02

557 30 0
                                    

"Makasih ya Daf udah mau anter.,maaf ngerepotin. "

Daffa tersenyum geli. Ini bukan pertama kalinya ia mengantar Anin pulang,tapi sikap Anin selalu menggambarkan bahwa ini yang pertama kali.

"Masuk sana,salam ya sama bunda." Ucap Daffa yang hanya dibalas anggukan oleh Anin.

Anin memasuki halaman rumahnya dan disambut oleh bundanya tercinta.

"Itu Daffa ya Nin?" Tanya Risa, bunda Anin.

"Iya bun." Jawab Anin seadanya.

"Kenapa gak mampir sih itu anak, bunda kangen tau."

Anin menatap heran bundanya, Ia tak salah dengar kan? "Anin gak salah denger kan bun?"

"Kamu ini,Daffa itu sudah seperti anak bunda."

Risa sudah menganggap Daffa sebagai anaknya sendiri dikarenakan Daffa dan Anin sudah bersahabat dari umur 5 tahun .

"Iya bunda iya, tadi Daffa titip salam sama bunda."

"Salam balik ya." Kata Risa yang dijawab anggukan oleh Anin.

"Anin ke kamar dulu bun,mau beres-beres." Ucap Anin meninggalkan Risa.

Sehabis membersihkan badannya,Anin menuju kasurnya lalu menyalakan laptop dan mulai menonton film favoritnya. Namun, aktivitasnya terganggu ketika sebuah notif muncul dilayar hpnya.

Darren
Udah sampai rumah?

Anin
Udah.

Darren
Aku otw ke rumah kamu.

Anin
Hati-hati ya!

Tak lama kemudian pintu kamar Anin terbuka, "Anin ada Darren di bawah." Kata Risa.

"Suruh naik aja bun, Anin males untuk turunnya." Ucap Anin yang hanya dijawab anggukan oleh bundanya.

"Anin." Panggil Darren saat Anin tidak menyadari kehadirannya karena sibuk membereskan barang-barangnya.

Yang dipanggil sontak menoleh dan berlari menghambur ke pelukan Darren.

"Kebiasaan deh kamu." Kekeh Darren sambil membalas pelukan Anin dan mengusap rambut Anin yang tergerai.

Anin melepaskan pelukannya saat merasakan bau aneh dari tubuh Darren, "Kok bau rumah sakit?"

"Eh? tadi mama nyuruh singgah di rumah sakit dulu."

Anin memicingkan matanya menatap curiga. Sejak kapan Darren mau ke rumah sakit? menginjakkan kakinya saja dihalaman rumah sakit dia tidak mau.

"Kamu kan gak suka rumah sakit?"

"Dipaksa mama sayang." Ucap Darren setenang mungkin.

"Yaudah deh,udah makan?" Tanya Anin sambil membenarkan rambut Darren yang sedikit berantakan.

"Udah kok tadi,bareng mama." Jawab Darren sambil mengusap pipi Anin.

"Jalan yuk Ren, bosen nih." Rengek Anin sambil menarik-narik ujung baju yang dikenakan Darren.

"Aku ada janji sama temen,besok aja ya?" Kata Darren sambil menatap lembut Anin.

"Yah, padahal kangen jalan berdua." Gumam Anin yang mungkin tidak didengar oleh Darren.

"Besok aja ya sayang? " Tawar Darren dengan senyum manisnya berharap Anin luluh.

"Oke,tapi sepuasnya ya?"

"Siap bos!" Ucap Darren dengan mengangkat jempolnya.

Baru saja Darren ingin membaringkan dirinya di sofa namun niatnya itu terhalang ketika sebuah notifikasi muncul dilayar hpnya.

Al Sist
Jadi kan? gue tunggu di halte biasa.

Darren menatap Anin yang ternyata juga menatapnya dengan tatapan heran.

"Siapa?" Tanya Anin.

"Temen,aku pergi dulu ya salam sama bunda. " Ucap Darren dan langsung meninggalkan Anin tanpa meminta persetujuannya.

Jangan lagi ya Ren,please. Ucap Anin dalam hati berharap kejadian itu tidak terjadi lagi untuk kesekian kalinya.

Sepulang Darren,Anin tidak melakukan kegiatan apapun. Ia hanya berguling-guling di kasurnya sambil memikirkan banyak hal, seperti Darren yang tiba-tiba meninggalkannya padahal baru hitungan menit mereka bertemu dan lebih anehnya lagi sejak kapan mamanya Darren memaksa anaknya untuk ke rumah sakit? bukannya mama Darren tau kalau Darren paling anti yang namanya rumah sakit? memikirkannya membuat Anin sakit kepala.

Lama bergelut dengan pikirannya,Anin bangun dari tidurnya dan mengecek ponselnya yang sedari tadi berbunyi.

Daffa Gan
Anin?
Gue bosen banget nih.
Woyy Anindira.
Anindira Clarine Anantaaaaa.
Lo di rumah kan? gue sama Lani otw.

Anin memutar bola matanya saat membaca pesan dari Daffa.Belum lagi pikirannya yang penuh ditambah nanti kedatangan dua makhluk astral di rumahnya, bisa pecah kepala Anin.

Sebelum dua makhluk itu datang, Anin menyempatkan diri untuk membuat minuman dan mengambil beberapa cemilan yang memang sudah tersedia di dapur.

"ANIN,DAFFA SAMA LANI UDAH DATENG NIH." Teriak Risa yang sedang menyiram bunga di halaman rumah.

"Wah,makanannya banyak banget." Seru Lani saat melihat Anin membawa 3 kaleng minuman bersoda dan beberapa makanan ringan.

"Gak sia-sia ya Lan kita ke rumah cucu Pak Ananta." Ujar Daffa sambil mendudukan dirinya di sofa empuk yang berada di ruang tamu.

"Ngaku deh kalian, pasti mau ngemil kan? makanya kesini." Ucap Anin sambil menaruh minuman dan makanan di meja.

"BETUL BANGET!" Teriak Lani dengan semangat.

"NAH IYA,YEAYY ANIN PINTERR. " Teriak Daffa tak kalah hebohnya.

"LO KIRA RUMAH GUE HUTAN HAH? PAKE ACARA TERIAK-TERIAK SEGALA! " Teriak Anin sambil melempar bantalan sofa ke arah Daffa dan Lani.

"Wahwah, kekerasan nih. " Ucap Daffa sambil menghindar dari lemparan Anin.

"Selow Nin selow,lo juga teriak kali. " Kata Lani yang juga sedang menghindar dari lemparan Anin.

Anin menghentikan lemparannya dan langsung mendudukan dirinya di sebelah Lani, "Ya kan gara-gara kalian juga,gue ikut-ikutan teriak."

"Eh Nin, tadi tuh ya gue lihat Darren di dekat kompleks rumah gue." Ucap Lani yang menarik perhatian Anin.

"Mau apa dia kesana?" Tanya Daffa.

"Yah gue gak tau lah, tanya tuh sama pacarnya." Tunjuk Lani ke Anin.

"Gue juga gak tau, tadi dia pamit mau ke rumah temen katanya." Anin mengedikkan bahunya dan lanjut meminum minumannya.

"Rumah temen? perasaan di kompleks gue yang seumuran sama Darren tuh gue sendiri, yang lainnya masih anak-anak tau. "

"Mungkin Darren punya temen yang umurnya masih unyu-unyu gitu." Ucap Daffa yang dihadihi pukulan dikepalanya.

"Lo tuh ya! bener-bener gak ada otak." Lani dibuat emosi oleh ucapan Daffa yang ngawur itu.

"Aw! sakit bego." Ringis Daffa sambil mengusap-usap kepalanya yang terkena pukulan super Lani.

"Diem gak kalian? gue usir mau?!" Ancam Anin yang membuat keduanya langsung terdiam.

Dipikiran Anin sekarang hanya ada satu pertanyaan.Kalau di kompleks itu hanya ada Lani yang seusia dengan Darren, lalu untuk apa Darren kesana? jelas tadi Ia berpamitan kepada Anin dengan alasan mau bertemu temannya. Tidak mungkin kan Darren berteman dengan anak kecil?.


Dilain sisi, Darren menepikan motornya di halte dekat sebuah kompleks dimana seseorang sudah menunggunya lama.

"Lama banget." Ucap gadis itu.

"Sorry tadi macet."

"Yaudah ayo, keburu malem nanti."

"A Regret"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang