16

116 6 0
                                    


Diperjalanan pulang Anin terus memikirkan gelang yang didapat Alro. Gelang itu sama sekali tidak asing baginya. Ia pernah melihatnya beberapa kali,tapi dia tidak ingat siapa yang memakainya.

"Ngelamun mulu cebong," Ujar Alro yang sedari tadi memperhatikan Anin yang melamun.

Anin menghela nafasnya. Ia ingin memberi tahu Alro,tapi dia juga tidak yakin siapa pemilik gelang itu. "Gue pernah lihat gelang yang sama dengan gelang yang lo tunjukkin tadi,"

"Dimana? Dan siapa yang make tuh gelang?"Tanya Alro tanpa menoleh.

"Gue gak tau pasti siapa yang punya gelang itu. Tapi gue yakin dia orang yang berada disekitar gue,"

Alro mengernyit heran. Orang yang berada disekitar Anin? "Yakin?"

"Karena gue udah beberapa kali merasa melihat gelang yang sama persis. Bukan hanya sekali loh kak. Kalau bukan orang terdekat,mana ada gue lihat tuh gelang sepersekian kali," Jelas Anin.

Alro mengangguk,masuk akal. Mana bisa Anin melihat gelang yang sama berulang kali kalau bukan dari orang terdekatnya. Kalau dari orang lain,mungkin hanya sekali Anin melihatnya.

Anin kembali menatap lurus-lurus,mencoba mengingat siapa pemilik gelang itu. Ingatannya menuju pada sekolah. Ya,sekolah. Dimana Anin melihat gelang yang sama persis dipakai ditangan seorang perempuan.Tapi sialnya Anin lupa dengan wajah perempuan itu. Anin menggerutu,kenapa otaknya ini tidak bisa mengingat wajah perempuan itu sih?

"Di sekolah," Ucap Anin tiba-tiba membuat Alro menoleh,memperlihatkan wajah bingungnya.

"Apanya yang diseko-"

"Perempuan.Gelang itu dipakai sama perempuan yang satu sekolah dengan kita."

###

Seminggu sudah Anin berusaha mengingat wajah perempuan,tapi nihil. Sekeras apapun dia berusaha mengingat wajah perempuan itu,hasilnya tetap sama. Ia tidak mengingat wajah tersebut.

Sekarang Anin,Alro,Daffa dan Lani sedang berada di kantin. Mereka nampak menikmati makanannya,kecuali Anin. Gadis itu hanya mengaduk-ngaduk Mie Ayamnya dengan tatapan tidak nafsu.

"Gue perhatiin lo ngelamun mulu akhir-akhir ini,Nin," Ucap Lani heran dengan Anin yang selalu melamun. Bahkan saat ini gadis itu hanya mengaduk-ngaduk makanan kesukaannya tanpa berniat menyantapnya. Aneh sekali.

Daffa mengangguk setuju. Anin terlihat berusaha memikirkan sesuatu,tapi apa?
"Lo mikirin apa sih?"

"Gelang," Satu kata yang membuat mereka bertiga mengerti.

"Gue kira lo lagi ada masalah sama Darren," Ucap Daffa mendapat gelengan dari Anin.

Ngomong-ngomong tentang Darren,cowok itu baik-baik aja kok sama Anin. Saling bertukar kabar,jalan bareng dan lainnya deh,seperti yang dilakukan sepasang kekasih pada umumnya.Pokoknya hubungan mereka jauh lebih baik dari sebelumnya.Apalagi setelah Anin bertemu dengan Gema,yang notabenya teman makan Darren saat di warung pecel lele tempo hari.

"Lo udah ingat siapa orangnya?" Tanya Alro menatap Anin dengan wajah seriusnya.

Anin menggeleng lesuh. "Gue belum ingat,"

Daffa dan Lani sama-sama memasan wajah bingungnya. "Ingat apa,Nin?"

"Muka yang pakai gelang yang sama,"

"A Regret"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang