Part 05

774 130 10
                                    

💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💙💙

Jam istirahat kantor, siang hari itu semua karyawan hampir seluruhnya keluar dari ruangan. Sean masih duduk santai di kursi kerjanya, bahkan Zifan sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Temannya itu memang selalu pergi tanpa kata.

Bersandar pada kursi kerja, Sean meluruskan punggung yang seakan rontok. Berjam-jam duduk mengerjakan proyek yang akan ditangani olehnya bersama Wang Haikuan, ia menyiapkan laporan yang lebih meyakinkan untuk ditandatangani CEO muda itu.

Dan terutama karena – dia adalah kakaknya Wang Yibo.

Teringat pemuda itu mendadak kekesalannya kembali muncul. Bayangannya waktu melihat ia bersama seorang gadis di hotel membuat emosinya naik ke kepala.

“Apa yang kupikirkan? Kenapa harus mengurusi dia bersama siapa? Sungguh tiada keperluan..”

Sean merapikan beberapa peralatan diatas meja kerja sewaktu ponselnya mendadak berbunyi. Sekilas ia melihat pada layar yang menyala.

“Ya Tuhan.. Dia benar-benar menerorku. Baru saja aku mengingatnya,” mata Sean setengah membelalak melihat nama yang muncul pada layar ponsel.

Di tempat lain, Wang Yibo nampak berdiri di ruangan kantor yang luas dalam setelan jas resmi seperti biasa, dengan gayanya yang selangit dan arogan, rasa percaya diri yang besar karena didukung dengan wajah tampan dan kekuasaan yang seakan tak terkalahkan.

Berdiri di dekat jendela, ia menunggu panggilan yang tertuju pada pemuda manis bernama Sean yang sedang gencar ia dekati. Manik hitamnya memandangi jalanan kota Tokyo yang dipadati kendaraan berbagai jenis.

Menatap bangunan tinggi yang menjulang dari kantornya di lantai delapan. Sebelah tangan masuk ke dalam saku celana dan dengan sabar mendengarkan suara monoton dari seberang.

Sampai bibirnya yang sensual membentuk senyuman sewaktu suara yang ditunggu menerima panggilannya.

“Halo, kau masih di kantor?” ia langsung bertanya.

“Ini masih jam istirahat,” jawaban Sean terdengar ragu-ragu.

Wang Yibo melirik jam tangan. “Aku akan ke kantormu. Dalam waktu dua puluh menit, aku akan berada tepat di depan gedung Xianxanbang.”

“Hah? Eh – tunggu..”

Tanpa menunggu jawaban, Wang Yibo memutus sambungan. Senyumnya tersungging membayangkan bagaimana ekspresi pemuda manis yang mungkin saat ini sedang menggerutu.

Dan itu memang benar.

Sean menatap layar ponsel yang terputus sembari melebarkan mata. Gerutuannya terdengar samar walaupun pada akhirnya ia tetap merapikan diri dan memasukkan semua berkas ke dalam map.

Melirik jam tangan lantas iseng membuka kalender dan ia mendadak terkesiap.

Hari Valentine.

Sean menutup kening sambil menumpukan sikut ke atas meja.

𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝓕𝓻𝓸𝓶 𝓣𝓱𝓮 𝓟𝓪𝓼𝓽  [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang