Hari sibuk kembali menyita waktu Jaehyun di kantor. Pria berlesung itu menatap fokus kepala layar yang menampilkan data-data perusahaan. Sesekali dirinya akan menandatangani rekap pekerjaan dari para karyawannya.
Di luar ada Doyoung yang sedang bercakap-cakap dengan wanita cantik berwajah mirip dengan bosnya. Krystal Jung mendatangi perusahaan adiknya.
"Apa yang kau lakukan di perusahaan ku?" Jaehyun bertanya tidak ramah menatap kakaknya yang menampilkan senyum licik.
"Kau tidak mau menyambut kakakmu?" Wanita cantik itu berjalan mendekati meja kebesaran CEO Jung Corp.
"Tidak penting."
Wanita dengan nama lengkap Jung Soojung itu tertawa kecil, mendudukan dirinya di sofa pada ruangan mewah adiknya. Ruangan yang dulunya milik sang kakek dan ayahnya kini jauh terlihat lebih mewah.
"Aku sibuk, tidak ada waktu untuk meladeni wanita aneh sepertimu." Jaehyun berujar sarkas, bukan bermaksud tidak sopan tapi hubungannya dengan sang kakak memang tidak baik sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan dua Jung itu sempat bertengkar hebat di Mansion Utama, disaksikan kedua orangtuanya.
"Aku hanya sebentar, setelah ini aku akan terbang ke Amerika." Soojung menyandarkan punggungnya pada empuknya sofa mahal. "Terakhir kali, setelah ini aku tidak akan membicarakannya lagi."
Jaehyun mengerti, dia mulai meninggalkan fokusnya pada layar komputer dan memilih tatap sang kakak.
Sudah lama mereka tidak terlibat obrolan serius."Bagaimana perasaanmu pada Taeyong?" Tanpa basa-basi Soojung melempar pertanyaan kepada sang adik. Kakinya dipangku sebelah, tangan disilangkan seraya tatap Jaehyun yang diem tak berkutik.
"Kalian sudah hidup bersama sangat lama. Entah sadar atau tidak, posisi Hana di hatimu mulai digantikan oleh Taeyong." Soojung menatap tepat pada mata elang sang adik, matanya berkilat terang seakan siap membakarnya saat ini juga. "Aku bicara kenyataan, jangan marah. Kau jahat jika terus menahan Taeyong untuk merawat anak-anakmu, dia adalah pemuda yang punya banyak mimpi, Jung. Dengan terus mengurungnya dalam sangkar emas mu kau menghancurkan mimpinya, semua yang sudah dia tata jauh sebelum kau datang."
Jaehyun tertusuk akan kata-kata bagai panah milik Jung Soojung. Mereka memiliki darah yang sama, sifat mereka juga tidak jauh-jauh dari angkuh dan mematikan.
"17 tahun, masih ada 12 tahun lagi dan kau masih akan menahannya?" Nada bicaranya mulai bergetar walaupun Soojung sudah berusaha untuk kuat. Sudah lama sekali dia ingin ungkapkan semua pikirannya kepada adiknya yang sangat keras.
"Ya, itu adalah tanggungjawab."
"He was 17 when the accident happened. Ini bukan salahnya, Jaehyun."
Soojung sudah kehabisan kata-kata, semuanya sudah selesai. Dia hanya bisa membantu Taeyong sampai sini, biarkan Tuhan yang bertindak kedepannya."Semua terserah padamu, bersyukurlah Taeyong tidak menuntut banyak darimu. Dia menerima semuanya, dan semoga diamnya Taeyong bukanlah sebuah kebencian untukmu." Soojung mulai berdiri dari duduknya, meraih tas merahnya dan menatap Jaehyun yang masih diam.
"Noona, tidak mau minum dulu?" Doyoung masuk ke dalam ruangan, dia sudah memesankan minuman untuk dua bersaudara itu namun sepertinya Soojung akan segera beranjak.
"Terimakasih Doyoung, untukmu saja."
Doyoung melirik ke arah bosnya, tidak bertanya pun dia tahu hubungan kedua kakak beradik itu. Maka dia segera pergi dari sana, membiarkan Jaehyun menenangkan pikirannya sejenak.
────────────
"Jika kau menjadi Taeyong apa kau akan membenciku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy ✅
Fanfiction[END] Taeyong hanyalah sosok ibu pengganti untuk si kembar. [⚠] BxB, Mpreg, Missgendering, Lil bit angst. © kelonin, 2021.