Hubungan Yang Berakhir

8.8K 219 9
                                    


Mari sebelum membaca, budayakan vote guys, vote itu gratis lhoo❤️❤️

***

Menjadi seorang simpanan, cemburu adalah satu hal yang Mira coba hilangkan dalam kamus hidupnya. Tetapi justru perasaan yang paling sering ia rasakan, emang perempuan mana yang senang pria yang ia cintai bermesraan dengan perempuan lain?

Ia merutuk diri ketika melihat Jo dan isterinya tengah makan malam di meja seberang sana. Hari ini Mira tidak semujur kemarin-kemarin, ia pulang jam delapan malam, dua jam lebih dari jam kerjanya. Karena tubuhnya sudah lelah, ia malas masak. Jadi ia putuskan untuk mampir ke sebuah restoran untuk makan.

Mungkin pengaruh Jo sering membawanya ke sana, jadi ia pun terbiasa makan di restoran Mama Syuka--nama tempat makan tersebut. Ia lupa restoran itu bukan hanya tempat dinner ia dan Jo, tapi juga Jo dan isterinya. 

Mira tahu sepasang suami istri itu telah dikaruniai seorang anak, tetapi sepenglihatan Mira, di sana bayi mungil itu tidak ada. Mira mengembuskan napas berat, berarti mereka berdua emang sedang kencan spesial tanpa minat ada yang ganggu.

Steak di piring yang tadinya hangat perempuan itu biarkan perlahan dingin tanpa ada minta ia sentuh. Mendadak rasa laparnya hilang, padahal bila saja saat ini ia duduk semeja dengan Jo, pastinya makanan itu sudah ia santap habis.

Menoleh sekali lagi ke meja seberang tempat Jo dan Alana duduk, Mira kembali merutuk diri sebab menoleh di waktu yang sama. Di waktu tangan Jo membelai wajah Lana, begitu mesra, terlihat dari mata keduanya yang tertaut.

Ia dengan suara yang pelan memanggil satu orang pelayan, meminta steak-nya untuk dibungkuskan saja. Sebagai seorang yang hanya berprofesi sebagai karyawan bergaji pas-pasan, setidak lapar apa pun dirinya, ia tidak akan mau membuang makanan. Setidaknya ia bisa menyimpannya di kulkas dan memanaskannya keesokan hari untuk sarapan.

Seusai beres membayar makanan yang tak jadi ia santap segera ia cepat keluar dari restoran itu dan pulang ke rumah.

Seperti tidak bisa membiarkan Mira mengistirahatkan diri, sebuah telepon dari Jo masuk selepas ia mandi. Masih dengan rambut yang basah dan handuk menggantung di leher Mira meski dengan berat hati mengangkat panggilan itu.

"Halo, Jo." Mira tidak boleh menunjukkan perasaan kesal dan cemburunya, maka ia bersuara selayaknya tidak melihat apa-apa tadi.

"Mira, aku ingin menyampaikan sesuatu," kata Jo, yang entah kenapa di telinga Mira seperti pria itu hendak menyampaikan suatu berita tidak enak.

Menelan ludah, "Apa?"

"Kita hentikan saja hubungan haram kita, ya ...."

Tubuh Mira membeku, wajahnya yang tadi sempat segar habis cuci muka mendadak pucat dan suram. "Jo? Aku salah dengar, kan?"

"Mira maaf ...."

"Jonathan ini nggak lucu." Buku-buku jari Mira sudah dingin, pun kakinya yang tiba-tiba lemas.

Ada helaan napas yang berat Mira dengar dari seberang sana, Jo tak langsung menjawab, sebab sepertinya ini juga berad bagi pria itu.

"Oke, baiklah. Katakan sesungguhnya apa yang terjadi?" Mira masih menjaga kewarasannya agar tidak berteriak ketika meminta penjelasan atas keputusan Jo yang mendadak.

"Aku tidak mau menyakiti istriku lebih lama lagi."

Mira ternganga lebar, terasa kepalanya dihantam palu Godam. Ia mendudukkan diri di atas kasur karena ia rasa kakinya tidak sekuat itu untuk bertahan lebih lama lagi.

"Gila, ya, Jo. Apa-apaan ini?"

"Amira .... Bagaimanapun kau hanya selingkuhanku. Yang seharusnya kuhapus dari rumah tanggaku adalah dirimu."

Pusing kian menggerogoti kepala Mira, perkataan Jo sungguh tidak berperasaan. Ia kemudian tertawa sumbang. "Tidak seharusnya aku percaya akan mulut manismu sejak awal."

"Maafkan aku, tapi ini keputusan yang terbaik untuk kita berdua."

"Apa katamu tadi?" Sambil mengusap wajahnya, dan berusaha keras untuk kuat menyampaikan perasaannya, Mira ingin semua luka itu ia beritahu bila memang ini yang terakhir untuk mereka. "Oh, iya. Kau tidak ingin menyakiti istrimu lebih lama lagi. Lalu bagaimana dengan aku, Jo? Bagaimana dengan perasaan aku selama ini?! BAGAIMANA?!"

"BAGAIMANA BISA KAU LEBIH MEMILIH MENYAKITIKU?!"

"Mira ...."

"Katakan padaku Jo. Setelah semua yang kita lakukan, setelah aku dengan pasrah harus melihat kekasihku menikah dengan perempuan lain, setelah kau jadikan sebagai wanita simpananmu. Katakan bagaimana bisa dengan tega dirimu malah mengkhawatirkan perempuan yang melukaiku, dan mengatakan tidak mau menyakitinya lagi, sedangkan di sini aku yang jadi KORBAN!!!"

"Mira, tenangkan dirimu. Kau sedang terbawa emosi sekarang."

"Hah?! Terbawa emosi. Gila kau Jo. Bagaimana aku bisa tenang hubungan tidak jelas ini akhirnya berakhir sia-sia? Bagaimana nasibku sekarang?! Apa yang harus aku lakukan setelah ini?!"

"Mira ...."

"Cih, bahkan kau terlalu pengecut untuk mengatakannya langsung!"

Dengan penuh amarah Mira mematikan sambungan. Wajahnya yang dihiasi air mata yang berderai deras ia usap kasar. Ia jelas tidak terima hal ini, ia tidak mau semuanya usai begitu saja. 

Mengacak rambutnya yang masih basah, melihat sekeliling dengan sorot kesal, sedih, dan marah bercampur satu. Mira harus bertindak, ia tidak mau Jo dengan seenaknya mencampakkan dirinya seperti ini.

"Harus kau tahu Jo, aku tidak terima hal ini."

Berpacaran sejak SMA dan selama tiga tahun, berakhir kandas karena Jo dijodohkan. Mereka kembali lagi berhubungan dan sama-sama sepakat akan selalu bersama meski harus berhubungan diam-diam. Dan hubungan diam-diam nan tidak jelas itu telah berjalan selama empat tahun kemudian hari ini kandas kembali.

Sepertinya menghancurkan perasaan juga hati Mira adalah hobi Jonathan. Dan, sepertinya Mira memanglah gadis bodoh yang termakan janji cinta.

Saat menjalin hubungan diam-diam, Jo pernah berjanji akan selalu mencintai Mira dengan tulus, tidak hanya mengganggap sebagai wanita untuk senang-senang kala isteri sah-nya tidak mampu menyenangkan pria itu. Perkataan itu benar saat, beberapa kali Jo mengajak dirinya jalan-jalan, membelikan dirinya hadiah, bahkan pernah membiayai kehidupan Mira saat perempuan itu masih pengangguran. Bahkan kontrakan yang ditinggali oleh Mira saat ini Jo yang mencarikan dan membiayai sewanya.

Berangkat dari itu, Mira percaya, sepanjang hubungan mereka. Jo terasa seperti hanya memperalat Mira untuk kepuasan biologis, sebenarnya pria itu hanya kurang romantis, dan satu-satunya cara pria itu menunjukkan perasaannya adalah dengan sentuhan intim.

Iya, Mira begitu bodoh percaya itu semua. Wanita dengan perasaannya sangat lemah dan tidak berdaya. Janji itu hanya sekadar ucapan dusta semata, jika benar Jo mencintainya tulus bisa saja laki-laki menjadikan dirinya isteri ke dua atau bahkan menceraikan Alana. Tapi kenyataannya sekarang ialah yang dicampakkan, dan pria itu lebih memilih Alana.

Pusing di kepalanya memang sudah berhenti. Tetapi kini tergantikan oleh kehampaan yang mencekam, hatinya yang masih hancur berkeping-keping tidak mampu merasakan lagi.

Ia seperti pagi itu, meringkuk di atas ranjang, memeluk tubuhnya yang mendadak menggigil dan ia harap mimpi baik menghampirinya malam ini.

***

Cangtip1 in here ....

Poor Amira:(

Jo emang seberengsek itu, sih.

Bukan selingkuhan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang