05. Kost'an Bryan

7 3 0
                                    

Aurel tersenyum-senyum sembari menatap kedua sahabatnya.

Keduanya yang ditatap begitu, saling pandang seperkian detik kemudian menatap Aurel dengan mata menyipit curiga.

"Ngapain bund senyum senyum?"

"Kenapa lo, udah dapet balesan cintanya Bryan?"

Aurel menjetikkan jarinya. "Freya pintar, tapi sayangnya jawabanmu kurang tepat. Sedikit mendekati."

Aurel sedikit memberi jarak saat menyatukan kedua ibu jari dan telunjuknya dengan ekspresi mata ikut menyipit. Memberi tahu Freya sesedikit apa ukuran atas jawabannya.

Keduanya kembali bersitatap namun kali ini Freya mengedikkan bahunya dan kembali menghabiskan makanannya membuat Adel berdecak.

Aurel sedikit membusungkan badannya ke depan. Jemarinya melambai membuat keduanya ikut membusungkan badan. Lagi, Aurel memasang senyumnya sebelum bicara. "Gue sama Bryan hari ini mau jalan!"

Badan Freya kembali tegak. "Pasti lo yang maksa."

"Nggak usah jujur-jujur amat kenapa sih, Fre. Sekali kali nyenengin gue napa," protes Aurel. Bibirnya maju beberapa senti cemberut.

"Udah ketebak." Freya tertawa diikuti oleh Adel.

"Ya gimana ya, kalau gue nggak maksa ... kapan naik tingkatnya masa pendekatan gue sama Bryan."

"Congrast dah. Mau jalan kemana emang?" tanya Freya. Bibirnya menyeruput minuman jusnya.

"Pasti nggak tau mau kemana. Yakan?"

Tebakan Adel sangatlah tepat. Aurel menatap keduanya secara bergantian.

"Cape banget temenan sama yang pekanya terlalu peka tuh." Aurel menghela napas. "Apa kata nanti sajalah, ntar dirundingin sama orangnya."

"Emang lo ada rencana mau jalan ke mana?"

"Maunya sih ya main motor-motoran atau nggak ke taman, biar romantis gitu." Aurel meletakkan kedua katupan tangannya di bawah pipi, mirip seorang ibu yang menyuruh anaknya tidur lewat bahasa isyarat. "Tapi kalo ke mall juga nggak papa sih, cuma banyak orang dan gue males."

"Maunya yang sepi? Ngapain tuh?" tanya Adel menggoda sembari menaik turunkan alisnya.

Aurel berdecak dengan menggeplak pelan tangan Adel. "Deep talk lah. Kalo rame kan berisik, ntar nggak fokus yang ada."

"Mau bahas apa sih sampe harus se-fokus itu." Freya terkekeh, temannya ini benar-benar ... Ah, bahkan Freya tak bisa berkata-kata lagi.

"Harus fokus, Kan mau bahas soal perasaan."

"Perasaan yang tak kunjung terbalaskan maksudnya?" tambahi Adel kemudian tertawa bersama Freya.

Mata Aurel melotot kemudian terpejam sambil mengelus dada. "Astagfirullah Adel. Kebanyakan gaul sama Freya nih, pedes banget mulutnya."

•••

"Yan ayo keluar anjir, udah sepi ini," protes Reyhan tapi lagi lagi hanya dibalas anggukan dan deheman saja.

Bryan menulikan telinganya, menganggap ajakan Reyhan angin lalu. Tidak tahukah Reyhan ini, jika dirinya sengaja mengulur waktu dan keluar kelas paling akhir agar tidak bertemu sang putri pemaksa?

"Ayo!"

Bryan melihat jarum jam ditangannya, dua jam telah lewat dan sekarang telah jam 2 siang. Pasti putri pemaksa itu sudah pulang.

Bryan menganggukkan kepalanya sekali lagi dan berdiri lalu berjalan keluar kelas bersama sohibnya yang sedari tadi mengoceh protes.

Reyhan menyipitkan matanya saat menangkap sosok tak asing bersandar di samping motor Bryan. Sikunya menyikut lengan Bryan. "Itu Aurel bukan?"

Don't Worry, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang