Part 45

412 68 14
                                    

💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💙💙

Rencana hanya merupakan salah satu niat manusia, tetapi hal yang menghalangi keinginan itu selalu datang menghampiri. Sore nyaris menyapa ketika kafe yang dikelola Sean didatangi sosok yang sama sekali tidak ia harapkan. Terlebih ia menyadari sosok yang datang itu membawa kemarahan yang sangat jelas terlihat pada warna mukanya.

Ny. Luo melangkah mantap memasuki pintu kafe. Ekspresi tidak bersahabat begitu mendominasi, bahkan atmosfir di dalam kafe menjadi sangat tidak menyenangkan setelah dimasuki sosok tersebut. Sepasang mata penuh kebencian itu tertuju pada Sean yang masih berusaha menyambut dengan ramah tamah.

“Bibi, ada yang bisa aku bantu?”

“Siapa bibimu?!” telunjuk Ny. Luo nyaris menyentuh hidung Sean. “Apa kau tidak tahu atas nama siapa properti yang kau gunakan? Apa hakmu membuka kafe disini?”

Suara tinggi nyonya itu benar-benar mengundang emosi. Tetapi Sean tetap bertahan dan menjawab sedetail mungkin dengan nada rendah. Ia tidak menginginkan keributan yang seakan tiada hentinya setiap kali mereka bertemu.

“Aku memiliki kontraknya, bukan berbisnis tanpa izin disini. Kami melakukan hitam diatas putih, kenapa kami tidak bisa membuka kafe?”

Selama Sean menerangkan, Zifan diam-diam menghubungi Luo Yunxi.

“Selain itu,” Sean masih mendebat. “Ketika kami menyewa tempat ini, kami sama sekali tidak mengetahui bahwa bangunan ini dimiliki oleh Yunxi. Situasi ini benar-benar hanya kebetulan.”

“Jangan banyak alasan! Kau hanya ingin memanfaatkan Yunxi yang selalu baik padamu. Tidak bisakah kau menghilang dari kehidupan putraku?”

“Hal ini tidak ada hubungannya dengan Yunxi. Aku sudah menjauhinya bahkan mengabulkan keinginan bibi untuk mundur dari perusahaan. Kenapa bibi tidak pernah berhenti mengganggu kehidupanku?” Sean menjawab semakin berani. Dia merasa tak habis pikir dengan kebencian yang ditanamkan di hati nyonya tersebut, begitu mendarah daging dan membuatnya buta.

“Ny. Luo,” Zifan kini berdiri di sebelah Sean. “Anda sudah mengusir Sean dari perusahaan. Apa sekarang Anda juga akan menghentikan kami membuka toko? Ini sudah kelewat batas, Nyonya.”

“Diam kau!” bentak Ny. Luo. Matanya berkilat gusar ke arah Zifan. “Ini urusanku dengan Sean. Beraninya kau bicara seperti itu padaku.”

Pelipis Ny. Luo berkedut merasakan emosi yang semakin naik ke ubun-ubun. Wajahnya sudah memerah dengan sepasang mata yang seakan ingin keluar dari tempatnya. Ia kembali mengarahkan telunjuk ke muka Sean.

“Biar kuberitahu. Aku memang datang kesini karenamu. Aku akan menghancurkan tokomu. Kita lihat bagaimana kau masih bisa membuka tokomu.”

Seiring kata terakhir, tangan nyonya itu bergerak menarik taplak yang menghiasi meja. Gelas kristal dan tempat lilin diatasnya berhamburan, pecah berkeping-keping ketika menyentuh lantai.

𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝓕𝓻𝓸𝓶 𝓣𝓱𝓮 𝓟𝓪𝓼𝓽  [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang