Part 14

495 84 7
                                    

💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💙💙

Sore yang cerah itu terasa berbeda bagi dua orang yang kini berdiri dalam jarak dua meter. Keduanya merasakan atmosfir yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Penuh kecanggungan dan kegalauan yang menguasai hati masing-masing.

Sean berdiri terpaku di depan Wang Yibo yang terheran-heran mengajukan pertanyaan.

Pemuda itu menyadari ekspresi Sean yang mendadak murung, tidak seperti biasanya. Wajah manis yang kadang selalu memasang senyum itu mendadak muram secara tiba-tiba.

“Apa yang terjadi?”

Wang Yibo menutup pintu, bersandar pada badan mobil dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Mata gelapnya kini menancapkan tatapan penuh tanya pada pria manis yang perlahan memutar tubuh.

“Tidak ada apa-apa,” ekspresi Sean yang sebelumnya keruh berusaha ia tutupi dengan senyuman. “Aku hanya tidak menginginkan hubungan kita lebih rumit lagi,” telunjuknya terarah pada si pemuda dan dirinya.

“Aku berharap, hubungan kita tidak lebih dari rekan kerja,” lanjut Sean.

Wang Yibo kembali mengangguk-anggukkan kepala, memahami maksud Sean yang secara halus menolak mereka untuk lebih dekat.

“Baiklah, begitu saja?” ia mengulum senyum.

Hanya jarak sedetik ia menangkap perubahan ekspresi Sean yang terlihat murung. Sorot matanya yang bening nampak tak percaya karena mendapat jawaban langsung dan tanpa bertele-tele yang pemuda itu ucapkan.

Bibir Wang Yibo lagi-lagi mengulum senyum seiring langkahnya yang menghampiri Sean. “Kenapa?” ia bertanya seraya melangkah lambat, memutari Sean yang berdiri terpaku sambil memegangi tali tas di samping tubuhnya.

“Kau menyesal telah mengucapkan hal tadi?” Wang Yibo berbisik tepat di telinga Sean. “Aku akan anggap tidak pernah terjadi.”

Wang Yibo menjauhkan wajah dan melemparkan senyuman mautnya.

Sesaat Sean menarik nafas, entah kenapa ia merasakan sesuatu yang lain saat ini. “Kau salah paham, Tn. Wang. Aku tidak menyesali ucapanku. Aku hanya tidak menduga, kalau kau akan setuju dengan mudahnya.”

“Lantas apa yang kau harapkan? Kau ingin aku menolaknya?”

“Kau selalu berlebihan dengan kepercayaan dirimu,” Sean berusaha mengulas senyum meskipun sorot matanya nampak murung.

“Baiklah, aku masuk. Terima kasih,” masih mempertahankan senyum, Sean berbalik dan melenggang menjauhi Wang Yibo yang menyaksikan dengan tatapan curiga.

“Aku pikir kau sengaja melakukannya,” pemuda itu setengah berseru. “Kau berbuat seperti itu, supaya aku selalu mengingatmu. Bukan begitu?”

Senyum Sean diam-diam terkulum sambil terus melangkah.

𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝓕𝓻𝓸𝓶 𝓣𝓱𝓮 𝓟𝓪𝓼𝓽  [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang