Riuh gemuruh suara orang berlalu lalang, membuat seorang yang sedang tertidur pulas terbangun. Rain membuka matanya, melihat keadaan sekitar, dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Kepalanya masih bersandar di paha Marvel, melihat wajah sang kakak yang sedang menutup matanya yang mungkin sedikit tertidur.
Rain kemudian duduk, dia tidur di kursi tunggu bersama Marvel.
"Kak" Rain menepuk-nepuk pipi Marvel pelan
"Kakak" Sekali lagi.
"Hmm" Jawaban itu yang didapat Rain saat ini
"Udah pagi"
Marvel membuka matanya.
"Aduh, maaf kakak ketiduran"
"Gak apa-apa, pasti kakak cape"
"Iya, kamu mau sekolah? mau kakak anterin?"
"Gak, aku mau tunggu mama dulu. Sehari aja ya kak aku izin, boleh?"
"Kamu yakin?"
Rain mengangguk pelan.
"Ya udah gapapa, mau pulang dulu?"
"Enggak, mau disini"
"Ya udah cuci muka dulu gih biar seger, kakak mau cari sarapan. Kamu pasti laper"
"Iya"
Rain pergi meninggalkan Marvel.
Rain berjalan memasuki kamar mandi perempuan, dia melihat di kaca betapa acak-acakan penampilan nya itu.
Mata yang sembab dengan kantung mata yang menghitam, bibir yang pucat, rambut yang hanya di cepol tanpa di sisir.
Rain mencuci wajahnya, merapikan rambutnya dan keluar dari kamar mandi.
Saat hendak pergi ke ruang tunggu, Rain melihat sesosok yang tampak tak asing.
Dengan rambut berwarna hitam kecoklatan, tatapan mata yang tajam dan perawakan yang tinggi, Jendra.
Yang membuat Rain tambah terkejut adalah Marvel yang sedang mengobrol dengan Jendra. Di sana terlihat Jendra memberikan sebuah paper bag berwarna coklat kepada Marvel saat Jendra hendak pamit, Jendra melihat kearah Rain.
"Rai" Sapa Jendra.
Rain yang saat itu masih marah atas perbuatan Jendra, dia tidak menghiraukan sapaan Jendra, malah pergi meninggalkan mereka.
"Rai, Rain tunggu gue minta maaf Rai"
Rain semakin mempercepat langkahnya, hingga akhirnya Jendra dapat mengejarnya dan menangkap tangannya.
"Lepas"
"Enggak Rai, dengerin gue dulu"
"Lepas gak"
"Rai please"
"Cukup Jen gue benci sama lo, jangan temuin gue. Pergi sekarang"
"Rai gue mohon Rai" Jendra semakin mempererat pegangan tangan nya.
"Udah, Bi. Biar gue aja" Ucap seseorang yang tidak asing yaitu Marvel
"Tapi bang."
Marvel menepuk pundak Jendra, memberi tatapan sayu.
"Ya udah bang, gue pergi duluan ya"
"Iya, hati hati Bi"
Jendra melepaskan pegangannya, pergi meninggalkan Rain dan Marvel.
"Dek"
"Explain kak"
"Bian itu temen kakak"
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Teen FictionONGOING *Dilakukan Revisi Berjalan* *Sorry sempet lupa pass wp ™ 17 August 2021