Malam sudah hampir larut, jam menunjukkan pukul 22:00.
"Rai, pulang yuk?" Ajak Raihan
Rain menghela nafas panjang, sebenarnya dia tidak mau pulang ke rumah penuh luka itu. Jikalau bisa, maka Rain akan menetap selamanya di atas roof top ini.
"Pulang kemana, Han?"
"Rumah dong"
"Rumah.. Menurut lo definisi rumah tuh kayak apa sih?"
"Rumah, kata orang sih rumah adalah tempat untuk pulang, tempat untuk melepas lelah dari luar, tempat untuk berkeluh kesah, tempat untuk diskusi, tempat ternyaman diantara tempat tempat lainnya. Tapi, selama gue hidup di dunia ini. Gue gak pernah ngerasain itu semua, yang ada malah sebaliknya."
Rain menatap Raihan, sekeras apapun tawa yang Raihan keluarkan, mata nya tidak akan pernah bisa berbohong. Dia menyimpan begitu banyak luka dan rasa sakit, sama seperti Rain.
"Han" Rain memanggil Raihan sambil melebarkan kedua tangannya.
"Ya?" Raihan kebingungan
"Ayo, peluk."
Raihan terkejut, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apakah yang berada di depannya saat ini benar benar seorang Rain Andarea?
Sudahlah, tanpa pikir panjang Raihan segera menghampiri Rain dan memeluknya.
"Makasih ya, udah bertahan" Ucap Rain.
"Makasih juga udah lahir ke dunia ini sebagai Rain Andarea yang selalu cantik." Balas Raihan
Rain melepas pelukannya, angin malam kota Bandung berhembus membuat rambut Rain menutupi wajah cantiknya.
"Kok dilepas?" Tanya Raihan
"Katanya mau pulang"
"Loh, iya lupa. Ayo"
"Ayo"
Mereka berdua berjalan menuju pintu lift yang menghubungkan antara roof top dan parkiran.
Tak butuh waktu lama, mereka telah tiba di parkiran.
"Nih pake helm nya"
"Iya"
Rain memakai helm kemudian menaiki motor Raihan. Mereka pergi meninggalkan parkiran untuk pulang.
Raihan mengendarai motor dengan pelan, sengaja agar dia bisa berlama-lama dengan Rain.
Rain melihat penjual gulali di pinggir jalan, dia menyuruh Raihan memberhentikan motor nya untuk membeli gulali tersebut.
"Han, bentar dulu. Gue mau itu"
Mereka berhenti menghampiri tukang gulali tersebut.
"Mang, beli ini dua ya. Bentuknya harus bebek" Ucap Raihan
"Apaan kok bebek?" Timpal Rain
"Gapapa, lucu aja"
"Gak, gak mau. Gue mau bentuk kecoa"
"Hah, lo sehat kan Rai?"
"Ya sehat. Pokonya mau bentuk kecoa"
"Gak, mang bebek aja"
"Kecoa"
"Bebek"
"Eh, sudah. Jadi yang bener yang mana ini teh neng, aa. Kecoa apa bebek?" Tanya pedagang tersebut.
"Kecoa"
"Bebek"
Ucap mereka berbarengan. Si mamang yang mendengar itu hanya menepuk jidatnya nya sambil mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Teen FictionONGOING *Dilakukan Revisi Berjalan* *Sorry sempet lupa pass wp ™ 17 August 2021