10

310 16 0
                                    



Anin terbangun setelah mendengar bunyi alarm yang sangat nyaring tepat di samping telinganya. Anin meraih jam tersebut lalu mematikannya. Mata Anin melebar saat melihat pukul berapa sekarang.

"Gue tidur atau simulasi mati sih?" Anin kaget saat melihat sekarang sudah pukul 6 pagi. Bayangkan Ia mulai terlelap dari kemarin sore dan baru bangun pagi ini.Itu artinya Anin melewatkan makan siangnya yang tertunda kemarin dan juga makan malamnya.

Anin beranjak dari kasurnya,bergegas ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian,Anin keluar dari kamar mandi dengan pakaian sekolah yang lengkap. Anin berjalan menuju meja riasnya,memoles tipis bedak di mukanya,tidak lupa Anin juga memakai liptint di bibirnya yang nampak sedikit pucat saat ini. Setelah merasa cukup,Anin bergegas turun untuk sarapan bersama.

"Nah,ini dia kebo di rumah ini," Ucap Lexi saat melihat Anin sudah turun berpakaian sekolah lengkap.

Anin yang mendengar itu memilih untuk mengabaikannya. Yang Anin sekarang butuhkan hanya mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi.
Anin duduk di samping Lexi. Dengan gerakan cepat,Anin mengambil roti lalu mengolesinya dengan selai kacang dan melahapnya.

"Pelan-pelan makannya,Nin." Ucap Arga yang sedari tadi mentap putrinya itu.

"Anin laper banget Yah," Risa yang mendengar penuturan Anin,langsung berjalan ke dapur.

Risa yang sudah kembali dari dapur membawa kotak bekal, berjalan menghampiri Anin.
"Bunda buatin kamu nasi goreng. Lain kali,kalau tidur gak boleh kebablasan kayak semalam ya,"

Anin mengangguk sebagai jawaban dan mengambil kotak bekal tersebut lalu memasukannya ke dalam tas. "Makasih bun."

"Tidur apa simulasi mati, Nin?" Celutuk Lexi yang mendapat pelototan dari sang bunda.

"Dua-duanya mungkin," Ucap Anin dengan santai.

"Keren!" Puji Lexi membuat Anin memutar bola matanya. Apanya yang keren coba? Kakaknya itu memang aneh.

"Anin mau ke sekolah dulu Yah,Bun," Pamit Anin yang telah selesai dengan sarapannya. Ia berjalan menuju ayah dan bundanya menyalaminya secara bergantian.

"Gue enggak nih?" Ucap Lexi sambil mengulurkan tangannya untuk disalimi oleh Anin.

Anin berjalan menuju Lexi,namun tidak berhenti di depannya. Ia berjalan terus tanpa menoleh ke Lexi. Lexi menatap heran,apa Anin tidak melihatnya atau memang pura-pura tidak melihatnya?

Sebelum keluar dari rumah,Anin berbalik menatap Lexi dengan senyum yang menjengkelkan dimata sang kakak.
"KAPAN-KAPAN AJA SALIMNYA,KAK!" Teriak Anin sambil berlari menuju mobilnya.

"Adek sialan!" Gumam Lexi yang mendapat pelototan dari sang ayah.

###

Seperti biasanya,Anin berjalan melewati koridor bersama Lani dan Daffa yang tidak sengaja bertemu dengannya di gerbang.

Sesampainya di kelas,Anin melihat sebelah bangkunya kosong. Apa Alro belum datang? Batin Anin.

"Cari gue?" Ucap Alro yang baru saja datang.

"Dari mana lo kak?" Anin berjalan mendahului Alro dan duduk di tempatnya diikuti Alro dibelakangnya.

"Kantin," Jawab Alro sambil terus memandangi Anin yang sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Lo bawa bekal?" Tanya Alro yang mencoba membuka kotak bekal tersebut.

"Ets! Jangan pegang-pegang." Anin menyingkirkan tangan Alro yang hendak membuka kotak bekalnya.

"Tumben banget Nin," Ucap Daffa yang sedari tadi mendengar percakapan di depannya.

"Kemarin gue gak sempet makan dari siang sampai malam. Jadi,bunda siapin bekal untuk gue makan nanti."

"Demi apa? Lo mogok makan?" Timpal  Lani yang melihat Anin yang nampak sedikit pucat hari ini. Ia mulai curiga,mungkin kah Anin mogok makan karena kejadi kemarin?

Anin menggeleng. "Gue ketiduran dari sore sampai paginya."  Mendengar hal tersebut sontak mereka melongo,tidak percaya.

"Buset,lo tidur apa simulasi mati?" Tanya Daffa yang membuat Anin memutar bola matanya.

"Gak ada kalimat lain?" Ucap Anin yang sudah bosan dengan kalimat itu.

"Uji coba untuk-Aw!" Alro meringis saat Anin mencubit keras pinggangnya.

"Lo capek banget atau gimana Nin? Perasaan kemarin kita cuman sebentar deh di mall nya," Tanya Lani yang penasaran.

"Hm mungkin. Tadinya sih cuman istirahat bentar,eh malah kebablasan sampai pagi." Jelas Anin yang membuat Lani ber oh ria.

"Kebo,"

Anin menoleh ke Alro dan menatap tajam cowok itu.
"Diem!"

"Nin,yang kemarin gima-" Ucapan Lani terhenti ketika melihat Bu Ririn-guru matematika sudah memasuki kelasnya dengan muka yang mencurigakan.

"Baik anak-anak,hari ini saya akan mengadakan ulangan mengenai materi program linear." Ucap Bu Ririn sambil tersenyum manis,bukannya membuat siswa terpaku malah membuat semua siswa di kelas frustasi.Ulangan dadakan lagi? Hufh.

"Anjir! Dadakan teros bu," Ucap Daffa yang sudah pasrah akan nilainya kali ini.

Bel istirahat berbunyi,bertepatan dengan selesainya keempat remaja tersebut dengan ulangan dadakannya.

"Tuh guru emang suka banget ya ulangan dadakan,kabari dulu kek," Omel Daffa setelah Bu Ririn keluar dari kelasnya.

"Kalau dikabari bukan dadakan namanya ogeb," Ucap Anin sambil mengeluarkan kotak bekalnya.

"Gue sama Daffa ke kantin dulu ya," Ucap Lani sambil menarik tangan Daffa keluar menuju kantin.

Anin menoleh mendapat Alro yang menatapnya dengan senyum manisnya. Senyum yang tidak pernah Anin sukai,karena pasti ada maksud dibalik senyum tersebut.
"Ngapain? Gak ke kantin lo kak?"

"Ngapain ke kantin,kalau porsi nasi goreng lo buat dua orang." Ucap Alro dengan seenaknya mengambil satu sendok yang dibawa Anin lalu menyantap nasi goreng yang dibawa Anin dengan tenang. Untung saja Anin mengambil dua sendok tadi untuk berjaga-jaga.

Anin yang pasrah lalu mengambil sendok yang satunya,ikut makan dengan Alro.

Di lain sisi,Darren berjalan terburu-buru menuju kelas Anin untuk menjelaskan kejadian kemarin.Darren juga mau menanyakan kenapa Anin mengabaikan pesan dan panggilan darinya.Namun,baru mau melangkah masuk ke dalam kelas Anin,pemandangan yang membuat Darren memanas membuat langkahnya terhenti. Dua bangku dari belakang,Darren melihat Anin yang sedang asyik memakan bekalnya bersama Alro. Bisa dibilang sepiring berdua. Sangat romantis. Darren memutar balik badannya,ia mengurungkan niatnya untuk bertemu Anin. Pemandangan tadi sudah cukup bagi Darren.

"A Regret"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang