22. Sedikit demi sedikit

3 1 0
                                    

Perihal Ervin yang pindah, Aurel belum menceritakannya kepada Freya dan Adel. Walaupun sudah dua hari berlalu, Ervin sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali di hadapan Aurel.

Sebenarnya Aurel sedikit penasaran, namun ia singkirkan cepat-cepat rasa penasaran itu. Takutnya malah merembet ke hal lain.

"Ngelamun aja?"

Alangkah terkejutnya Aurel mendengar suara dari belakangnya, mungkin karena ia sedang melamun, makannya sangat kaget dengan pertanyaan yang bahkan nadanya sangat pelan.

Ervin duduk di samping Aurel. "Lo sering ke gedung IPA, ya?" tanyanya.

"Hm.... Ya gitu, deh." Aurel agak kikuk membalas ucapan Ervin, sekaligus agak terkejut bertemu dengan Ervin di gedung IPA, mana di perpustakaan pula.

Dunia sangat sempit, ya.

"Temen lo IPA semua?"

"Nggak, Freya sama Adel IPS, kan, sama gue."

Ervin menggaruk tengkuknya. "Maksud gue selain mereka."

"Oh, ada, sih. Tapi nggak banyak."

"Termasuk anak cowok yang kemarin lusa?'

Kemarin lusa? Oh mungkin yang dimaksud Ervin adalah Reyhan, mereka sempat berpapasan waktu itu. "Iya, tampangnya padahal kaya anak yang nggak suka belajar, tapi anehnya dia pinter banget, sebelas-dua belas kaya Bryan. Eh tapi, masih pinteran Bryan, deh."

Ervin tersenyum, Aurel tidak pernah berubah, selalu paling semangat jika sedang menceritakan sesuatu. Tangannya reflek terangkat untuk mengelus kepala Aurel. "Lo masih aja cerewet kaya dulu, ya."

Matanya membulat terkejut, tangan Ervin masih mengelus-elus kepalanya, Aurel tak mampu bergerak sedikitpun, bahkan sempat menahan napasnya.

"Ah, sorry," gumam Ervin sembari menarik tangannya kembali.

Ervin sendiri sedikit terkejut dengan tindakannya barusan, tapi garis bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil melihat ekspresi terkejut Aurel tadi. Sangat gemas.

"O-oh Kak Ervin ngapain ke perpus?" tanya Aurel berusaha memecahkan kecanggungan diantara mereka.

Tak disangka Ervin malah terkekeh mendengar pertanyaan yang Aurel lontarkan. "Loh, ini kan perpus gedung IPA, masa gue harus cari bahan buat tugas ke perpus gedung IPS?"

Haha. Rasanya sekarang Aurel ingin menghilang saja dsri hadapan Ervin. Pertanyaan bodoh itu malah makin membuatnya tambah canggung.

"Lo sendiri ngapain ke gedung IPA? Bahkan ke perpus lagi."

Bagus sekali! Ervin balik bertanya, dan Aurel bersyukur karena Ervin tipe orang yang suka mengejek jika kita melakukan kesalahan.

"Itu.... lagi nyari orang, sih."

Tentu saja Aurel ke gedung IPA untuk mencari Bryan, tapi kali ini sendiri karena Aurel harus menghindari Freya dahulu. Masalah Ervin ini harus diselesaikan dengan segera, agar tidak ada kesalahpahaman yang memanjang. Tapi Aurel tidak tahu harus memulainya dari mana. Aurel sangat bingung.

Makannya gadis itu mencari Bryan, ingin mendengar pendapatnya setelah ia ceritakan.

"Udah ketemu orangnya?" tanya Ervin. Sebenarnya dia sangat penasaran dengan orang yang Aurel cari-cari dari kemarin lusa. Tapi, dia tidak berani bertanya dan tidak boleh terlalu kepo.

Aurel menggeleng sembari mengembuskan napas lelah. "Belum, kalau udah nggak mungkin gue masih disini, kan?"

Lagi-lagi Ervin mengelus kepala Aurel, tapi kali ini ia sembari beranjak dari tempat duduknya. "Ya udah, semoga cepet ketemu orangnya. Gue ke kantin, lo jangan lupa makan."

Don't Worry, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang