"Ya, halo?"
"Halo, Taeyong."
"Ah, iya. Siapa ini?"
"Apa kau melupakan Eomma mu?"
Taeyong menahan napasnya, 5 tahun terakhir orangtuanya tidak pernah memberi kabar. Semua telepon dan pesannya tidak pernah mendapat balasan sehingga membuat Taeyong menyerah.
"E-eomma... Benarkah?"
"Taeyong, pulanglah walau hanya sebentar. Kami menunggumu."
"Y-ya."
Pria muda itu menangis, dia bukan orang yang cengeng tapi jika menyangkut keluarga. Taeyong rasa tidak masalah menangis sesekali, dia sudah menanti sangat lama untuk hari ini, menahan benci orangtuanya, menahan keinginannya untuk memeluk mereka. Sekarang, sekarang Taeyong bisa lakukan itu semua tanpa ragu, iya 'kan?
"Kau kenapa?" Jaehyun muncul dengan laptop di tangannya, tadinya akan mengerjakan pekerjaannya di ruang tengah tapi tidak sengaja menemukan Taeyong yang berdiri di pintu dapur dengan ponsel dan wajah merah sehabis menangis. Jaehyun hanya penasaran.
"Ah!" Taeyong menoleh, "tidak. Kau mau kopi?"
Jaehyun mengangguk, dia memang butuh kopi.
"Jaehyun-ssi, bolehkah aku pulang ke rumah orangtuaku?" Tanya Taeyong ragu-ragu.
"Pulanglah." Balas Jaehyun, sudah 5 tahun berlalu dan Taeyong tidak pernah pulang ke rumah orangtuanya. Jaehyun terlampau tahu apa yang terjadi pada keluarga itu.
Taeyong tersenyum kecil, "terimakasih, aku titip anak-anak. Hanya sehari, tidak apa?"
"Ya, aku bisa menjaga mereka."
"Terimakasih, aku akan segera bersiap dan berpamitan pada si kembar."
Jaehyun menatap kepergian pemuda itu, wajahnya terlihat bahagia sekali, huh. Wajah itu, Jaehyun tidak pernah melihatnya. Manis.
────────────
Sepanjang jalan Taeyong tidak henti-hentinya tersenyum, dia tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibunya.
Taeyong diantar supir omong-omong, tadinya dia akan mengendarai mobil sendiri tapi Jaehyun bilang itu terlalu berbahaya karena perasaannya sedang senang. Nanti bisa-bisa Taeyong mengebut dan terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Kalau kau mati, siapa yang akan merawat anakku?" Begitu katanya, kasar tapi sekali lagi Taeyong tidak peduli. Dia ingin cepat pulang.
"Sudah sampai, Nyonya."
Taeyong tersadar dari lamunannya, "ah iya, terimakasih Paman."
Gugup, senang, dan takut menjadi satu dalam diri Taeyong.
"Semangat, Lee Taeyong!" Ucapnya pada dirinya sendiri.
Perlahan tapi pasti Taeyong mulai memasuki pekarangan besar Mansion Lee. Beberapa penjaga dan pelayan disana melempar senyuman padanya, dia mengangguk kecil dan membalasnya.
"Taeyong! Taeyong anakku!" Yoona melempar hasil rajutannya, berlari sekuat tenaga memeluk putra bungsunya.
"Eomma sangat merindukanmu, Nak." Yoona menatap mata putranya, menyalurkan kehangatan dari tatapan itu.
Taeyong tersenyum kecil, hatinya terasa lebih sejuk. Wanita cantik yang kini tidak lagi muda menangis menatapi putranya yang 5 tahun terakhir tidak ia lihat karena sebuah kebodohan dan kebencian tidak mendasar pada darah dagingnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy ✅
Fanfiction[END] Taeyong hanyalah sosok ibu pengganti untuk si kembar. [⚠] BxB, Mpreg, Missgendering, Lil bit angst. © kelonin, 2021.