17. Don't Go, Mommy

25.2K 3K 180
                                    

Setelah malam itu Jaehyun dan Taeyong tidak pernah terlibat pembicaraan serius, keduanya sama-sama saling menghindar.

Taeyong masih berada di mansion, tidak berniat pergi dari sana. Biarlah dia dianggap tidak tahu diri walaupun sudah diusir, Taeyong tidak peduli.

Dia hanya ingin terus bersama dengan kedua putranya, mereka masih butuh kasih sayang Taeyong. Dan hanya dari Taeyong seorang, tidak ada yang lain.

Taeyong mengusak rambut Mark dengan handuk putih kecil, kemudian bergantian dengan Jeno. "Kenapa kalian bisa main dengan lumpur, hm?"

"Jeno yang ajak." Mark menjawab seraya menunjuk adiknya. "Mark masih main dengan Ruby tapi dongsaeng tarik-tarik."

Taeyong mencekal telunjuk Mark agar bocah itu kembali menutupnya, anak-anak diajarkannya tidak boleh menunjuk orang lain maupun keluarga sendiri. "Jeno?"

"Tidak, tidak, ini bukan salah Jeno." Jeno menggeleng ribut, berlari turun menghindari pertanyaan Taeyong. Bocah itu meraih boneka monyetnya untuk diberikan kepada Taeyong. "Mince juga ingin mandi."

Taeyong menerima boneka monyet penuh lumpur itu, "Jeno yang membuat Mince kotor, harusnya Jeno mandikan Mince sendiri."

Jeno menggeleng tidak terima, "Jeno tidak suka mandikan Mince."

Taeyong tersenyum kecil, usap-usap kepala si bungsu dengan lembut. Membawa boneka itu turun ke lantai bawah dimana mesin cuci berada.

Mark menyusul ibundanya, Jeno masih sibuk di kamar dengan beberapa mainan yang dia bawa dari ruang main.

"Ada apa, Mark?" Taeyong bertanya ketika merasakan bajunya ditarik.

"Lapar."

Taeyong terkekeh, mengangguk seraya gendong si sulung yang mulai berat. "Kajja kita makan siang."

────────────

Tidak tahu kapan pastinya, Taeyong benar-benar dibuat tidak percaya ketika kedua putranya mudah akrab dengan si pengasuh. Kyungseo.

Sebelumnya yang dia pikir kedua putranya tidak akan suka mengingat bagaimana mereka menolak pengasuh-pengasuh yang dikirim Jaehyun.

Taeyong senang tapi juga sedih dalam waktu bersamaan, dia merasa senang karena Kyungseo adalah wanita muda yang baik tapi juga sedih karena ini artinya anak-anak sudah bisa hidup tanpa ibunya.

Dia menggeleng pelan guna hilangkan pikiran buruk itu, melangkah menjauh ke belakang mansion. Dibawanya kakinya menuju rumah kaca. Membuka pintunya dan menutupnya kembali.

"Noona, aku akan segera pergi dari sini." Taeyong berbicara pada tanaman yang ada disana, harap-harap kakaknya bisa dengar suaranya.

"Si kembar sudah bisa hidup tanpa aku, itu artinya aku harus pergi, 'kan?"

Keheningan masihlah menjadi jawaban untuk Taeyong saat ini. Hembusan napasnya terdengar semakin berat seiring dengan air matanya yang mengajak sungai di pipi.

Taeyong mengusap pipinya kasar. Tidak boleh menangis. Kemudian tinggalkan rumah kaca untuk kembali ke mansion.

"Mommy!" Jeno berlari dengan senyum bahagia menuju ibunya. Taeyong sigap untuk gendong si bungsu.

"Mommy! Mommy!" Jeno memeluk ibunya, "kenapa Mommy hilang?"

"Hilang?"

 Mommy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang