01. Pukul 23.00

1K 103 92
                                    

Bagi seorang gadis bernama Rain Andarea, malam adalah sesuatu yang sangat dia sukai sekaligus dia hindari. Malam adalah waktu yang sangat tenang tidak ada yang mengganggunya dan tidak ada yang memarahinya, semuanya aktivitas berhenti pada malam hari. Tetapi malam adalah sesuatu yang dia hindari pula, karena pada waktu malam otak yang harusnya beristirahat malah semakin aktif untuk memikirkan hal-hal yang baru saja terjadi.

'ah aku benci ini.. kenapa, kenapa harus aku sih?' batinnya.

Ya, setiap malam Rain selalu berbicara kepada dirinya sendiri, menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Dia ingin sekali memiliki tempat cerita, seseorang yang dapat dia percaya seseorang yang dapat menerima keluh kesahnya dan seseorang yang bisa memeluk serta mengusap kepalanya penuh kasih.

Tetesan demi tetesan kini mulai turun dari mata yang sangat indah milik seorang Rain, pipi yang bersih dan mulus tersebut kini telah basah oleh air mata gadis itu.

Cririring

Suara notifikasi dari handphone nya berhasil memecah suasana yang tadinya sunyi dan tenang menjadi ramai.

Jendra XI MIPA 3

woy rain! liat tugas biologi dong.

gjls.

Anda telah memblokir kontak ini
ketuk untuk membuka blokir

Jendra adalah salah satu teman sekelasnya, sekaligus orang yang sering mengganggunya di sekolah.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi waktu untuk dirinya tidur mengistirahatkan rasa lelahnya dan mengumpulkan kembali energi yang akan digunakan setelah dia bangun. Semenjak kelas 1 SMP Rain tidak pernah lagi merasakan apa itu tidur 8 jam. Waktu tidurnya hanya berkisar antara jam 04.00 sampai 07.00.

Dia mulai menghentikan aktivitas nya merebahkan diri diatas kasur dan segera menutup matanya.

Mentari pagi kini mulai menunjukkan kegagahannya, sinarnya memasuki kamar Rain melewati jendela yang tertutup selembar kain tipis berwarna putih.

Rain membuka matanya, dia berdecak sebal merasa kesal karena pagi terlalu cepat datang.

Tok .. tok.. tok.

'Rain bangun kamu! anak gadis sudah pagi masih belum bangun juga?! Rain buka pintunya atau mama dobrak'

Dia sudah terbiasa dengan teriakan-teriakan di pagi hari, dia tidak pernah mengalami pagi yang cerah baginya teriakan mamanya itu sudah seperti makanan sehari-hari.

Ceklak

Dia membuka pintu kamarnya, terlihat sosok cantik bertubuh tinggi dan ramping berpakaian rapih serta wangi sedang berdiri di depan kamarnya, tak lain dan tak bukan adalah Dela ibu kandung dari Rain dan kakak laki-lakinya yang bernama Marvel.

"Maaf ma" ujar rain

"Maaf kata kamu??!! Yang benar saja Rain, lihat ini sudah pukul 07.00 dan kamu belum siap-siap berangkat sekolah?! Mau jadi apa kamu!!"

"Iya ma, Rain segera bersiap" ucapnya lagi tanpa basa-basi.

Segera Rain menutup pintu kamarnya, dan berlari ke kamar mandi yang ada di dalam kamar, cepat-cepat Rain menyelesaikan kegiatan mandi dan memakai baju seragam supaya sang mama tidak kembali menggedor-gedor pintu kamarnya.

Dengan seragam putih dan rok abu-abu miliknya, dia segera menuruni tangga berniat untuk memakan sarapan pagi.

"Ngapain kamu kemari?" tanya sang mama

"Sarapan." jawabnya datar

"Heh, sarapan? mama gak akan kasih kamu makan sebelum nilai kamu sempurna!"

Rain membuang nafas kasar, dia sudah menebak ini pasti akan terjadi. Segera ia berlari menjauhi meja makan dan berangkat ke sekolah dengan terburu-buru. Bukan karena ada urusan di sekolah, melainkan dia ingin cepat-cepat menghindari ucapan-ucapan mamanya yang dapat menghancurkan hati nya.

"Lagi? haha udah biasa sih, tapi tetep aja sakit bakat gue bukan di akademik, kenapa sih mama gak pernah ngeapresiasi gue. Kenapa mama malah nyuruh gue berhenti ngelakuin apa yang gue minati? gue cape di tuntut harus sempurna di akademik cuma buat di pamerin sama temen-temen sosialita nya" teriaknya.

"Udah gausah teriak-teriak gitu, mending lo cepet-cepet ke sekolah nanti ke siangan ini udah mau jam 8" ujar seseorang di belakangnya.

Rain menoleh ke belakang, dia melihat seseorang bertubuh tinggi kurus dengan seragam yang sama seperti yang ia kenakan. Entah darimana laki-laki itu datang, biasanya tempat ini sepi hanya Rain saja yang sering melewati jalan ini.

"Oh iya lo pasti kaget, kenalin gue Raihan baru pindah ke komplek ini, nama lo siapa?" Ucapnya kemudian menjulurkan tangannya ke arah Rain

"Rain" Jawabnya singkat membalas uluran tangan Raihan

"Mau berangkat bareng?"

Rain terlihat kebingungan, masalahnya dia baru saja bertemu dengan lelaki ini, tidak mungkin langsung meng iya kan ajakannya.

"Gapapa kita satu sekolah, biar gak kesiangan juga" Raihan angkat bicara lagi

Rain hanya terdiam kemudian mengangguk.

"Yaudah tunggu ya gue ambil motor dulu."

Raihan berlari kearah perumahan, tak berselang lama dia datang dengan motor berwarna hitam pekat dengan membawa dua buah helm di tangannya.

"Yuk, nih pake helm nya."

"Makasih"

Rain menggunakan helm, kemudian naik keatas motor tanpa berpegangan ke badan Raihan.

"By the way kita senasib loh, sama-sama gak pernah di apresiasi dan cuma di jadiin figuran di kehidupan ini, semuanya harus di lakuin sesuai prosedur yang udah di tentuin orang tua. Gak punya hak, gak boleh punya cita-cita" Ucap Raihan tiba-tiba

Rain amat terkejut, matanya membulat mendengar pernyataan yang baru saja Raihan sampaikan, ia merasa kaget sekaligus senang karena akhirnya ada orang yang bisa merasakan apa yang ia rasakan.

"Setelah ini boleh gak kita jadi temen baik, terus saling cerita dan sharing sama apa yang terjadi" Raihan melanjutkan perkataannya

"Boleh" Rain tersenyum.

"Makasih ya, akhirnya gue punya temen cerita"

"Iya Raihan gue juga makasih"

Sejak saat itu, Rain merasa memiliki teman baru teman yang bisa ia ajak cerita, teman seperti ini yang sangat ia impikan.

Sejak saat itu, Rain merasa memiliki teman baru teman yang bisa ia ajak cerita, teman seperti ini yang sangat ia impikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang