Di bawah teduhnya awan hitam, Flo menerjang jalanan bersama pengemudi ojek online yang mengantarnya menuju rumah sakit, dan beruntungnya, sesampainya di sana, hujan baru turun seakan mengiringi suasana yang sendu.
Flo berjalan ke resepsionis rumah sakit untuk menanyakan di mana ruangan temannya di rawat.
"Maaf, Mbak, ee ... pasien Eggy Syah Deniswara dirawat di ruang apa ya?"
"Bentar ya, Mbak," kata perempuan di resepsionis itu mencari data. Sedangkan Flo mengangguk dan menunggu.
"Pasien bernama Eggy Syah Deniswara ada di ruang teratai satu, Mbak," ujarnya.
"Terima kasih, Mbak!"
Ia menelusuri lorong demi lorong di rumah sakit Sejahtera untuk menemukan kamar inap Eggy.
"Gy, kok bisa sih sampai patah gitu? Gue bener-bener nggak ngerti tu kejadiannya gimana, gara-gara dua tikus nih," tanya Arely yang diakhiri dengan menatap sewot kedua temannya.
"Kok gue? Kalianlah! Gue kan yang punya jajan!" ujar Zeze membela diri.
"Gitu aja diributin," ketus Grace yang berdiri di belakang Zeze dan Arely.
"Heh! Elo juga ya!!" sorak Arely dan Zeze bersamaan.
"Masih jajan yang direbutin, belum pacar!" gumamnya samar-samar didengar oleh kedua temannya, Arely dan Zeze pun saling membelalakkan matanya.
"Libut di lual sono!" timpal Rudi yang sedikit geram melihat percekcokan antara cewek itu.
"Oke, kita akan libut di lual nanti," ujar Grace menirukan gaya bicara Rudi.
"Kulang ajal lo ya!" Rudi menghampiri Grace yang malah menampilkan raut wajah kocak, ia menjulurkan lidahnya, membuat seisi ruang dibuat tertawa dengan tingkah mereka.
Namun, tawa itu terhenti ketika pintu ruang terbuka, menyemburkan sosok yang sedari tadi terbesit di pikiran Eggy. Namun, ia enggan membicarakannya.
"Lamaa amat sampe satu jam-an ... abis ngapain aja lo?" tanya Arely, dan yang ditanya pun hanya memberikan senyum ramahnya.
"Emang Flo abis ngapain?" kini Tama yang menanyakan ulang.
"Yaa, gitu deh," ujar Arely mendengus.
Flo masuk dengan membawa kantong plastik berisikan roti untuk ia berikan ke Eggy. Arely dan Zeze yang tadinya berada di samping ranjang Eggy pun memberi tempat untuk Flo.
"Gimana keadaan lo sekarang, Gy?" tanya Flo basa-basi di awal percakapan.
Eggy menatap cewek yang kini berada di sampingnya itu. "Ya, seperti yang lo lihat sekarang."
Sedangkan Flo kini tersenyum canggung, rasa ingin bicara lebih, tapi banyak temannya yang mengelilinginya, membuat ia mengurungkan niatnya itu.
"Lo nggak nanya gue, Flo?" sahut Tama setelah sepersekian detik ada hening.
"Buat apa?"
Tama dibuat cengo dengan respon yang diberikan Flo. "Pake nanya lagi buat apa?! Parah sih."
Gelak tawa pun kembali hadir. "Hahaha, lo kan nggak penting, Tam," gurau Zeze.
"Kayaknya lo harus jadi indomie, Tam!" sahut Eggy yang tak kalah membuat tawa teman-temannya.
"Biar jadi seleranya!!" sorak yang lain dengan kompak menunjuk Arely.
Sedangkan Arely menepis candaan dari teman-temannya itu.
"Hahaha, gue bercanda loh, Guys!" ujar Flo menetralkan suasana.
"Terus lo nggak kasih kabar ibu lo, Gy?" lanjut Flo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOGY
Teen FictionTentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang pengorbanan dan keikhlasan untuk merelakan. ••0•• Sebelum itu, follow akun wp: an_riy Ig: al.vinnuri/by.an_riy