Part 12

582 90 7
                                    

💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💙💙

Sore nyaris menjelang malam, disaat sebagian orang sudah kembali dari tempat kerja masing-masing. Mengistirahatkan diri setelah seharian bekerja mencari segenggam harapan untuk terus menjalani kehidupan.

Begitu pun dengan Sean, yang pulang cepat setelah mengadakan rapat bersama Wang Yibo. Dia hanya kembali ke kantornya untuk membuat laporan, tak lama ia pun pulang sendiri ke apartemennya.

Kini ia hanya duduk termenung di sofa ruang tamu, mencoba mengalihkan semua hal yang dirasakannya dengan membuka-buka majalah terkini.

Membuka lembaran demi lembaran walaupun tidak ada satupun yang menarik perhatiannya. Dia hanya memelototi tanpa minat dan kini – benaknya kembali terbayang pada pertemuannya dengan pemuda tampan yang menceritakan kisah ibunya.

Kalimat demi kalimat yang diucapkan Wang Yibo, bagaimana ia ditinggalkan sejak kecil. Wajah sedih si pemuda yang baru kali itu ia tampilkan.

Begitu murung dan tertekan.

Wajah Sean berkerut sedih, mata bening itu mulai terselubung selaput tipis. Ia mengangkat muka dari menekuri majalah, membayangkan kembali hal-hal dalam hidupnya.

Perkataan Wang Yibo seolah mengungkit luka lama.

Perasaan tanpa ibu, bagaimana aku tidak mengerti hal seperti itu?

Mata Sean mengerjap-ngerjap cepat, merasakan satu perasaan melankolis yang menyeruak dan membuat matanya menghangat. Mengingat dirinya juga kehilangan sang ibu di usia remaja, disaat ia begitu membutuhkan kasih sayang.

Rasa kehilangan seperti itu, tentu saja menimbulkan simpati pada pemuda yang ternyata mengalami hal sama dengannya.

Kurangnya rasa kasih sayang terlalu menyedihkan untuk ia kenang. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengerti seperti apa perasaan ditinggalkan sosok ibu.

Berkali-kali ia menarik nafas panjang, mendongakkan wajah, berusaha untuk tidak mengeluarkan genangan yang mulai memenuhi mata beningnya. Bibir merah muda itu terkatup semakin membentuk garis tipis.

Tanpa sepengetahuannya, di luar gedung, sosok tampan lain melangkah lambat mendekati pintu apartemen yang menggunakan password bagi para penghuninya. Untuk keamanan, selain pemilik apartemen dan orang-orang tertentu yang memiliki password, orang luar tidak bisa sembarangan memasuki gedung tersebut.

Semuanya terlindungi dengan sistem keamanan pihak managemen gedung, bahkan penghuni apartemen memiliki kotak surat masing-masing yang tersedia di luar bangunan.

Sosok tampan yang kini berdiri di depan pintu itu, tidak lain adalah Luo Yunxi. Berdiri termangu, merasa ragu hanya untuk menekan nomor apartemen Sean yang sempat ia tanyakan. Sifatnya yang penuh dengan kehati-hatian, mungkin mendekati keraguan yang selalu mengiringi langkahnya.

𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝓕𝓻𝓸𝓶 𝓣𝓱𝓮 𝓟𝓪𝓼𝓽  [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang