"Kau besok datang, 'kan?"
"Seperti aku punya alasan untuk tidak datang saja."
Terdengar tawa dari seberang, "aku hanya memastikan, aku ingin sahabatku bersamaku saat aku menikah. Jadi kau tidak boleh tidak datang."
"Ya, ya pasti aku datang. Bagaimana, kau sudah mempersiapkan diri?"
"Sudah, tapi aku sangat gugup. Rasanya perutku penuh bunga, aku ingin terus tersenyum. Kau harus merasakan sensasi ini, Taeyong!"
Taeyong terkikik kecil, merasakan sensasi apa? Menikah, ya? Entahlah Taeyong tidak sempat memikirkan itu. Prioritasnya sekarang adalah si kembar.
"Mendengarku sesenang ini saja sudah membuatku bahagia."
"Aku juga ingin kau merasakan kebahagiaan ini Taeyong, secepatnya."
"Ya! sekarang bahas pernikahanmu dulu. Kau lah yang besok akan menikah, bukan aku."
"Tidak ada yang perlu dibahas, sudah terlambat."
Taeyong tertawa, seminggu yang lalu Ten memang meneleponnya dan dia tidak sempat mengangkat karena mengurus Mark yang tiba-tiba sakit kemudian disusul dengan Jeno yang juga sakit.
"Baiklah maafkan aku, Mark dan Jeno tiba-tiba sakit jadi aku harus fokus pada mereka."
"Besok aku harus segera bertemu mereka, aku sudah sangat rindu dengan si kembar."
"Baik, calon pengantin."
Ten dari seberang memekik malu. Mereka saling bertukar cerita sampai 30 menit berlalu dan telepon ditutup lebih dulu oleh Taeyong karena anak kembarnya masuk ke kamar.
"Ada apa, jagoan Mommy?" Tanya Taeyong seraya membantu si kembar naik ke ranjang.
"Mau tidur dengan Mommy!" Jawab si bungsu cepat, Jeno langsung memeluk guling milik Taeyong.
Mark mengangguk saja, anak itu pelan-pelan merebahkan diri di samping ibunya. Posisinya adalah Mark-Taeyong-Jeno, berbagi.
"Tumben sekali, biasanya kalian tidak mau Mommy temani tidur." Taeyong menatap putranya bergantian. Memang anak-anak ini tidak pernah mau ditemani tidur walaupun mereka masih kecil, jadi Taeyong tidak pernah memaksa.
"Rindu Mommy." Mark merubah posisinya menyamping kemudian memeluk ibunya. Taeyong mengusap tangan kecil si sulung yang berada diatas dadanya, tangan sebelahnya dia gunakan untuk mengusap kepala Jeno yang hampir tidur.
"Mark rindu Mommy?"
Mark mengangguk cepat, "iya."
"Seberapa banyak rindunya?" Taeyong bertanya menatap si sulung.
Mark melepas pelukannya untuk mengubah posisi menjadi duduk sambil menatap ibunya, "sebanyak air di samudra, di dunia. Sangat-sangat banyak, Mark merindukan Mommy sebanyak itu." Ucapnya.
Taeyong tertawa pelan agar tidak mengganggu Jeno yang sudah terpejam, hatinya menghangat mendengar ucapan sulungnya. Mark adalah anak yang jarang mengungkapkan apa yang dirasakannya, anak itu lebih sering diam dan mengalah untuk adiknya. Jadi ketika si sulung berani mengadu atau setidaknya bercerita dia akan sangat senang.
"Mommy juga sangat menyayangi Mark sebanyak air di samudra, di dunia." Taeyong menirukan ucapan sulungnya, tangannya meraih punggung si kecil untuk kembali dia peluk.
"Mommy jangan pergi."
Taeyong masih mendengar lirihan itu, Mark bergumam sebelum jatuh dalam dunia mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy ✅
Fanfiction[END] Taeyong hanyalah sosok ibu pengganti untuk si kembar. [⚠] BxB, Mpreg, Missgendering, Lil bit angst. © kelonin, 2021.