17. "Selamat malam."

8 2 1
                                    

"Sorry, lo anak sini yang ikut camping?" tanya pria berperawakan tinggi, sedikit menunduk kala lawan bicaranya mendongak untuk menatap dirinya.

"Iya, kak."

"Nama sekolahnya.... apa?"

"SMA Trisakti."

••••

Api masih menyala, menerangi suasana malam yang gelap. Dikelilingi oleh lima siswa-siswi yang sedang melahap daging hasil bakaran mereka, seperti berburu daging diantara para pemburu yang kelaparan. Bryan tak dapat mengambil satu tusuk satenya karena saling berebut, pria itu melengos, pasrah begitu saja ketika sate miliknya diambil.

"Bri, kok diem aja, sih? Ambil satenya dong," ujar Aurel.

"Nggak papa, kalian aja." Bryan hendak berdiri, namun Aurel tahan dengan sekuat tenaga.

"Is, kalau lapar ya berusaha ambil satenya dong. Jangan langsung nyerah gitu aja."

Bryan melotot, dia tak bermaksud menyerah akan mengambil sate itu. Dia hanya mengalah, membiarkan temannya saja yang makan.

"Jangan kebiasaan ngalah, nanti lo sendiri yang rugi." Aurel tanpa sadar berkata seperti itu, yang sialnya tepat sasaran bagi Bryan.

Aurel mengambil lima tusuk sate, menerobos begitu saja di antara Adel dan Reyhan. "Minggir-minggir, gue mau kasih makan calon pacar dulu."

Kembali duduk disamping Bryan, Aurel menyodorkan tiga tusuk sate yang dia ambil tadi kepada Bryan. "Nih, makan, ya. Awas aja kalau nyari-nyari alasan lain. Makan, oke? Kalau lo masih tetep nggak mau, gue suap—"

Ucapan Aurel terhenti ketika Bryan langsung melahap sate digenggaman Aurel, lalu mengambilnya tanpa berkata apapun.

Aurel menegang, terkejut dengan tindakan Bryan. Rasanya seperti ucapan barusan benar-benar dikabulkan oleh Bryan. Pikirannya mulai berkelana, perasaan senangnya tak dapat ia bendung.

Kupluk jaketnya Aurel naikkan agar menutupi wajahnya yang memanas akibat tindakan Bryan barusan. Jika bisa, Aurel ingin berteriak sekarang.

"Kenapa?" tanya Bryan, sadar apa yang dilakukan Aurel sembari mengunyah.

"Nggak papa, habisin aja satenya, sekalian sama tusuknya."

"Hm? Nggak doyan," balas Bryan. Kemudian pria itu menyodorkan tusuk sate itu ke depan wajah Aurel. "Makan kalau lo doyan."

Matanya melebar tak percaya, kupluknya semakin ditarik agar menutupi seluruh wajah Aurel. "Apa sih, Bryan. Mana ada orang doyan tusuk sate, lagian juga kan gue bercanda, makan aja sana sendiri. Jangan ngajak-ngajak!"

Entah ke berapa kalinya Bryan terkekeh karena melihat tingkah Aurel yang menggerutu karena malu, menggerutu karena kesal dan segala hal ketika gadis itu dalam menghadapi mood-nya dengan menggerutu.

"Ya udah."

"Eh?" Aurel tersadar, membuka kupluk jaket yang menutupi seluruh wajahnya. "Maksud gue, lo makan tusuk sate aja sendiri jangan ngajak-ngajak gue, kalau lo mau makan, jalan, belajar, apapun itu kecuali makan tusuk sate. Ajak gue!"

"Nggak."

"Ih, Bryan, kok? Bri!"

Aurel ikut bangkit dari duduknya, mengikuti Bryan yang mendekati tempat duduk Reyhan. Aurel sendiri mengekor di belakang Bryan, menggeser Reyhan yang menghalangi tempat duduk dia yang ingin duduk disamping Bryan.

"Minggir sana, deket sama Freya aja!" titah Aurel sembari menunjuk Freya yang berada didekat Adel.

"Oke kalau gitu." Reyhan tak ragu langsung berdiri dan duduk di samping Freya.

Don't Worry, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang