10. Surprise

6 2 0
                                    

Buk ....

Aurel meringis saat kotak istimewa berbungkus hitam jatuh dari dalam tasnya.

Freya membungkuk, mengambil kotak itu lalu menatap Aurel bertanya, "Ini?"

"Apa, Rel?" sambung Adel dengan dahi berkerut heran.

"Ceritanya ada yang mau kasih kado seseorang tanpa sepengetahuan kita?"

Pertanyaan penuh tekanan bercampur marah dari Freya membuat mulut Aurel yang tadinya terbuka akan menjawab pertanyaan sebelumnya kembali tertutup. Ini salah Aurel, kenapa semalam tidak membawa kadonya bersama bento buatan Aurel sendiri. Aurel menghela napas, tidak ada hal lain selain menjelaskan agar kesalahpahaman yang sudah ada ... terluruskan.

Apalagi posisi Aurel kali ini seperti seorang perempuan yang ketauan selingkuh oleh pacarnya.

"Maaf, itu kado buat Bryan, gue sengaja nggak kasih tau kalian. Karena gue ingin buat kejutan buat Bryan tanpa diketahui siapapun. Gue nggak bermaksud untuk –"

"Oke-oke nggak usah dilanjut, gue ngerti," potong Freya cepat dan meletakkan kotak itu ditangannya Aurel.

Adel masih berkedip-kedip tidak mengerti maksud Freya barusan. Apanya yang dimengerti? Lima menit terdiam, Adel langsung berseru senang. Seperti mendapat undian lotre keliling dunia gratis. "Oh astaga, Rel! Sekalipun lo kasih tau kita sebelumnya, kita juga nggak bakal ngrecokin acara yang lo buat, palingan cuma bilang cie cie, paling sedikit berkelas juga minta pajak jadian!"

"Del, lo emang paling bisa putar balikin suasana!" batin Aurel tersenyum menatap Adel sedang Freya sudah terkikik sedari tadi.

"Bego! mana ada sedikit berkelas minta pajak jadian, Adel perkedel."

"Ada! Freya Yaya miliknya Gopal!"

"Heh! Adel perkedel, jawab mulu ya. Adel kalo nakal pulang aja, mama nggak suka." Freya pura-pura merajuk.

"Gue bukan anak lo ya, Fre!" Adel mendelik tak terima jika diasuh anak oleh Freya. Bisa-bisa kena mental karena mulut pedas Freya, tapi terkadang ada benarnya juga.

Ketiganya saling pandang lalu tertawa seketika. Terkadang percakapan random ataupun absurd dalam lingkungan persahabatan malah menjadi mutiara sumber kebahagiaan. Lihat saja, Aurel, Adel, dan Freya tak henti hentinya tertawa hanya karena saling pandang.

"Jadi ... kadonya mau dikasih ke pangeranmu kapan, Rel?"

Aurel merona, tersipu malu. Bukan, bukan karena pertanyaan Adel tetapi bayangan akan reaksi Bryan nanti yang baru saja terlintas dikepalanya.

Dan apa maksud dari 'pangeran'?

Terdengar sangat lebay ditelinganya, Aurel bergidik ngeri saat membayangkan dia memanggil itu didepan Bryan. Respon Bryan yang dipanggil seperti itu akan bagaimana pula? Akan ikutan melayani drama yang Aurel perankan atau malah berbalik badan dan pergi begitu saja?

Ah, membayangkannya saja sudah sangat geli. Aurel menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir khayalan alay itu.

"Uhm, cieee. Yang mau menjalin hubungan kekasih nih."

Kali ini Freya yang menggoda membuat Aurel berkelit dengan mengucap "apa sih."

Ketukan di pintu kelas Aurel terdengar, karena mereka sedang beristirahat jadinya hanya sedikit yang berdiam di kelasnya.

"Panjang umur, calonnya Aurel. Sini pangeran, masuk sini."

Sialan memang mulutnya Adel, Aurel langsung menyikut perut Adel membuatnya mengaduh tapi kemudian dia terkekeh.

Don't Worry, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang