Istri atau Selingkuhan

2.4K 79 6
                                    

Kepala pria itu serasa ingin pecah, dunia mempermainkan dirinya, padahal baru saja dia ingin bertobat dan fokus pada keluarga kecilnya, tapi apa yang ia temui siang tadi membuatnya gelisah bukan main.

Mira hamil.

Shit!

Jonathan mejambak rambutnya sendiri, ia hanya bisa mengumpat dalam hati karena tak mau membuat keributan dan membangunkan Alana.

Percakapan terakhirnya dengan Mira semakin membuatnya tidak tenang.

"Enggak, Jo. Please, jangan masuk lagi ke kehidupan aku. Aku urus ini sendiri, tolong jangan hubungi dan temui aku setelah ini, tolong pergi dari hidupku, Jo. Aku mohon."

"Mira itu anakku, aku harus bertanggung jawab atas kalian."

Jo tahu kondisi wanita itu tidak lebih baik darinya, bahkan ia tahu Mira sedang mennagis di sana, itu semua membuat hatinya tercabik-cabik . "Enggak, Jo. Cukup jangan temui aku lagi, sudah itu saja."

"Mira kumohon."

"Lupakan, Jo. Kau yang bilang bahwa kini kau fokus pada istri dan anakmu. Bahwa kita tidak memiliki masa depan. Kau benar, Jo. Tidak akan pernah ada kita."

Sebenarnya Jo sendiri tidak punya solusi untuk masalah mereka. Ia menarik nafas dalam-dalam, menjatuhkan dirinya di kursi kerja. Tadi ia beralasan ada tugas penting, sehingga Alana tidak perlu curiga mengapa sampai larut begini masih di ruang kerja.

Jam di dinding terus berputar, mungkin dalam beberapa jam lagi, ayam akan berkokok, matahari segera terbit. Sedangkan Jo, belum juga bisa tidur.

Bagaimana ia bisa tidur dengan kondisi seperti ini?

Apakah ia tega menghancurkan hati istrinya dengan mengaku telah menghamili wanita lain? Ia tidak tega jika Alana sampai menceraikannya dirinya. Jo tahu betul Alana tidak akan mau dimadu, perceraian adalah akhir dari rumah tangga mereka. Meskipun bisa saja Jo memilih jalan perceraian karena sejatinya sampai saat ini ia tidak pernah mencintai Alana, tapi ia tak pernah rela membuat anaknya harus merasakan perceraian kedua dua orang tuanya di usia yang masih belia.

Sangat omong kosong ketika ia bilang pada Mira akan tanggung jawab nyatanya, ia bahkan tidak punya jalan keluar.

"Jo..."

Panggilan halus setelah pintu terbuka dengan pelan-pelan sanggup membuat Jo tersentak dan bangkit terduduk.

"Kau masih belum tidur?" kata Alana sembari berjalan menghampiri suaminya, dapat Alana lihat kantung mata pria itu sudah menghitam, mata lelah itu kentara sekali, juga rambut acak-acakan. Hal tersebut membuat Alana khawatir akan kondisi suaminya.

Sedangkan Jo langsung lemas terduduk di kursinya begitu bisa mengontrol jantunya, ia pikir siapa.

"Tugasnya banyak sekali, ya? Apa Alana bisa bantu? Alana tidak tega lihat Jo begini." Alana yang kini sudah berada tepat di depan Jo mengelus wajah kusut pria itu.

"Iya, sayang. Perusahaan kebanjiran pesanan. Aku harus mengurus banyak sekali daftar keuangan yang harus selesai Minggu ini." Bohong sekali, perusahaan tidak pernah banjir pesanan, bahkan pekerjaan Jo saat ini tidak ada.

Alana duduk di pangkuan Jo, memeluk tubuh pria yang amat ia cintai tersebut. Meskipun mereka dulunya dijodohkan, tapi Alana cinta mati pada pria ini.

"Jo tetap butuh istirahat, nanti kalau sudah istirahat baru kerjanya dilanjutkan."

Jo melihat tingkah manja sekaligus perhatian Alana, membuat hatinya hangat. Sebenarnya apakah ia benar-benar tidak menyukai Alana?

Terang saja, mereka telah hidup bersama bertahun-tahun, memiliki satu buah hati cantik menyempurnakan keluarganya. Alana berparas cantik, tak kalah cantik dengan Mira. Meskipun dari segi bentuk tubuh Alana memang kalah dengan Mira yang montok nan semok, Alana bertubuh serba pas-pasan.
Payudara yang tidak besar-besar amat, meskipun menurut Jo waktu digenggam masih bisalah terasa. Pinggul dan bokong yang masih tergolong biasa saja bahkan meskipun setelah melahirkan tidak menambah ukurannya.

Jo masih suka tubuh Alana, karena yang terpenting adalah saat berhubungan badan Alana sangat berenejik, mampu membuatnya puas.

Bagian tubuh Alana yang paling pria itu sukai adalah bibirnya yang mungil tapi padat dan berwarna merah muda. Bibir itu menurun pada Fatiah, sehingga setiap kali melihat putrinya itu, Jo seperti melihat Alana.

Tak sadar menatap bibir istrinya beberapa menit yang lama, Jo jadi tidak bisa mengontrol nafsu segera mencium bibir tersebut.

"Manis, aku selalu suka," puji Jo setelah membuat bibir istrinya membengkak karena terlalu lama ia cium.

Tidak berhenti sampai di sana, meskipun beberapa waktu yang lalu ia pusing memikirkan masalahnya dengan Mira, kini kepala Jo cepat dialihkan dengan tubuh dan pose menggoda istrinya.

Ia segera menggendong istrinya lalu mendudukkan wanita itu di meja sebelum kemudian melepaskan dasternya lalu bemain dengan dada Alana. Alana sendiri suka bila Jo sudah begini. Ia suka Jo yang lihai dalam menikmati tubuhnya. Meremas-remas dadanya, membuat selangkangannya puas akan permainan nya.

Alana suka sekali Jo yang begitu, karena hal tersebut sangat jarang terjadi. Biasanya Alana harus bekerja ekstra membujuk Jo agar mau berhubungan, enataj kenapa terkadang Alana merasa Jo tidak tertarik padanya. Apakah tubuhnya kurang enak atau mengapa ia juga bingung. Makanya setiap kali ada kesempatan Jo yang meminta duluan ia pasti senang sekali.

***

Pendek dulu, mau test aja. Wkwk

Kalian tim mana, Mira-Pram
Atau Jo-Alana

Wkwkw, si Jo mah meskipun lagi stress tapi tetap sange.

Bukan selingkuhan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang