Tak dapat dipertahankan

1.5K 52 3
                                    

Jonathan tidak mau bercerai. Ia menyayangi keluarga kecilnya, ia tidak tega membiarkan Fatiah kehilangan sosok orang tua di umurnya yang masih sangat belia.

"Al. Kamu yakin minta ditalak?"

"Lakukan saja brengsek. Jangan banyak bicara, aku sudah tidak mau mendengar dirimu lagi." Wajah Alana keras, sekeras tekadnya yang telah bulat untuk berpisah dari Jo.

Tidak ada kesempatan kedua untuk kasus perselingkuhan.  Menurutnya ia tidak memiliki alasan kuat untuk mempertahankan rumah tangga dengan suaminya itu.

Ia kecewa mengetahui Jo berselingkuh. Lebih kecewa lagi saat malam itu Jo tidak mengejarnya malah memilih bersama Mira. Hatinya panas mengingat kejadian tersebut.

Fatiah telah ia titipkan ke rumah ibunya--nenek Fatiah-- ia sekarang bebas berteriak ataupun memaki calon mantan suaminya itu.

"Aku mohon maaf, Al. Aku tak bisa melakukannya. Kuharap kamu mempertimbangkan lagi tentang ini. Perceraian bukanlah penyelesaian."

"Jadi apa, huh? Kamu pikir aku bilang melupakan kesalahan mu itu? Kamu tidur dengan perempuan lain, main di belakang aku, mengkhianati aku dan Fatiah. Kamu jahat! Kamu masih punya malu untuk meminta mempertahankan ini?"

"Alana, saat itu aku khilaf." Jonathan berlutut di depan istrinya. "Manusia itu adalah tempatnya dosa. Maafkan aku, demi keluarga kita. Demi Fatiah. Kumohon, jangan gegabah begini."

"Halah, kalau sudah ketahuan baru kamu minta maaf. Seandainya tidak ketahuan, bejat itu akan selama kamu simpan. Kamu tidak menyesalinya jika tidak ketahuan." Dulu memang Alana adalah wanita yang gampang luluh. Berulang kali dibohongi, ia percaya saja. Ia telan bulat-bulat dusta yang Jonathan katakan.

"Sudah lama aku berhenti berhubungan dengan Mira. Aku pilih kamu, Al. Aku milih keluarga kita. Begini balasan yang kamu berikan?" Jonathan mulai tidak sabaran mendapati kenyataan istrinya tidak bisa lagi ia taklukan.

"Aku kerja keras demi keluarga ini, Al. Aku pilih kamu bahkan saat Mira yang pertama."

Alana terbelalak mendengar penuturan Jo, bisa-bisa ia yang diselingkuhi ia pula yang dikatakan pihak kedua. Ia tidak terima mulutnya terbuka hendak membalas tidak terima.

"Itu kenyataannya. Kamu yang hadi di antara kami, Al. Kamu yang menghancurkan kisah kami. Tetapi aku tetap memilihmu, lalu kamu minta cerai?"

"Jangan memutar balikkan fakta, Jo. Aku yang sah, dia hanya orang asing yang menjadi duri di rumah tangga kita. Kamu bilang tidak ingin bercerai? Kamu bilang lebih pilih aku? Lihat sekarang, kamu saja masih membela dirinya."

Jonathan menyugar rambut, karena cuaca panas atau memang karena untuk pertama kalinya melihat istrinya yang biasa nurut dan gampang ia bodohi kini keras kepala dan sulit ia kendalikan membuat darahnya naik.

"Dasar bodoh. Aku sudah menjelaskan dari tadi kamu yang menghancurkan kisah cinta kami. Andai saja kamu enggak datang, kami mungkin sekarang jadi keluarga bahagia."

"Brengsek. Kalau begitu ceraikan aku cepat! Lalu sana kamu makan selingkuhan kamu itu!"

Brak.

Jonathan membanting meja di depan mereka, giginya bergesek, berdecit bersamaan dengan emosi memenuhi dada. Napasnya naik turun.

"Mira bukan Selingkuhan. Secara waktu kamu yang orang ketiga. Aku tak pernah mencintai kamu, Al. Aku sampai sekarang hanya mencintai Mira, dan terpaksa aku harus melepaskan di karena apa? Karena aku pilih keluarga kita! Aku pilih kamu. Dan kamu masih tidak mengerti? Harus berapa kali aku katakan, aku melepaskan semuanya demi kamu dan Fatiah Al."

Hati Alana kembali terluka oleh Jonathan, bisa-bisanya ia menuduh dirinya yang salah. Memutar balikkan keadaan seolah ia yang jahat dan mereka adalah korban.

Alana kehabisan kata-kata. Ia tidak mau menangis untuk Jo lagi, menahan kuat-kuat air mata yang menggenang di pelupuk mata. "Mari kita akhiri ini, Jo. Maaf kalau aku salah. Mungkin sejak awal tak seharusnya aku ada di hidupmu. Itu sebabnya ayo kita bercerai saja."

"Alanaa. Kenapa kamu masih berpikir begitu. Kita bisa mulai dari awal, sayang. Kita akan melupakan ini seolah tak pernah ada yang terjadi. Kita akan membesarkan Fatih bersama-sama."

Terjatuh juga, Alana tak sanggup menahan lagi. "Enggak bisa, aku enggak bisa mempertahankan hubungan kita lagi."

"Jangan Al. Jangan. Mari kita sudahi ini Al. Aku nggak akan ceraikan kamu."

"Kumohon Jo, tolong talak aku demi pengabdian aku sebagai istrimu beberapa tahun ini. Tolong kasihani aku."

Tak dapat dipertahankan. Melihat Alana memohon, Jo tidak tega. Ia menarik napas dalam-dalam, kepalanya seakan ingin pecah memikirkan itu.

Saat ini ia tidak mau kehilangan keluarganya, tapi juga merasa Alana sudah sangat bulat ingin bercerai. Keputusan yang sangat sulit. Ditambah istrinya itu kini menangis, hal yang jarang sekali ia lihat, apalagi penyebabnya adalah dirinya.

"Baiklah." Tiga puluh menit berpikir akhirnya ia mengambil keputusan.
"Alana Annalyse, saat ini aku suamimu menalak dirimu. Aku ceraikan kamu. Hubungan kita sebagai suami istri berakhir di sini."

Senyum terbit di wajah Alana, hilang sudah aktingnya menangis tadi. Ia hanya berpura-pura agar Jonathan luluh. Kemudian ia bangkit berdiri.

"Bagus, sampai jumpa di persidangan pria brengsek!" Perempuan itu pergi meninggalkan Jonathan yang kini menganga tidak percaya.

Ia ditipu oleh istrinya. Ia merasa dipermainkan.

"Kau... Berani-beraninya."

"Kau pikir aku akan menangis untukmu? Tidak lagi sialan!"

***

Resmi bercerai, Jonathan seperti kehilangan arah. Ia tidak tahu harus bagaimana setelah ini. Dua wanita yang penting dalam hidupnya meninggalkan dirinya.

Keluarganya sendiri sangat murka atas aa yang ia lakukan, ayahnya menarik semua harta yang sempat diberikan.

Jonathan juga dipecat dari perusahaannya.

Itu semua karena ia yang sering mabuk-mabukan setiap malam, hingga pekerjaan nya tidak terurus. Sering telat saat ke kantor.

"Hancur sudah." Jonathan bercerita pada seorang wanita malam di club, suatu hari.

Lalu karena dipengaruhi oleh alkohol, ia menerima ajakan si wanita malam untuk bermain-main di sebuah hotel.

Jonathan sendiri yang menghancurkan hidupnya. Begitulah kenyataannya.

Wanita murahan itu ternyata licik, ia mencuri dompet dan mengambil kunci mobil Jo, membuat pria itu terbangun dengan teriakan histeris setelah tahu semua barangnya hilang.

****

Saat ini Jo tertidur trotoar depan sebuah ruko. Tidak punya rumah untuk pulang dan tidak punya tujuan hidup.

"Mas Jonathan?"

Sebuah suara membangunkan pria itu. Matanya mengerjap berkali-kali, hingga ia melihat dengn jelas sosok yang memanggil namanya.

"Kamu?"

"Iya, saya Pram. Mas masih kenal saya?"

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yaww. Oke-oke 🥺🥺

Bukan selingkuhan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang