mengikuti. Flo ke kiri, Aksa menghalangi. "Kak, mau gue kasih sampah?" ujarnya dengan nada rendah.
"Iya-iyaa, silakann," ujar Aksa mencubit pipi kanan Flo.
Saat Flo hendak kembali ke kelas, Aksa menahan lengan Flo dan menyemburkan kepalanya ke dalam ruang. "Boleh pinjem Flo bentar nggak?"
"Monggo, Mas ... monggoo," jawab Rudi dengan percaya diri setelah kena buli.
"Wah ... Waduhhh," sahut Grace tiba-tiba menoyor kepala Rudi yang duduk di belakangnya.
"Kawal sampai jadian nggak nihh?" sindir Arely bercanda.
Teman-temannya pun tertawa senang melihat bibir manyun Flo yang tadinya meminta untuk mereka menjawab 'tidak' ke Aksa.
"Ruciga gue sama kak Aksa."
"Culiga!!" sahut Rudi berteriak di dekat telinga Arely.
Arely pun mengerutkan dahinya sambil menahan tawa. "Bhebhehbehbehb, curiga kaleee!!" celetuk Arely.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOGY
Teen FictionTentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang pengorbanan dan keikhlasan untuk merelakan. ••0•• Sebelum itu, follow akun wp: an_riy Ig: al.vinnuri/by.an_riy