17. Truth or Dare

42 5 0
                                    

Pagi telah datang sang mentari menunjukan eksistensinya kepada setiap mahluk yang merasakan kehangatannya, cahayanya masuk kepada setiap sudut di ruangan milik Jendra yang membuat pemilik ruangan itu terusik dengan kesilauannya.

Jendra membuka mata mengamati sekeliling ruangan itu semuanya masih tertata sempurna pada tempat yang sama kecuali yang satu, iya Rain dia menghilang dari tempat terakhir kali dia berada.

Merasa khawatir Sajendra mencoba untuk mengambil handphone nya dan menelepon Rain, sialnya dia lupa dimana dia terakhir kali meletakan handphone miliknya itu. Tak kehabisan akal Jendra menekan tombol darurat di atas tempat tidurnya untuk memanggil perawat. Ya dengan kesabaran Jendra yang setipis kertas tentu saja dia menekan tombol itu berulang kali tanpa henti sampai salahsatu suster datang ke kamar rawatnya.

"Ada apa, kenapa mas?" Tanya perawat itu sedikit tergesa gesa karena khawatir terjadi sesuatu pada pasiennya.

"Saya mau tanya sus, dimana perempuan yang nemenin saya semalem disini?" Tanya Jendra dengan wajah polos.

Sang perawat tak langsung menjawab, ia memasang senyum paksa merasa tertipu oleh pasiennya yang satu ini. Tadi saja dia menekan tombol darurat seolah olah sedang sekarat nyatanya dia hanya ingin menannyakan pertanyaan yang tidak bermutu seperti ini.

"Sus? kok gak jawab"

"Maaf mas saya kurang tau karena saya masuk sift pagi dan saya tidak menghafal siapa siapa saja yang menemani pasien saya"

"Sial, tolong cek cctv nya sekarang"

Perawat tersebut tak habis pikir dengan perilaku pasiennya, sudahlah daripada membulkan masalah lebih baik ia menuruti kemauan Sajendra.

Baru saja perawat itu membalikan badan pintu kamar rawat terbuka dan memunculkan sosok yang Jendra cari cari.

"Rai lo darimana aja si, kok lo ninggalin gue"

Iya, sosok itu adalah Rain dengan kening yang dikerutkan menunjukkan wajah keheranan karena mendapati sosok perawat yang berada di kamar Jendra.

"Gue abis dari bawah" Jawab Rain

"Gila, gue kira lo ninggalin gue"

"Apasi lebay"

Rain menoleh ke arah perawat yang sedang menyaksikannya dengan Jendra berbicara.

"Sus, tumben pagi-pagi banget ngecek nya biasanya jam 9 baru kesini" Tanya Rain

"Oh iya tadi pak Jendra neken tombol darurat, makannya saya buru-buru kesini takut ada apa-apa"

Rain kembali memalingkan wajahnya dan kini pandangannya tertuju pada Jendra dengan sorot mata yang khawatir.

"Lo gapapa?"

Jendra menggeleng pelan "Gue cuma mau nannyain lo kemana mana tau suster ngeliat makannya gue pencet tombol darurat"

"Lo gila? jangan make tombol itu sembarangan"

"Ya kan gue.. gue.. "

"Gue apa?!"

Sang perawat yang merasa canggung mendengar pertengkaran mereka akhirnya angkat bucara "Maaf pak, bu. Kalau tidak ada apa-apa saya mau pamit undur diri".

"Oh, iya sus. Maaf ya dan makasih udah dateng kesini, pacar saya udah ada kok hehe"

"Baik pak, permisi"

Rain yang mendengar itu sangat kesal ia mencubit otot tangan Sajendra dengan keras.

"Aw sakit Rai, apaansi"

"Ga"

Hening, tidak ada percakapan selama beberapa menit. Sajendra yang merasa canggung dengan keadaan kemudian membuka suara karena melihat Rain sedaritadi hanya berdiri memandanginya dengan tatapan datar seolah sedang ingin mengetahui sesuatu darinya.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang