Wanita itu begitu bahagia hingga tak pernah sedetikpun senyumnya surut. Di atas kasurnya berserakan baju-baju yang tadi ia coba. Perempuan itu ingin tampil sempurna malam ini.
Namanya Amira usianya tepat pukul 00.00 akan segera berganti menjadi dua puluh lima tahun. Di saat itu terjadi pria itu berjanji akan berada bersamanya, menjadi yang pertama mengucapkan selamat padanya.
Sejak memiliki hubungan dengan Jonathan, baru kali ini pria itu menjanjikan satu malam bersama dengan dirinya untuk memperingati hari spesialnya. Biasanya setiap malam yang mereka habiskan hanyalah untuk keperluan biologis laki-laki itu semata.
Mira sadar bahwa ia sangat bodoh untuk mempertahankan hubungan yang sama sekali tidak sehat ini, bahkan ia tahu bahwa ia berada di posisi dirugikan. Namun, ia terlalu cinta pada Jo, ia sulit lepas dalam lingkaran setan ini. Ia menikmati setiap kebersamaan mereka, dan tidak akan pernah melewatkan satu di antaranya.
Tepat pada pukul sebelas malam, saat kebanyakan orang sudah berada dalam rumah masing-masing, mendekam dalam kamar hendak tidur. Jo datang, deru mobil memasuki halaman kontrakan Mira membawa perempuan itu pada girang yang merambati dadanya. Setengah berlari ia menuju pintu, membuka dengan tidak sabaran untuk menemukan seorang pria jangkung berdiri di sana menatapnya dengan sebuket bunga mawar merah di tangan kanannya.
“Kau menepati janjimu," kata Mira seraya melayangkan senyum teramat lebar.
"Untuk wanita yang aku cintai, ap yang tidak?" Buket mawar itu ia serahkan pada Mira.
Bunga segar itu memberikan sensasi wangi, saat Mira mendekatkan hidungnya pada berpuluh tangkai bunga mawar yang tersusun rapi dalam balutan buket. “Terima kasih, sudah datang." Ia lalu memeluk Jo erat membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu.
Beberapa menit kemudian ia menuntut Jo untuk masuk ke dalam kamar. Seperti yang sudah berjam-jam lalu Mira perkiraan, Jo terkejut melihat kamar itu di hiasi lilin-lilin yang membentuk bentuk 'love' mengelilingi ranjang. Lampu kecil kelap-kelip berwarna putih senada warna lilin, mengelilingi bagian pinggir ranjang. Di atas ranjang yang berbalut seprai putih itu bertaburan kelopak bunga mawar merah. Mira juga tidak lupa menyemprotkan pewangi ruangan.
Mira menyuruh Jo untuk duduk di sana, lalu ia beranjak ke arah depan untuk menyalakan sebuah TV.
"Kita tidak pernah menonton bersama, jika kau tidak berani membawaku ke bioskop karena takut ada yang melihat kit, maka menonton di TV tidak masalah bukan?"
Jo tersenyum mengangguk dan memeluk tubuh Mira yang sekarang sudah berada di pangkuannya. Saat layar hitam televisi berubah menjadi berwarna dan menayangkan sebuah video Jo terpaku pada apa yang ia lihat.
"Itu kenangan SMA kita, kenangan saat kita masih bebas bersama-sama." Mira mengeratkan tangan Jo yang mengendur memeluknya karena kaget dengan video itu.
"Saat itu .... Masa-masa yang paling indah dalam hidupku. Kita tidak perlu diam-diam untuk bermesraan, kita adalah sepasang kekasih dan orang-orang tidak masalah dengan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan selingkuhan [TAMAT]
RomansAmira sadar mencintai pria yang mempunyai istri itu adalah salah. Apalagi dilakukan diam-diam, dan bahkan sudah berhubungan intim dengannya. Namun, ia sudah terlanjur mencintai Jonathan begitu dalam, ia telah tenggelam dalam lautan rasa cinta. Lalu...