25. Pertengkaran

8 1 0
                                    

"Nggak!"

Bukan Aurel yang menjawab melainkan Freya dengan gaya angkuhnya. Oh, jangan lupakan tatapan tajamnya yang seolah ingin menguliti Ervin hidup-hidup.

Ditatap seperti itu Ervin tersenyum. Tidak pergi melainkan duduk tanpa permisi. Sampai kapan Ervin akan menuruti kemauan Freya dan membiarkan kebencian Freya pada saudaranya semakin membesar? Tidak akan! saudaranya butuh kedamaian, dan sudah tugasnya untuk menyelesaikan perkara itu. Sudah cukup memenuhi keinginan Freya selama beberapa minggu kemarin yang tidak membuat rasa benci itu hilang melainkan semakin bertambah.

"Gue tahu lo benci gue. Tapi ingat Fre, setiap manusia memiliki perubahan dari waktu ke waktu. Memang dengan maaf, rasa sakit itu nggak akan menghilang, tetapi dengan menerimanya akan obatnya. Gue–"

"Lo tetep lo. Orang yang masih sama, yang selalu nggak puas sama satu cewek dan orang yang paling egois akan suatu hal yang lo klaim milik lo." Telunjuk Freya menunjuk muka Ervin penuh emosi. "Nggak usah ngebela diri dengan ngasih gue words of wisdom! Pergi!"

Usiran Freya membuat Ervin terhenyak. Tidak Ervin sangka jika menyelesaikan perkara saudaranya dengan mantan pertamanya akan sesulit ini.

"Pergi atau gue tonjok?!"

Aurel menarik Freya pergi. Aurel tidak ingin ada pertengkaran di atara mereka. Beruntung bel sudah berbunyi dan hanya menyisakan beberapa siswa yang masih sibuk mementingkan isi perut dibanding pelajaran.

"Rel–"

"Fre, Kak Ervin nggak akan pergi. Kita aja yang pergi. Udah bel."

Freya menghempas kasar genggaman Aurel. "Sampai kapan lo anggap dia Ervin? Buka mata lo, Rel. Dia bukan Ervin!"

"Sampai lo sadar kalo dia memang bukan Arvin."

"Sampai segitunya ya cinta lo. Bikin lo buta, Arvin lo anggap Ervin. Mungkin kalo Reyhan kembaran Bryan lo anggap dia Bryan juga ya."

"Freya!" Kali ini Adel yang membentak. Itu rahasia mereka, kenapa Freya membeberkannya?

Aurel mengepalkan tangannya saat tahu Bryan dibelakang Freya. Saat matanya bertemu, Bryan langsung membalikkan badannya. Astaga, pasti dia mendengar perkataan Freya. Dengan emosi Aurel menghampiri Ervin yang masih terdiam, syok dengan penyataan Freya. Mungkin tanda titik di dahi yang merupakan tanda lahir Ervin bisa menyakinkan Freya. Masalah mereka harus clear hari ini. Aurel menyingkap kasar rambut sebelah kanan Ervin menunjukkan tanda titik yang menjadi cara untuk membedakan keduanya. "Masih percaya ini Arvin?"

Freya membulatkan kedua matanya. Tanda itu, Aurel pernah menceritakan padanya. Jadi ... jika dia Ervin, lantas kemana Arvin. Kenapa keduanya tidak bersama?

"Arvin?"

Ervin tidak menjawab pertanyaan Freya. Ervin butuh pasokan oksigen, Ervin butuh ketenangan untuk menerima perkataan Freya tadi.

Aurel mengacak rambutnya kasar. Bryan mengetahuinya, lantas jika Bryan menjauhinya bagaimana? Nggak! Itu nggak boleh terjadi.

"Rel."

"Diem, karena lo, Bryan tahu perasaan gue ke Kak Ervin. Pasti dia akan berpikir gue masih suka Kak Ervin."

"Rel, maaf," lirih Freya saat sadar bahwa dia sudah keterlaluan dalam menyalurkan emosinya. Membeberkan rahasia Aurel pada orang yang disukainya itu bukanlah hal sopan.

Aurel melepas genggaman Freya. "Nggak, Fre. Kali ini tolong. Gue mau sendiri."

Aurel mengejar Bryan. Pasti cowok itu belum masuk kelasnya. Terhitung jarak gedung IPA yang terpaut jauh, pasti Bryan masih di koridor, iya.

Don't Worry, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang